MAKALAH KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ELIMINASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler
dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun
hidup dalammilieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh
lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari
total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan
dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan
tugasnya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan dan
elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi
dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam
proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses
penyembuhan penyakit. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa.
Dimana aktivitas sel tubuh memerlukan asam basa yang dalam keadaan seimbang.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan
dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih
secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Mobilisasi Pasif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cairan Tubuh
1. Definisi cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira
50%-60% cairan.
2. Prosentase cairan tubuh
a. Prosentase dari total cairan tubuh
bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain:
1) Umur
Cairan
tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2) Kondisi lemak tubuh
Mengandung
sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3) Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia
1) Bayi (baru lahir): 75 % Berat
Badan
2) Dewasa :
- Wanita dewasa (20-40 tahun):
50 - 55% Berat Badan
- Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60%
Berat Badan
- Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
3. Fungsi Cairan
a. Pelarut universal
1)
Senyawa
bergerak lebih cepat dan mudah
2)
Berperan dalam reaksi kimia. Contoh: Glukosa
larut dalam darah dan masuk ke sel
3)
Sebagai medium untuk reaksi metabolisme
dalam sel
4)
Transport nutrient, membersihkan
produk metabolisme dan substansi lain
b. Pengaturan suhu tubuh
1) Mampu menyerap panas dalam jumlah
besar
2) Membuang panas
dari jaringan yang menghasilkan panas. Contoh: Otot-otot selama excercise
c. Pelicin
1) Mengurangi gesekkan (sebagai
pelumas)
d. Reaksi-reaksi kimia
1) Pemecahan karbohidrat
2) Membentuk protein
e. Pelindung
1) Cairan Cerebro-spinal, cairan
amniotic
4. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh
berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran
pencernaan
c. Produk metabolisme seperti
karbondiokasida
d.
Ion-ion yang merupakan bagian dari
senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya sodium
klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan satu
ion klorida (Cl-). Ion yang bermuatan positif disebut kation,
sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion Cairan tubuh berada pada dua
kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular
(CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di
seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+.
Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
b. Cairan Ekstrasel
Cairan
ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari
total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.
Cairan
ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar
sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam
pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel.
Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah
seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis
kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45%
sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih
dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang
khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata,
intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation
terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+,
Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-,
protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.
5. Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang
vaskuler menimbulkan tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan
onkotik atau osmotik koloid.
a. Tekanan hidrostatik adalah tekanan
yang disebabkan karena volume cairan dalam pembuluh darah akibat kerja dari
organ tubuh.
b. Tekanan onkotik merupakan tekanan
yang disebabkan karena plasma protein.
Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan
cairan. Misalnya terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik
lebih besar dari tekanan onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar
menuju interstisial. Sedangkan pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik
lebih besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke vaskuler.
Pada keadaan tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi
rendah atau kurang maka cairan akan di absorpsi ke ruang vaskuler.
6. Keseimbangan Cairan
a. Intake cairan dan output cairan
Keseimbangan
cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan sama dengan
cairan yang dikeluarkan.
1) Intake cairan
Pada
keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum antara
1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2600ml, sehingga
kekuarangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan
makanan sayur-sayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air.
Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses
pencernaan makan.
Intake
cairan meliputi:
Minum
|
:
|
1300 ml
|
Pencernaan makanan
|
:
|
1000 ml
|
Oksidasi metabolik
|
:
|
300 ml
|
Jumlah
|
:
|
2600 ml
|
Kebutuhan
Intake cairan berdasarkan umur dan berat badan:
No
|
Umur
|
BB(KG)
|
Kebutuhan
Cairan
|
1
|
3
hari
|
3
|
250-300
|
2
|
1
tahun
|
9,5
|
1150-1300
|
3
|
2
tahun
|
11,8
|
1350-1500
|
4
|
6
tahun
|
20
|
1800-2000
|
5
|
10
tahun
|
28,7
|
2000-2500
|
6
|
14
tahun
|
45
|
2200-2700
|
7
|
18
tahun
|
54
|
2200-2700
|
2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi
normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per
jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.besarnya
tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml
c) Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur,
pengeluaran ini melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar
1000-1300ml. keadaan demam dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi
panas, sehingga meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per
hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
Pengeluaran cairan meliputi:
Ginjal
|
:
|
1500 ml
|
Melalui keringat
|
:
|
0-500 ml
|
Insensible water loss (IWL):
· Kulit
· Paru-paru
|
:
:
|
600-900 ml
400 ml
|
Feses
|
:
|
100 ml
|
Jumlah
|
:
|
2600-2900 ml
|
b. Pengaturan Keseimbangan Cairan
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, ada beberapa
mekanisme tubuh diantaranya:
1) Rasa Haus
Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh
peningkatan osmolaritas cairan ekstarsel. Dapat juga disebabkan karena
hipotensi, poliuri atau penurun volume cairan. Rasa haus merupakan manifestasi
klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga merangsang individu untuk minum.
2) Pengaruh Hormonal
Ada 2 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan
yaitu Antidiuretik Hormon (ADH) dan Aldosteron.
a) Hormon ADH
ADH dihasilkan Ihipotalamus yang kemudian disimpan pada
hipofisis posterior. ADH disekresi ketika terjadi peningkatan serum protein,
peningkatan osmolaritas, menurunnya volume CES, latihan/aktivitas yang lama,
stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH berpengaruh pada peningkatan
reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus dan hormonal
merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat
produksi ADH adalah hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar
dingin, inhalasi CO2dan pemberian antidiuretik.
b) Hormon aldosteron
Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal dengan fungsinya
meningkatkan reabsorpsi sodium dan meningkatkan sekresi dari ginjal. Sekresi
aldosteron distimulasi yang utama oleh sistem renin-angotensin I. angiotensin I
selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Sekresi aldosteron juga
distimulasi oleh peningkatan potasium dan penurunan konsentrasi sodium dalam
cairan interstisial dan adrenocortikotropik hormon (ACTH) yang diproduksi oleh
pituitary anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri
menurun, tekanan darah arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan
tegangan otot arteri afferent ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin
menstimulasi aldostreon yang berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak
banyak keluar melaui ginjal.
3) Sistem Limpatik
Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung
direaksorpsi kedalam pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam
kelebihan cairan dan protein sebelum masuk dalam darah.
4) Ginjal
Ginjal
mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
5) Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan
cairan dan sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor
merespon pada dinding atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan
stroke volume dan memicu respons simpatetik pada ginjal untuk pelepasan
aldosteron oleh korteks adrenal.
7. Konsentrasi Cairan Tubuh
a. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel
terlarut per liter larutan,diukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh
jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan demikian osmlaritas
menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan. Jika
terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke
CIS,sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan
dari CIS ke CES. Partikel yang berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau
natrium,urea,dan glukosa.
b. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan
air dari kompartemen ke kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait
dengan tonisitas yaitu:
1) Larutan isotonik yaitu larutan yang
mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan cairan tubuh.
2) Larutan hipertonik yaitu larutan
yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari cairan tubuh.
3) Larutan hipotonik yaitu larutan yang
mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari cairan tubuh,mengandung lebih
sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.
8. Pertukaran Cairan Tubuh
Pertukaran cairan tubuh terjadi
karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui
proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.
a. Difusi
Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari
area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah.
Proses difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang tipis. Kecepatan
difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu larutan.
Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya
temperature akan meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi.
b. Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area
yang berkonsentrasi rendah ke area dengan berkonsentrasi tinggi.
Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak terlepas adanya tekanan osmotik
dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya osmolaritas
cairan dan tonisitas.
c. Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik
tinggi ke area yang bertekanan hidrostatik rendah
d. Transport Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari
konsentrasi rendah ke daerah dengan konsentrasi tinggi dengan menggunakan
energi. Proses ini sangat penting dalam keseimbangan cairan intrasel dan
ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan potassium. Untuk
mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa sodium-potasium,
dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
9. Gangguan atau Masalah dalam
Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan
asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan
cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat
penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Ada
tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika
kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika
kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika
tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Kehilangan
cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
(hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah
entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan
cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta
kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel
ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan
derajatnya:
1) Dehidrasi berat
a) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
b) Serum natrium 159-166 mEq/Lt
c) Hipotensi
d) Turgor kulit buruk
e) Oliguria
f) Nadi dan pernapasan meningkat
g) Kehilangan cairan mencapai >
10%BB
2) Dehidrasi sedang
a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara
5-10%BB
b) Serum natrium 152-158mEq/Lt
c) Mata cekung
d) Dehidrasi ringan
e) Kehilangan cairan mencapai 5%BB
f) Pengeluaran cairan tersebut sekitar
1,5-2 Lt
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan
cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan
pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan hiperolume dapat
menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di daerah
perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini
disebabkan karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan
dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan
jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan
cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan
engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular
dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan kepermukaan
interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang
terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan
sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema
paru-paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah
penumpukan sputum, dispnea, batuk dan suara ronkhi. Keadaan edema ini
disebabkan oleh gagal jantungyang mengakibatkan peningkatan penekanan pada
kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.
10. Definisi Elektrolit dan kebutuhan
elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut
ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan
dipecah menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit
tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah
substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu
milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
-
Ion-ion positif disebut kation.
Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium
-
Ion-ion negatif disebut anion.
Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
a. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total
konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan
konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim
dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh
terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel
serta sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau
minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi.
Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika
konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi
natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan
air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler.
Ion kalium 98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan
ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti daging, buah-buahan
dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama
berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi.
Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui
ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam tulang. Pengaturan
konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelnjar
tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika
terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk
menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan
tulang, berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular
dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan seperti sayuran hijau,
daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi
dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga
di cairan ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat
berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah,
metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan
banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi
melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan
berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan
kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6) Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida
berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium,
regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida
dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal.
Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam
darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam
ekstrasel dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi
dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam
karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal sekitar
25-29mEq/Lt.
b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
Elektrolit
|
Pengaturan
|
Fungsi
|
Sodium
( )
|
· Reabsorpsi dan sekresi ginjal
· Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi natrium di duktus
kolekting nefron
|
· Pengaturan dan distribusi volume cairan ekstrasel
· Mempertahankan volume darah
· Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
|
Potassium
( )
|
· Sekresi dan konservasi oleh ginjal
· Aldosteron meningkatkan pengeluaran
· Pemindahan dalam dan luar sel
· Insulin membantu memindahkan ke dalam sel
dan luar sel,jaringan yang rusak
|
· Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
· Transmisi saraf dan impuls elektrik
· Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi otot
· Pengaturan asam basa
· Kontraksi tulang dan otot polos
|
Kalsium
( )
|
· Distribusi antara tulang dan cairan ekstrasel
· Hormon paratiroid meningkatkan serum ,kalsitonin
menurunkan kadar serum
|
· Pembentukan tulang dan gigi
· Transmisi impuls saraf
· Pengaturan kontraksi otot
· Mempertahankan pace maker jantung
· Pembekuan darah
· Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
|
Magnesium
( )
|
· Dipertahankan dan dikeluarkan oleh ginjal
· Meningkan adsorpsi oleh vitamin D dan hormon paratiroid
|
· Metabolisme intrasel
· Pmpa sodium-potasium
· Relaksasi kontraksi otot
· Transmisi impuls saraf
· Pengaturan fungsi jantung
|
Klorida
( )
|
· Pengeluran dan reabsorpsi bersama sodium dalam ginjal
· Aldosteron meningkatkan adsorpsi klorida dengan sodium
|
· Produksi HCl
· Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan volume
vaskuler
· Keseimbangan asam-basa
|
Pospat
( )
|
· Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
· Paratiroid hormon menurunkan kadar serum dengan
meningkatkan sekresi ginjal
|
· Pembentukan tulang dan gigi
· Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
· Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
· Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
· Pengaturan asam-basa
· Pengaturan kadar kalsium
|
Bikarbonat
( )
|
· Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
· Pembentukan oleh ginjal
|
· Buffer utama dalam keseimbangan asam-basa
|
11. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang
memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik,
hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline
yang banyak dipergunakan. Contohnya:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+,
K+, Cl-, dan Ca2+
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri
atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+,dan
HCO3-
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+,
K+, Mg2+, Cl-, dan HCO3-
12. Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam plasma tinggi yang ditandai dengan addanya mukosa kering,
oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar
natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh
dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya
sedikit.
c. Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium
dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering
terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai
dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan
muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang
dari 3,5 mEq/L.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium
dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang
ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable
(peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia
me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan
adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma
kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar
kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya
nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar
kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia
merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium
dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
13. Faktor yang Berpengaruh pada
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan
elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya:
- Trauma seperti luka bakar akan
meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler
sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat
kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena
kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.
B. Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan
dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: Kandung kemih
secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks
serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral
(S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis
(S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.
Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat
destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal
dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada
saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih,
biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut
urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu,
biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksi sehari 5
kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus
dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap
orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali
perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang
peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris
dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa
produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi
dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain.
Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi
dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan
dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit
dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi
tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal;
lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan
mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah
eliminasi klien, perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan
faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Prosentase dari
total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa
hal antara lain : umur, kondisi lemak tubuh, dan jenis kelamin Cairan tubuh
dapat berfungsi sebagai pelarut universal, pengatur suhu tubuh, pelicin,
reaksi-reaksi kimia dan sebagai pelindung. Cairan tubuh terbagi atas 2
kompartemen yaitu: Cairan Intraseluler dan Cairan Ekstraseluler. Keseimbangan
cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan(intake cairan)
sama dengan cairan yang dikeluarkan(output cairan). Untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuh, ada beberapa mekanisme tubuh diantaranya: rasa haus, pengaruh
hormonal (ADH dan aldosteron), sitem limpatik, ginjal dan persarafan.
Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan
transport aktif. Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan ada 2
yaitu: hipovolume atau dehidrasi dan hipervolume atau overhidrasi.
- Elektrolit adalah substansi ion-ion
yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion positif disebut
kation dan ion-ion negatif disebut anion. Contoh kation antara lain natrium,
kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat,
dan fosfat. Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain : umur, iklim, diet, stress, kondisi sakit,
tindakan medis, pembedahan dan pengobatan.
- Eliminasi adalah
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka,penulis
mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada diri saya sendiri dan mengajak
kepada teman-teman maupun pembaca lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan
masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita sebagai seorang perawat.Yaitu:
1. Perlunya mempelajari secara mendalam
tentang materi cairan, elektrolit dan eliminasi ini, untuk dapat memahami dan
megerti tentang apa yang dimaksud dengan cairan dan elektrolit serta pentingnya
cairan dan elektrolit terhadap tubuh manusia.
2. Pentingnya mengetahui
mekanisme-mekanisme, proses dan semua yang terjadi dalam tubuh yang berhubungan
dengan cairan dan elektrolit serta gangguan-gangguan yang dapat diakaibatkan
oleh cairan dan elektrolit sehingga kita sebagai perawat dapat mengetahui
sampai dimana dan mengapa gangguan yang disebabkan oleh cairan dan elektrolit
ini sehingga kita dapat menentukan dan merencanakan tindakan keperawatan apa
yang akan kita lakukan atau kita berikan kepada pasien dengan gangguan yang
disebabkan atau gangguan yang menyebabkan cairan dan elektolit tidak dalam
keadaan yang normal.Sehingga kita dapat menjadi seorang perawat yang
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia
untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam
dan Basa. Diunduh dari http://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektroli
(Diakses 14 November 2011)
Elis. 2009. Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil. Diunduh
darihttp://elisdcabi.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-cairan-pada-ibu-hamil.html(Diakses
15 November 2011)
Yasir. 2009. Keseimbangan Cairan
Tubuh dan Asam-Basa. Diunduh darihttp://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/keseimbangan-cairan-tubuh-dan-asam-basa.html (Diakses
14 November 2011)
Siswanto. 2006. Kebutuhan cairan dan elektrolit. Diunduh
darihttp://www.sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses
14 November 2011)
0 Response to "MAKALAH KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ELIMINASI"
Posting Komentar