MAKALAH PENGAMBILAN DARAH UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN
A. Latar Belakang
Prosedur dan pemeriksaan khusus
dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan
fungsi kolaboratif dalam memberikan
tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium
sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta
menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan
kesalahan hasil laboratorium yaitu:
1. Faktor Pra
instrumentasi: sebelum dilakukan pemeriksaan.
2. Faktor
Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca
instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting
diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama
yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang
termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi
dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan
penderita.
3. Persiapan alat yang
akan dipakai.
4. Cara pengambilan
sample.
5. Penanganan awal
sampel (termasuk pengawetan) & transportasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang klien,
penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan
penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan
pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan
laboratorium pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Panarung Palangka Raya.
b. Mahasiswa mampu mendokumentasikan
hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung di pelayanan
kesehatan Puskesmas Panarung Palangka Raya.
c. Mahasiswa mampu mengindentifikasi
kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan pemeriksaan dan
pendokumentasian pemeriksaan laboratorium.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa
urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy.
B. Tujuan
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Memantau perkembangan penyakit
4. Memantau pengobatan dan lain-lain
5. Mengetahui ada tidaknya
kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan
C. Prosedur pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara
petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan
mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium menurut.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian
formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sample
5. Penanganan awal sampel (termasuk
pengawetan) & transportasi.
Pemahaman instruksi dan pengisian formulir pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa
yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini
penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu
persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien.
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama,
alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim,
tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting
untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil
terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
Persiapan
penderita:
1. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan
mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume
plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel/µl darah.
2. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian
kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan
meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan
apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi
hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin
akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila
kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah
dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera
disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah
eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat
dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi
hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah
eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih
rendah dari tengah malam sampai pagi.
BACA JUGA: MAKALAH ANOREKSIA
4. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma
10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun
atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau
menjadi obyek.
5. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu
diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja.
6. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain: kapas alkohol 70 %,
karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,
penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan
atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter.
Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.
7. Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar,
berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau
tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan
memakai pengawet urin.
8. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis
lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan
sehingga tidak tertukar.
9. Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan,
lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan
santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien
sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan
pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena
vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di
daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena
: umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena
yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra
lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri
femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler
umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari
manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki
atau sisi lateral tumit kaki.
a. Cara pengambilan darah kapiler:
- Dilakukan tindakan aseptic dengan
alkohol 70 %, biarkan kering
- lakukan tusukan dengan arah memotong
garis sidik jari
- tetesan pertama dibuang dengan
menggunakan kapas kering
- selanjutnya dapat diambil dengan
menggunakan tabung kapiler.
- Lakukan pembendungan dengan torniket
- Dilakukan tindakan aseptic dengan
alkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering
- Ambil spuit dengan arah mulut jarum
dan skala menghadap ke atas
- Arah tusukan jarum membentuk sudut
sekitar 10-30° terhadap permukaan kulit.
- Bila sudah terkena venanya, isap
pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis
- cabut jarum, dengan sebelumnya
melepas dan menekan daerah tusukan.
- Jarum dilepas kemudian alirkan darah
ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak
hemolisis.
- Bila penampung menggunakan
antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.
- Untuk pemeriksaan hematologi
biasanya digunakan antikoagulan Na2EDTA / K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan
Na sitrat 0.109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan
terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi, selain itu
pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari karena akan terbawa cairan
jaringan.
c. Cara pengambilan darah arteri :
Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin
steril
tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut kemudian lakukan tusukan/pungsi tegak lurus (karena letaknya dalam) sampai terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri.
tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut kemudian lakukan tusukan/pungsi tegak lurus (karena letaknya dalam) sampai terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri.
Segera
kirim ke laboratorium (sito)
Perbedaan darah arteri dan vena:
a. Lokasi tusukan lebih dalam
b. Teraba denyutan yang tidak ada pada
vena
c. Warna darah lebih merah terang
dibandingkan vena
d. Darah akan mengalir sendiri ke dalam
semprit.
Penanganan
awal sampel & transportasi
Pada
tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan
ada disini. Yang harus dilakukan:
a. Catat dalam buku expedisi dan
cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat
dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
b. Jangan lupa melakukan homogenisasi
pada bahan yang mengandung antikoagulan
c. Segera tutup penampung yang ada
sehingga tidak tumpah
d. Segera dikirim ke laboratorium
karena tidak baik melakukan penundaan
e. Perhatikan persyaratan khusus untuk
bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan
suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus
segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat
tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai
contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien.
Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang
biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai
pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu. Berikut ini
menggambarkan batas waktu maksimum yang diijinkan :
- Kadar hemoglobin stabil
- Jumlah leukosit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan laboratorium merupakan
prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan
diagnosis.
2. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium
yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit,
menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan
lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan
potensial membahayakan.
3. Di Puskesmas pemeriksaan umumnya
dilakukan secara sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah
dilengkapi dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa
yang spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil
pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.
4. Pemeriksaan laboratorium Puskesmas
meliputi : Pemeriksaan urine (Derajat keasaman/pH, Protein, Bilirubin, Glukosa,
HCG test/tes kehamilan); Pemeriksaan darah (Haemoglobin/Hb cara Sahli, Golongan
darah, Widal, Malaria); Pemeriksaan sputum/dahak (BTA/basil tahan asam).
5. Ny. S dengan keluhan ; badan terasa
lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan dicurigai menderita anemia dan
dengan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 9,6 gr/dL dapat
didefinisikan Ny. S menderita anemia.
6. Setelah pemeriksaan dilakukan
pendokumentasian hasil pemeriksaan. Dokumentasi dibuat untuk pelaporan tindakan
dan hasil tindakan benar telah dilakukan. Dokumentasi dibuat untuk bahan
laporan pertanggungjawaban ruangan laboratorium puskesmas dan laporan hasil pemeriksaan
kepada dokter yang menrujuk pasien ke laboratorium.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan.
Diharapkan agar mahasiswa mendapatkan bimbingan yang lebih
mendalam tentang fungsi dan peran mahasiswa perawat/perawat dalam proses
pemeriksaan laboratorium, batasan tindakan, dan prosedur kolaboratif dalm
pemeriksaan laboratorium.
2. Bagi institusi Puskesmas Panarung
Bagi institusi Puskesmas Panarung khususnya ruang
laboratorium tetap di tingkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pendokumentasian
data hasil pemeriksaan kesehatan pasien, sehingga dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan bimbingan bagi mahasiswa dilahan praktek dalam melaksanakan
proses keperawatan dan kolaboratif perawat dalam tindakan pemeriksaan
laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Alimul A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Pusat LABKES. 1997. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas. Jakarta: Dit. Jen Binkesmas.
www.dokter.indo.net.id
www.prodia.co.id
www.prodia.co.id
0 Response to "MAKALAH PENGAMBILAN DARAH UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN "
Posting Komentar