MAKALAH ASKEP MATERNITAS RETENSIO PLASENTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya Angka
Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka
kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Persalinan
merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan
setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami
perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor
tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu
diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30
menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam
uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya
plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut
dengan retensio plasenta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan maternitas retensio
plasenta
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara
langsung pada maternitas retensio plasenta.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat
diagnosa keperawatan maternitas retensio plasenta.
c.
Dapat membuat perencanaan pada
maternitas retensio plasenta.
d. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
maternitas retensio plasenta.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana
placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses
persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh
bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang
merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila
sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus
tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian
itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian
kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio
placenta memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan
penderita yang kurang. Oleh karena itu sebaiknya penanganan kala III pada
persalinan mengikuti prosedur tetap yang berlaku.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta
adalah :
a.
Placenta belum lepas dari dinding
uterus
Placenta yang belum lepas dari
dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a) kontraksii uterus kurang kuat
untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam.
Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
b. Placenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim.
Hal ini dapat disebabkan karena (a) penanganan kala III yang keliru/salah dan
(b) terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta
(placenta inkaserata).
Menurut tingkat perlekatannya,
retensio placenta dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut :
a.
Placenta Adhesiva; placenta melekat
pada desidua endometrium lebih dalam
b. Placenta Inkreta; placenta melekat
sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih dalam menembus desidua sampai
miometrium.
c.
Placenta Akreta; placenta menembus
lebih dalam kedalam miometrium tetapi belum mencapai lapisan serosa.
d. Placenta Perkreta; placenta telah
menembus mencapai serosa atau peritonium dinding rahim.
e.
Placenta Inkarserata; adalah
tertahannya di dalam kavum uteri karena kontraksi ostium uteri.
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, desidua basalis terletak diantara
miometium dan plasenta Lempeng pembelahan bagi pemisahan palsenta berada dalam
lapisan desidua basalis yang mirip spons. Pada plasenta acreta, desidua basilis
tidak ada sebagian atau seluruhnya, sehingga plasenta melekat langsung pada
miometrium, villi tersebut bisa tetap supervisiailspd otot uterus atau dapat
menembus lebih dalam. Keadaan ini bukan terjadi karena sifat invasif trofoblast
yang abnormal, melainkan karena adanya efek pada desisdua.
4. Gejala Klinis
a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan
yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum
meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa
3) Terjadi persainan prematur, tetapi
kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uteri
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya
perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan
ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta
secara manual
3) Komplikasi yang seriun tetapi jsrsng
dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya
diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat
berusaha mengeluarkan plasenta
5. Komplikasi
a. Syok naemorargic
b. Sepsis
c. Meltiple organ failure yang
berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perjusi organ
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Hitung darah lengkap :
Untuk menentukan tingkat hemoglogin (Hb) dan hematokrit
(Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi
:
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung
Protrombin Time (PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT).
Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
7. Penatalaksanaan
a. Penanganan Umum
1) Jika placenta terlihat dalam vagina,
mintalah ibu untuk mengedan. Jika anda dapat merasakan placenta dalam
vagina, keluarkan placentaa tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong.
3) Jika placenta belum keluar, berikan
oksitoksin 10 unti i.m. Jika belum dilakukan pada penanganan aktif kala III.
4) Jika uterus berkontraksi, lakukan
PTT.
5) Jika PTT belum berhasil cobalah
untuk melakukan pengeluaran placenta secara manual.
b. Penanganan Khusus
1) Retensio placenta dengan separasi
parsial :
a) Tentukan jenis retensio yang
terjadi.
b) Regangan tali pusat dan minta klien
untuk mengedan, bila ekspulsi placenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol
tali pusat.
c) Pasang infus oksitoksin 20 unit
dalam 500 ml cairan dengan 40 tetes/menit.
d) Bila traksi terkontrol gagal, lakukan manual placenta.
e) Transfusi jika perlu.
f) Beri antibiotik dan atasi
komplikasi.
2) Placenta inkaserata :
a) Tentukan diagnosa kerja
b) Siapkan alat dan bahan untuk
menghilangkan konstriksi serviks dan melahirkan plasenta.
c) Siapkan anastesi serta infus
oksitoksin 20 ui dalam 500 ml dengan 40 tetes/menit.
d) Pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, TFU, perdarahan
pasca tindakan.
3) Placenta akreta :
a) Tentukan diagnosis
b) Stabilitas pasien
c) Rujuk klien ke RS karena tindakan
kasus ini perlu dioperasi.
4) Placenta manual :
a) Kaji ulang indikasi dan persetujuan
tindakan.
b) Kaji ulang prinsip perawatan dan
pasang infus.
c) Berikan sedativa, analgetik, dan
antibiotik dengan dosis tunggal.
d) Pasang sarung tangan DTT.
e) Jepit tali pusat, tegangkan sejajar
lantai.
f) Masukan tangan secara obstetrik
menelusuri tali pusat dan tangan lain menahan fundus uteri.
g) Cari insersi pinggir placenta dengan
bagian lateral jari-jari tangan.
h) Buka tangan obstetrik seperti
memberi salam dan jari-jari dirapatkan, untuk menentukan tempat implantasi.
i) Gerakan tangan secara perlahan
bergeser kekranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
j) Jika tidak terlepas kemungkinan
akreta. Siapkan untuk laparatomi.
k) Pegang plasenta, keluarkan tangan
beserta plasenta secara pelahan.
l) Pindahkan tangan luar kesupra
simphisis untuk menahan uterus saat placenta dikeluarkan, dan periksa placenta.
m) Berikan oksitoksin 10 iu dalam 500 ml cairan dengan 60
tts/menit.
n) Periksa dan perbaiki robekan jalan
lahir.
o) Pantau tanda vital dan kontrol
kontraksi uterus dan TFU.
p) Teruskan infus dan transfusi jika
perlu.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada
ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai
berikut :
1) Sirkulasi :
- Perubahan tekanan darah dan nadi
(mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
- Pelambatan pengisian kapiler
- Pucat, kulit dingin/lembab
- Perdarahan vena gelap dari uterus
ada secara eksternal (placentaa tertahan)
- Dapat mengalami perdarahan vagina
berlebihan
- Haemoragi berat atau gejala syock
diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2) Eliminasi :
- Kesulitan berkemih dapat menunjukan
haematoma dari porsi atas vagina
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
- Sensasi nyeri terbakar/robekan
(laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus
lateral.
4) Keamanan :
- Laserasi jalan lahir: darah memang
terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi
baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke
perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah
vagina, atau robekan pada serviks.
5) Seksualitas :
- Uterus kuat; kontraksi baik atau
kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan)
- Kehamilan baru dapat mempengaruhi
overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio
placenta, placenta previa.
b. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan
umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi). Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).
2. Diagnosa, rencana intervensi
keperawatan
a. Defisit volume cairan tubuh
berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler yang berlebihan.
Intervensi :
- Tinjau ulang catatan kehamilan dan
persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis,
abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih
dari 5 minggu)
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang
tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya
komplikasi.
- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi
perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk
dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena,
dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan
kebutuhan penggantian.
- Kaji lokasi uterus dan derajat
kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu
tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam
diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan
kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama masase.
- Perhatikan hipotensi atau takikardi,
perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan
bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai
volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia.
- Pantau parameter hemodinamik seperti
tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
- Lakukan tirah baring dengan kaki
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan
reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
- Pantau masukan dan keluaran,
perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi
kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran
30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
- Hindari pengulangan/gunakan
kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi
servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
- Berikan lingkungan yang tenang dan
dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan
kebutuhan metabolik.
- Kaji nyeri perineal menetap atau
perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau
perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan
lanjut pada laserasi jalan lahir.
- Pantau klien dengan plasenta acreta
(penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio
placenta terhadap tanda-tanda KID (koagulasi intravascular diseminata).
Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya
pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
- Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan
isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral.
Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan
atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
: Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang
menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan
hemoragi pada adanya atonia.
b. Resiko tinggi terjadi Infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi :
- Demonstrasikan mencuci tangan yang
tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani
dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan
balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organinisme infeksious..
- Perhatikan perubahan pada tanda
vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
- Perhatikan gejala malaise, mengigil,
anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan
sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak
teratasi.
- Selidiki sumber potensial lain dari
infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif,
sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran
kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan
yang efektif.
- Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan
suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.
c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau
distensi jaringan.
Intervensi :
- Tentukan karakteristik, tipe,
lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap,
perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
- Kaji kemungkinan penyebab psikologis
dari ketidaknyamana.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
- Berikan tindakan kenyamanan seperti
pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan
episiotomi.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan
hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan
resorbsi hematoma.
- Berikan analgesik, narkotik, atau
sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan
relaksasi.
d. Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan hipovalemia
Intervensi :
Intervensi :
- Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya
kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen.
- Pantau tanda vital; catat derajat
dan durasi episode hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Penigkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Penigkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
- Perhatikan tingkat kesadaran dan
adanya perubahan prilaku.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.
- Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut,
gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
- Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor
sirkulasi kejaringan.
- Pasang jalan napas; penghisap sesuai
indikasi
Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.
e. Ancietas berhubungan dengan ancaman
perubahan pada status kesehatan.
Intervensi :
Intervensi :
- Evaluasi respon psikologis serta
persepsi klien terhadap kejadian hemoragii pasca partum. Klarifikasi kesalahan
konsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan.
Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, akan memperberat
ancietasnya.
- Evaluasi respon fisiologis pada
hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau
iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin
karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
faktor-faktor psikologis.
- Sampaikan sikap tenang, empati dan
mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol
emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam
menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
- Bantu klien dalam mengidentifikasi
perasaan ansietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk
memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan
perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.
- Beritahu kepada klien tujuan dari
setiap tindakan yang akan dilakukan
Rasional : Kecemasan klien akan berkurang bila sebelum sebuah tindakan dilakukan oleh perawat.
Rasional : Kecemasan klien akan berkurang bila sebelum sebuah tindakan dilakukan oleh perawat.
f.
Kurang Pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi yang diperoleh.
Intervensi :
Intervensi :
-
Jelaskan faktor predisposisi atau
penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.
Rasional : Memberikan informasi
untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.
-
Kaji tingkat pengetahuan klien,
kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang,
dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang
perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan
ancietas, yang menghambat pembelanjaran, dan memberikan klarifikasi dan
pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
-
Diskusikan implikasi jangka pendek
dari hemoragi pasca partum, seperti perlambatan atau intrupsi pada proses
kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan
bayinya segera sesuai keinginannya).
Rasional : Menurunkan ansietas dan
memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan ikatan serta
aktivitas-aktivitas perawatan bayi.
-
Diskusikan implikasi jangka panjang
hemoragi pasca partum dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada
kehamilan selanjutnya, ataonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan
anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.
3. Evaluasi
Dari intervensi yang dilakukan
beberapa hasil yang kita harapkan adalah sebagai berikut :
a.
Keseimbangan cairan dan elektrolit
dipertahankan
b. Berkurangnya resiko tinggi terjadi
Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau
distensi jaringan dapat terkontrol.
d. Kurangnya efek perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan hipovalemia
e.
Ancietas berhubungan dengan ancaman
perubahan pada status kesehatan dapat diatasi.
f.
Bertambahnya pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi yang diperoleh
4. Penkes
a. Pencegahan resiko plasenta adalah
dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan
memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan
talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III
b. Mengamati dan melihat kontraksi
uterus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu sebagai berikut:
Retensio placenta adalah keadaan dimana uri/placenta belum
lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir
Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio
placenta yaitu; (a) placenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh
melekat lebih dalam, dan (b) placenta telah terlepas tetapi belum dapat
dikeluarkan yang terjadi akibat penanganan kala III yang salah.ü
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri
adalah defisit volume cairan tubuh, resiko terjadi infeksi, nyeri, gangguan
perfusi jaringan, ancietas, dan kurangnya pengetahuan klien tentang keadaannya.ü
B. Saran
Hemoragi pasca partum biasanya didefenisikan sebagai
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama dan/atau setelah kelahiran. Ini
adalah salah satu penyebab tersering kematian pada ibu. Mudah-mudahan makalah
ini memberikan wawasan kepada kita tentang retensio sebagai salah satu penyebab
perdarahan post partum. Dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya
dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang
retensio placenta terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara
lebih khusus pada ibu yang mengalami retensio placenta.
DAFTAR
PUSTAKA
Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan,
Edisi Human Labor and Birth, Yayasan Essentia Medica, 1990.
Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC,
Jakarta, 1995.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
Muliyati, Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas,
Makassar, 2005.
0 Response to "MAKALAH ASKEP MATERNITAS RETENSIO PLASENTA "
Posting Komentar