MAKALAH HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark Miokard adalah penyumbatan
sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal juga seranggan jantung), (Holloway,
2003). Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat supllai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang, (Brunner
& Sudarth, 2002).
Infark mioakard adalah suatu keadan
ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga
jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang
ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan berdasarkan
penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak statis
dan dapat berkembang secara progresif.
MCI apabila
tidak segera di tangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan
komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan
kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang
menggantikan sel-sel miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup
luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut
tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka
diperlukan tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk
mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat
dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat untuk
memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan yang
khusus dalam mengkaji, dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan
dengan pemberian asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Peran Oksigen pd Miokard
- Dibutuhkan pada saat aktivitas preload & afterload.
- Kontraktilitas miokard
- Diperlukan jantung untuk berdenyut.
- Kelelahan & stres emosional meningkatkan denyut jantung.
- Hipoksia, anemia menyebabkan infark.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dari penyusunan makalah ini
diharapkan penulis dapat mengerti, memahami dan memperoleh gambaran tentang
penerapan asuhan keperawatan pada klienMiocardium infraction dengan menggunakan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :
a.
Menjelaskan konsep dasar
penyakit Miocardium infraction dimulai dari penjelasan anatomi fisiologi Miocardium
infraction,
pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik
sampai dengan penatalaksanaan medik serta komplikasi padaMiocardium
infraction.
b. Melakukan pengkajian data pada klien
denganMiocardium infraction.
c.
Merumuskan diagnosa keperawatan
kepada klien dengan Miocardium infraction.
d. Menyusun rencana keperawatan pada
klien dengan Miocardium infraction.
e.
Melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan Miocardium infraction.
f.
Melakukan evaluasi keperawatan pada
klien dengan Miocardium infraction.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah
tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara
kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara
sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan
Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari
90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
Diastolik.
Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan
darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
B. Epidemiologi
Hipertensi
dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar
seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih
tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan
tekanan darah dengan penyebab tertentu.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa
mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi
essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya
mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder).
Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau
esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat
pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan
memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka
disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya
hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
-
Stenosis arteri renalis
-
Pielonefritis
-
Glomerulonefritis
-
Tumor-tumor ginjal
-
Penyakit ginjal
polikista (biasanya diturunkan)
-
Trauma pada
ginjal (luka yang mengenai ginjal)
-
Terapi
penyinaran yang mengenai ginjal
BACA JUGA: MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN
2. Kelainan Hormonal
-
Hiperaldosteronism
-
Sindroma Cushing
-
Feokromositoma
3. Obat-obatan
-
Pil KB
-
Kortikosteroid
-
Siklosporin
-
Eritropoietin
-
Kokain
-
Penyalahgunaan alkohol
-
Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
-
Koartasio aorta
-
Preeklamsi pada kehamilan
-
Porfiria intermiten akut
-
Keracunan timbal akut
Adapun penyebab
lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang
berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung
lama
D. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran
didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang
dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok,
serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan
penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya
Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara
obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi
lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor,
pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa
gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
-
Sakit kepala
-
Kelelahan
-
Mual
-
Muntah
-
Sesak nafas
-
Gelisah
-
Pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
G. Klasifikasi
The Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu
klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi
Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
|
||
Kategori
|
Sistolik
(mmhg)
|
Diastolik
(mmhg)
|
Normal
|
<
130
|
<85
|
Normal
tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi
†
|
||
Tingkat
1 (ringan)
|
140-159
|
90-99
|
Tingkat
2 (sedang)
|
160-179
|
100-109
|
Tingkat
3 (berat)
|
≥180
|
≥110
|
Tidak minum obat antihipertensi dan
tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolic turun dalam kategori
yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan
pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap
dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas,
diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang
dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat
hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced hypertension, PIH ) PIH adalah
jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir.
PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR.
Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita
sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas
vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini
menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada
wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida
tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan
curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan
imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita
dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya:
-
Penyakit pembuluh darah otak seperti
stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
-
Penyakit jantung seperti gagal
jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
-
Penyakit ginjal seperti gagal
ginjal.
-
Penyakit mata seperti perdarahan
retina, penebalan retina, oedema pupil.
I.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI
(2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
-
Pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ
dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
-
Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekordiografi.
-
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN
/creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan
aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula
(menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
-
Pemeriksaan
radiologi : Foto dada dan CT scan
J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan
dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda,
jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh
yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non
farmakologis)
2. Pengobatan
dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non
obat (non farmakologis)
Pengobatan non
farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis
diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak
jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara
drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai
sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti
meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam
aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan
dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan
antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan
obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja
dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat
ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun
menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang
tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian obat harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung
pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
5. Penghambat ensim konversi
Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya
pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang
teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka
kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala: kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin
berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia
berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4
(pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis
valvular.
Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda
(vasokonstriksi)
Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus
sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara.
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti,
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,
keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan
akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema
(mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10%
pasien hipertensi adalah diabetik)
Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa
jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
(diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi,
pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik :
penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan
hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan
jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori
pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode
parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika,
Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Risiko tinggi penurunan curah
jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
b. Gangguan perfusi serebral
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
c.
Perubahan nutrisi : lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan
metabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
e.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan edema, peningkatan cairan intravaskular
f.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan Krisis situasional
h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
i.
Risiko injuri/cedera berhubungan dengan
penglihatan ganda ( diplopia )
j.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan kondisi kesehatan
3. Rencana Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen otak
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas dari gejala
atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :
§ Pasien
dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
|
1. Pantau
TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi
yang semakin berat.
2. Pantau
frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia
lainnya.
3. Pantau
pernapasan meliputi pola dan iramanya.
4. Catat
status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
5. Berikan
obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin (apresolin)
|
· Normalnya
autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada
fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
· Perubahan
pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang
mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak
memiliki kelainan jantung sebelumnya.
· Napas
yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan
memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
· Pengkajian
kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam
menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan
serebral.
· Efektif
dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah krisis hipertensif yang dapat
dihubungkan dengan intoksifikasi PCP.
|
2
|
Perubahan
nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara
hipertensi dengan kegemukan, dengan kriteria hasil :
§ Pasien
menunjukkan perubahan pola makan
§ Mempertahankan
berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
§ Melakukan/mempertahankan
program olahraga yang tepat secara individual
|
1. Kaji
pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
2. Bicarakan
pentingnya menurunkan masuka kalori dan batasi batasan lemak, garam dan gula
3. Tetapkan
keinginan pasien untuk menurunkan berat badan
4. Kaji
ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5. Rujuk
ke ahli gizi sesuai indikasi
|
· Kegemukan
adalah risiko tambahan terhadap tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantungberkaitan dengan
peningkatan masa tubuh
· kesalahan
kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang
merupakan predisposisi hipertensi. Kelebiah masukan garam memperbanyak volume
cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk kondisi
· motivasi
untuk.menurunkan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program tidak akan berhasil
.
· Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir.membantu dalam
menentukan individu untuk penyesuaian/penyuluhan
· Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual
|
3
|
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan edema
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam
rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan
pemahaman diet individu/pembatasan cairan
|
1. Awasi
denyut jantung, TD, CVP
2. Catat
pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
3. Awasi
berat jenis urine
4. Timbang
tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
5. Kaji
kulit, wajah area tergantung untuk edema
6. Berikan
obat sesuai indikasi (diuretik)
|
· Tacikardi
dan hipertensi terjadi karena 1. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine,
2. Pembatasan cairan berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau
perubahan fase oliguri gagal ginjal dan 3. Perubahan pada renin-angiotensin.
· Perlu
untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan penggantian cairan
· Mengukur
kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine
· Penimbangan
berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan berat
badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada retensi cairan.
· Edema
terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh contoh : tangan,
kaki, area lumbosakral
· Membantu
dalam pengeluaran cairan
|
4
|
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
§ Mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan
§ Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan
§ Skala
nyri 0-1
§ Wajah
pasien tidak meringis
|
1. Observasi
derajat nyeri
2. Pertahankan
tirah baring selama fase akut
3. Berikan
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada
misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (
panduan imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang.
4. Minimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
5. Kaji
tanda-tanda vital
6. Kolaborasi
:
- Analgesik
- Antiansietas
mis, lorazepam, diazepam
|
· Mengetahui
derajat nyeri yang dirasakan pasien dan mempermudah intervensi selanjutnya
· Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi
· Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/ memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
· Aktivitas
yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
penigkatan tekanan vaskular serebral.
· Mengetahui
keadaan umum pasien. Peningkatan tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri
belum dapat terkontrol.
· Menurunkan/mengontrol
nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
· Dapat
mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.
|
5
|
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :
§ Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
§ Menunjukkan
penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
|
1. Kaji respon
pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per
menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata
selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan
yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan
2. Instruksikan
pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya menggunakan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan
3. Kaji sejauh mana
aktivitas yang dapat ditoleransi
4. Berikan dorongan
untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
|
· Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas
dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas
· Teknik
menghemat energi mengurangi pengguanan energi, juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
· Mengidentifikasi
sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri.
· Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
|
6
|
Ansietas
berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
§ Melaporkan cemas
berkurang sampai hilang
§ Mampu mengidentifikasi cara hidup
yang sehat untuk membagikan perasaannya
|
1. Observasi
tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal
bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab
kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
3. Jelaskan
prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara singkat
dengan kata sederhana.
5. Kurangi stimulasi
dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu
terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien
|
· Ansietas
ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat
yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam,
ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
· Menegaskan
pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol
lingkungannya tetap aman
· Memberikan
informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat
berperan pada reaksi ansietas
· Rentang
perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi
kemampuan untuk menerima informasi.
· Menciptakan
lingkungan yang terapiutik
|
7
|
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis
situasional
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan
kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
§ Mengidentifikasi
potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau
mengubahnya.
§ Mendemonstrasikan
pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif
|
1. kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal, kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi dalam rencana
pengobatan
2. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
3. Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan
4. Dorong
pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ” apakah yang anda
lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
5. Bantu
pasien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu. Bantu untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan diri/keluarga
|
· Mekanisme
adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi
kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
· Manifestasi
mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan
dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolik
· Keterlibatan
memberikan pasien perasan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen
terapeutik
· Fokus
perhatian pasien terhadap realitas situasi yang ada relatif terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
· Perubahan
yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya.
|
8
|
Kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
dengan kriteria hasil :
§ Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
§ Mempertahankan
TD dalam parameter normal
|
1. Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat
2. Tetapkan
dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi efeknya pada
jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Hindari
mengatakan TD ” normal ” dan gunakan istilah ” terkontrol dengan baik ” saat
menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
4. Bantu
pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskuler yang dapa
diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup
monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup penuh stres.
5. Atasi
masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup
yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor penyebab Hipertensi
6. Bahas
pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok.
|
· Kesalahan
konsep dan menyangkal diagnosakarena perasaan sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
· Pemahaman
bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
· Karena
pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan
penyampaian ide ”terkotrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan
untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
· Faktor-faktor
risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta ginjal.
· Dengan
mengubah pola perilaku yang ”biasa/memberikan rasa aman”akan sangat
menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan
pasien dalam menyelesaikan tugas
· Nikotin
meningkatkan pelepasan ketokolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi
jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan
meningkatkan beban kerja miokardium.
|
9
|
Risiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria
hasil :
§ Mempertahankan
tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
§ Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil
dalam rentang normal pasien
|
1. Pantau TD. Ukur pada
kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan
teknik yang akurat.
2. Catat keberadaan,
kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi
tonus jantung dan bunyi nafas
4. Amati
warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode
istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan
6. Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan.Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
7. Kolaborasi
:
- Berikan
obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator
|
· Perbandingan
dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/
bidang masalah vaskular. Hipertensi diklasifikasikan pada orang dewasa
sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran diastolik
di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna.
Hipertensisistolik juga merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk
penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik
90-115.
· Denyutan
karotis ,jugularis,radialis dan femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada
tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi ( peningkatan
SVR ) dan kongesti vena
· S4 umum
terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium.
Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik
· Adanya
pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung.
· Menurunkan
stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit
hipertensi
· Membantu
untuk menurunkan rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi.
· Tiazid
mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD
pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal. Diuretik ini memperkuat
agen-agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan. Vasodilator
menurunkan aktivitas kontriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatik.
|
10
|
Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan
ganda ( diplopia )
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit
maupun di rumah dengan kriteria hasil :
- Pasien
tidak mengalami cedera.
|
1. Jauhkan dari
benda-benda tajam
2. Berikan
penerangan yang cukup
3. Usahakan lantai
tidak licin dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada
keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas
|
· Meminimalkan
risiko cedera
· Meminimalkan
terjadinya benturan
· Meminimalkan
klien jatuh
· Menghindari
klien terjatuh pada saat istirahat
· Untuk
meningkatkan menjaga keamanan
|
4. Evaluasi
Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan
tanda-tanda vital stabil
Dx 2: Pasien
menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan
berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan
program olahraga yang tepat secara individual
Dx 3: Pasien
menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam
rentang normal dan tak ada oedema
Menyatakan
pemahaman diet individu/pembatasan cairan
Dx.4: Pasien
mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien
tidak meringis
Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai
hilang
Mampu
mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai
hilang
Mampu
mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.7 : Menyatakan
kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi
potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau
mengubahnya.
Mendemonstrasikan
pengguanaan keterampilan atau metode kopi
Dx.8 :
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan
Mempertahankan
TD dalam parameter normal
Dx.9
: Mempertahankan tekanan darah dalam
rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
Dx.10 : Pasien tidak mengalami
cedera
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miocard adalah proses
rusaknya jaringan jantung karena adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri
koroner sehingga suplai darah pada jantung berkurang yang menimbulkan nyeri
yang hebat pada dada.
Serangan jantung biasanya terjadi
jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau
terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya
atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka
jaringan jantung akan mati.
Keluhan yang khas ialah nyeri dada
retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih
barang berat.
Diagnosis MCI biasanya dapat di
diagnostikberdasar
pada riwayat penyakit sekarang, EKG, dan serangkaian enzim serum. Prognosis
tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan dengan sendirinya banyaknya
kerusakan jatung.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang
berisikan tentang Asuhan Keperawatan Miocardium Infraction diharapkan mahasiswa
mengetahui, mengerti, dan memahami akan arti, manfaat serta akibat / dampak
dari apa yang telah dibahas pada makalah tersebut.
Penulis sadar bahwa pembuatan
makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan
saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi
: konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan
Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
0 Response to "MAKALAH HIPERTENSI"
Posting Komentar