SHIGELLA
A. DEFINISI
Shigellosis adalah suatu penyakit
peradangan akut oleh kuman genus Shigella spp. yang menginvasi saluran
pencernaan terutama usus sehingga menimbulkan kerusakan sel-sel mukosa usus
tersebut.
B. EPIDEMOLOGI
Shigellosis sangat endemik di daerah yang
sanitasinya sangat kurang. Biasanya 10-20% penyakit saluran pencernaan dan 50%
diare yang berdarah atau disentri dari anak-anak bisa disebabkan oleh
shigellosis. Prevalensi dari penyakit ini menurun dalam 5 tahun terakhir ini.
Shigella ditemukan di seluruh dunia. Pada
tahun 1979, sebanyak 20.135 kasus shigella telah dilaporkan oleh Centre for
Disease Control. Shigella lebih sering ditemukan selama akhir musim panas,
tetapi sifat ini kurang menonjol sebagaimana Salmonella.
Di Negara berkembang dengan kondisi
sanitasi yang buruk dan penduduknya yang padat, penularannya sangat mudah
biasanya terjadi melalui fekal-oral. Lalat juga bisa menyebarkan kuman ini
melalui feses penderita lalu hinggap di makanan. Penyebaran juga bisa terjadi
melalui benda mati, seperti alat-alat permainan. Umumnya menginfeksi anak-anak
dibawah umur 10 tahun, angka kejadian tertinggi terdapat pada kelompok umur 1-4
tahun. Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang
primata. Penyebaran shigellosis sering terjadi secara kontak orang ke orang
karena dosis infeksiusnya rendah (10-100 organisme) sudah dapat menyebabkan
sakit. Pada umumnya masa inkubasi shigellosis adalah pendek yaitu antara 24 jam
sampai 4 hari. Gejala biasanya timbul antara hari pertama sampai ketiga
terinfeksi. Kebersihan pribadi sangat penting dalam pencegahan penyakit ini dan
orang-orang yang saling berhubungan di lingkungan sanitasi yang buruk mempunyai
resiko lebih besar untuk menimbulkan cetusan Shigellosis. Dengan demikian, orang-orang
yang tinggal di rumah sakit jiwa, lembaga pemasyarakatan, instalasi militer
serta tempat penampungan Indian, kerap kali terserang penyakit ini.
C. ETIOLOGI
Shigellosis disebabkan oleh kuman Shigella
spp. Kuman ini tergolong genus Shigella yang merupakan bakteri gram negatif,
bentuk batang, non motil, anaerobik fakultatif dan tidak bertangkai serta
secara biokimia meragikan laktosa sangat lambat bahkan tidak sama sekali.
Dibagi 4 kelompok serologik yaitu S.dysenteri (12 serotipe), S.flexnewri (6 serotipe),
S.boydii (18 serotipe) dan S.sonnei (1 serotipe). Di daerah tropis yang
tersering ditemukan ialah S.dysenteri dan S.flexneri, sedangkan S.sonnei lebih
sering dijumpai di daerah sub tropis atau daerah industri.
D. PATOFISIOLOGI
Pemasukan hanya 200 basil Shigella dapat
mengakibatkan infeksi dan Shigella dapat bertahan terhadap keasaman sekresi
lambung selama 4 jam. Sesudah masuk melalui mulut dan mencapai usus, bakteri
invasif ini di dalam usus besar memperbanyak diri. Shigella sebagai penyebab
diare mempunyai 3 faktor virulensi yaitu :
a. Dinding
polisakarida sebagai antigen halus
b. Kemampuan
mengadakan invasi enterosit dan proliferasi
c. Mengeluarkan toksin
sesudah menembus sel
Struktur kimiawi dari dinding sel tubuh
bakteri ini dapat berlaku sebagai antigen O (somatic) adalah sesuatu yang
penting dalam proses interaksi bakteri shigella dengan sel enterosit. Dupont
(1972) dan Levine (1973) mengutarakan bahwa Shigella seperti Salmonella setelah
menembus enterosit dan berkembang didalamnya sehingga menyebabkan kerusakan sel
enterosit tersebut. Peradangan mukosa memerlukan hasil metabolit dari kedua
bakteri dan enterosit, sehingga merangsang proses endositosis sel-sel yang
bukan fagositosik untuk menarik bakteri ke dalam vakuola intrasel, yang mana
bakteri akan memperbanyak diri sehingga menyebabkan sel pecah dan bakteri akan
menyebar ke sekitarnya serta menimbulkan kerusakan mukosa usus. Sifat invasif
dan pembelahan intrasel dari bakteri ini terletak dalam plasmid yang luas dari
kromosom bakteri Shigella.
Invasi bakteri ini mengakibatkan terjadinya
infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel
tersebut, sehingga terjadilah tukak-tukak kecil didaerah invasi yang
menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke
lumen usus serta akhirnya ke luar bersama tinja. Shigella juga mengeluarkan
toksin (Shiga toksin) yang bersifat nefrotoksik, sitotoksik (mematikan sel
dalam benih sel) dan enterotoksik (merangsang sekresi usus) sehingga
menyebabkan sel epithelium mukosa usus menjadi nekrosis.
E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang didapat pada Shigellosis
adalah:
1. Diare cair
yang banyak bercampur darah dan lendir.
2. Demam tinggi
mendadak sampai mencapai 42 °C
3. Nyeri perut,
tenesmus Neusea
dan vomitus
4. Dehidrasi sesuai
derajatnya
5. Takikardi dan
takipneuC 5 -
7 hari.±Lamanya sakit
Penderita dengan kasus ringan gejalanya
berlangsung selama 3-5 hari, kemudian sembuh sempurna. Pada tipe fulminant yang
berat, penderita dapat mengalami kolaps dan mendadak diikuti dengan menggigil,
demam tinggi dan muntah-muntah disusul dengan penurunan temperatur, toksemia
yang berat dan diakhiri dengan kematian penderita.
F. DIAGNOSIS
Dasar untuk menentukan diagnosis adalah
dengan memperhatikan gejala-gejala klinik dan pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik atas tinja untuk membedakan dengan infeksi oleh kuman lain misalnya
amebiasis. Pemeriksaan darah rutin kadang didapatkan leukopenia dan apabila
sudah terjadi komplikasi HUS (Hemolytic Uremic Syndrom) maka didapatkan
gambaran anemia hemolitik dan trombositopenia. Biakan tinja sebaiknya berasal
dari hapusan rectum, akan dapat menentukan dengan pasti kuman penyebab
penyakit. Biasanya pasien datang sudah dalam keadaan dehidrasi.
Pada infeksi akut, pemeriksaan proctoscopy
menunjukkan radang mukosa usus yang difus, membengkak dan sebagian besar
tertutup eksudat. Ulkus –ulkus dapat pula dijumpai, dangkal, bentuk dan
ukurannya tidak teratur dan tertutup oleh eksudat yang purulen. Pada infeksi
kronis, terlihat parut pada kolon, proses ulserasi tidak aktif, sedangkan
gejala-gejala klinik berganti-ganti antara stadium remisi dan eksaserbasi. Pada
waktu kambuh, penderita mengalami demam, diare dengan darah dan lendir serta
serta eksudat seluler dalam tinja. Penderita dengan infeksi kronis, seringkali
mengalami kepekaan yang berlebih terhadap beberapa macam makanan misalnya susu,
sehingga menimbulkan defisiensi nutrisi.
BACA JUGA: MAKALAH PENGAMBILAN DARAH UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN
BACA JUGA: MAKALAH PENGAMBILAN DARAH UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN
G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan
Dehidrasi
Yang perlu dihindari apabila terserang
diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi, sebab ini bisa berakibat fatal. Tingkat
keparahan dehidrasi dapat digolongkan sbb: Dehidrasi
ringan (kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badan semula). Diare
berlangsung sekali tiap 2 jam atau lebih. Gejala lain: rasa haus, gelisah, tapi
elastisitas kulit bila dicubit masih baik dan penderita masih sadar.
Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10%
dari berat badan semula). Diare semakin sering dengan volume lebih besar.
Gejala lain terasa haus, gelisah, pusing jika berubah posisi, pernapasan
terganggu, ubun-ubun dan mata cekung, elastisitas kulit lambat.
Dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih
dari 10% dari berat badan semula). Diare hebat disertai muntah. Gejala lain:
mengantuk, lemas, berkeringat dingin, kulit kaki dan tangan keriput, kejang
otot, pernapasan cepat dan dalam, ubun-ubun dan mata sangat cekung, elastisitas
kulit sangat lambat.
Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan
dapat diatasi dengan memberikan cairan elektrolit/oralit yang cukup dilarutkan
dalam air minum. Bila larutan oralit tidak tersedia, kita dapat membuat larutan
gula-garam dengan komposisi 1 sendok teh gula pasir + 1/4 sendok teh garam +
200 cc air matang hangat. Atau bisa juga dicoba dengan air beras, air kelapa
atau kaldu sayuran (tanpa lemak). Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat,
dalam keadaan darurat juga diberikan oralit sebelum dibawa ke rumah sakit.
Penderita perlu segera dilarikan ke rumah sakit terutama kalau penderita muntah
terus sehingga oralit tidak bisa masuk, tidak kencing selama 6 jam, tinja telah
bercampur darah, terus menerus diare tanpa henti.
Di rumah sakit biasanya pasien segera diberi cairan rehidrasi parenteral seperti Ringer Laktat atau Darrow Glukosa. Oralit atau garam rehidrasi oral tadi merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare, muntah, berkeringat.
Di rumah sakit biasanya pasien segera diberi cairan rehidrasi parenteral seperti Ringer Laktat atau Darrow Glukosa. Oralit atau garam rehidrasi oral tadi merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare, muntah, berkeringat.
Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap
baik oleh usus penderita diare. Na merupakan ion yang berfungsi allosterik
(berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain),
dengan kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula
melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat
meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus secara kuat (sekitar 25 x lebih
banyak daripada biasanya). Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc
dimasukkan ke dalam 1 gelas belimbing air, diaduk sampai larut.
Oralit diberikan ke penderita sedikit demi
sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan
1 sendok oralit, tunggu 5- 10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit.
Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kg BB/jam. Jumlah ini sesuai dengan
kecepatan pengosongan lambung. Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran
terlalu tinggi atau terlalu pekat yang bisa mengakibatkan rasa kantuk, lidah
bengkak, denyut jantung cepat, kulit menjadi merah.
Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus
atau perdarahan, hendaknya penderita diare beristirahat total. Perlu juga
melakukan diet makanan yang merangsang (asam, pedas) serta makanan yang tidak
mudah dicerna (berserat tinggi) dan berlemak.
2. Pengobatan
Dasar pengobatan pada Shigellosis yaitu
dengan penggunaan antibiotik, memperbaiki dan mencegah dehidrasi dan
mengendalikan gejala penyerta. Penatalaksanaan dehidrasi pada umumnya sama
dengan diare oleh sebab yang lain. Pengobatan dengan suportif yaitu memperbaiki
kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis,
syok dan kematian. Penatalaksanaan terdiri dari penggantian cairan dan
memperbaiki keseimbangan elektrolit secara oral atau intravena, menurut keadaan
masing-masing penderita. Selain pemberian cairan, pemberian makanan juga harus
diperhatikan. Terapi diatetik disesuaikan dengan status gizi penderita yang
didasarkan pada umur dan berat badan.
Antibiotik yang digunakan adalah Ampicillin
sebagai drug of choice, tetapi banyak yang sudah resisten terhadap obat ini
sehingga digunakan antibiotik lain. Trimethoprim-Sulfamethoxazole
(Kotrimoksasol) merupakan pilihan efektif untuk Shigellosis. Obat golongan
Sefalosporin generasi ketiga seperti Cefriaxone ataupun Cefixime bagi pasien
yang mempunyai kontraindikasi terhadap pemberian Kotrimoksasol. Obat golongan
Quinolone generasi pertama (Nalidixic acid) juga efektif bagi pasien yang
alergi terhadap Sulfas dan Sefalosporin.
Kotrimoksasol pada orang dewasa dapat diberikan
dengan dosis 160 mg/kali per oral sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan tidak
dianjurkan. Untuk anak dosisnya 8-10 mg/kg/ kali per oral diberikan selama 5
hari. Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita anemia megaloblastik dan
defisiensi G-6PD.
Cefriaxone pada orang dewasa dapat
diberikan 2 g IV/IM sekali pakai atau dibagi menjadi 2 kali pemberian. Untuk
dosis pediatrik 50 mg/kg/kali IV/IM diberikan sekali sehari. Untuk Cefixime
pada dewasa diberikan 400 mg/kali per oral sekali sehari atau dibagi menjadi 2
kali sehari, dosis pediatrik 15 mg/kg per oral sebagai dosis awal lalu
dilanjutkan 8 mg/kg/kali per oral untuk 5 hari.
Nalidixic acid pada dewasa diberikan 1 gr
per oral 4 kali sehari. Untuk dosis pediatrik 55 mg/kg/kali per oral dibagi
dalam 4 kali pemberian selama 5 hari.
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan
diare secara cepat seperti anti spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk
dipakai, karena akan memperburuk keadaan. Obat ini dapat menyebabkan
terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan digesti dan absorpsi
lainnya. Obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik usus saja
tetapi justru akibatnya sangat berbahaya. Diarenya terlihat tidak ada lagi
tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat.
Obat-obat absorben (pengental tinja)
seperti kaolin, pectin, norit, dan sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat.
Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya, tidak akan
dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah
kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat
yaitu pemberian cairan secepatnya.
Penderita Shigellosis harus istirahat penuh
di tempat tidur. Makanan harus kaya akan protein dan vitamin serta mudah
dicerna. Obat penenang diberikan apabila diperlukan saja.
3. Pencegahan
a. Apabila
bepergian ke daerah endemik sebaiknya bahan makanan baik buah-buahan ataupun
sayuran harus dicuci terlebih dahulu lalu dimasak sebelum dimakan.
b. Biasanya air yang
terkontaminasi oleh kotoran penderita juga merupakan sumber penyebaran
Shigella.
c. Mencuci tangan
setelah menggunakan toilet
d. Memisahkan
penderita demam dengan penderita diare di rumah sakit.
4. Prognosis
Pada kebanyakan anak sehat, Shigellosis
merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan biasanya
sembuh spontan. Kadang-kadang organisme tersebut dapat dibiakkan hingga 3 bulan
setelah suatu periode shigellosis akut. Peningkatan morbiditas dan mortalitas
tampak pada populasi tertutup seperti rumah sakit jiwa, atau pada negara-negara
yang belum berkembang dimana malnutrisi sering ditemukan.
0 Response to "SHIGELLA"
Posting Komentar