MAKALAH ASKEP PASIEN DENGAN EKLAMPSIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Eklamsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika serikat kematian akibat eklamsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan presentase 10 %-15 % antara tahun 1991-197 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di amerika serikat adalah akibat eklamsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklamsia ataupun pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil. Pada tahun 1984 Pritchard dan kawan-kawan melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen terapi 245 kasus eklamsia. Pritchard pada tahun 1995 memulai standardisasi rejimen terapi eklamsia di Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan.
Eklamsia yang berat merupakan indikasi dari untuk dilakukan operasi seksio sesar. Operasi seksio sesar dilakukan guna untuk menolong ibu dan anak yang akan dilahirkan.
B.     Tujuan
             1.      Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan eklampsia.
            2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan eklampsia.
b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan eklampsia.
c.       Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan eklampsia.
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan eklampsia.
BAB II
LANDASAN TEORI 
A.    Konsep Dasar Penyakit
            1.      Definisi
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981).
            2.      Etiologi
Sampai saati ini etiologi terjadinya eklamsia belum diketahui pasti ( Kapita selekta kedokteran, 270)
            3.      Patofisiologi
Eklamsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulakan kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
            4.      Gejala Klinis
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
a.       Eklamsia ringan
1)      Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg.
2)      Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam.
3)      Atau dipstic +1
4)      Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
5)      Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata.
b.      Eklamsi berat
1)      Tekanan darah 160/110 mmHg
2)      Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
3)      Atau + 2 terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan.
4)      Trombosit kurang dari 100.000/mm 3
c.       Prognosis
1)      Koma lama
2)      Nadi diatas 120
3)      Suhu diatas 39°c
4)      Tensi diatas 160/110 mmHg
5)      Lebih dari 10 serangan
6)      Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
7)      Tidak adanya edema
              5.      Komplikasi
a.       Pada ibu
1)      CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2)      Edema paru
3)      Gagal ginjal
4)      Gagal hepar
5)      Gangguan fungsi adrenai
6)      DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
7)      Payah jantung
b.      Pada anak
1)      Prematuritas
2)      Gawat janin
3)      IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
4)      Kematianjanin dalam rahim
           6.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan laboratorium
b.      Adanya protein dalam air seni
c.       Fungsi organ, hepar, ginjal, jantung
d.      Fungsi Hematologi – Hemostasis
e.       Kardiologi
f.       Optalmologi
g.      Anestesiologi
h.      Neonatologi dan lain-lain
           7.      Penatalaksanaan
a.       Prinsip pengobatan
1)      Menghentikan kejang-kejang yang terjadi dan mencegah kejang-kejang ulangan.
2)      Mencegah dan mengatasi komplikasi.
3)    Memperbaiki keadaan umum ibu maupun anak seoptimal mungkin
Pengakhiran kehamilan / persalinan mempertimbangkan keadaan ibu
.
b.      Obat obat untuk anti kejang
MgS04 (Magnesium Sulfat)
1)      Dosis awal: 4 gr 20% iv pelan-pelan selama 3 menit atau lebih, disusul 10 gr 50% i.m. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
2)      Dosis ulangan: tiap 6 jam diberikan 5 gr 50% i.m diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat:
a)      Reflek patela harus positip
b)      Tidak ada tanda-tanda depresi pernapasan (respirasi > 16 kali/menit)
c)      Produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 600 cc/hari
3)      Apabila ada kejang-kejang lagi, diberikan MgS04 20%, 2 gr i.v pelan-pelan.Pemberian i.v ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi, maka diberikan Pentotal 5 mg/kg BB /i.v pelan pelan.
4)      Bila ada tanda-tanda keracunan, MgS04 diberikan antidotum Glukonas Kalsikus10 g%.l0cc i.v pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
5)      Apabila sudah diberi pengobatan diazepam sebelumnya tetapi tidak adekuat, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgS04.
B.     Konsep Asuhan Keperawatan
              1.      Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a.       Data subyektif :
1)      Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
2)      Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3)      Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
4)      Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5)      Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
6)      Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b.      Data Obyektif :
1)      Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2)      Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3)      Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4)      Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
5)      Pemeriksaan penunjang ;
6)      Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
7)      Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
8)      Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
9)      Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
10)  USG ; untuk mengetahui keadaan janin
11)  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
            2.      Diagnosa keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri b.d tindakan post operasi seksio sesar
b.      Resiko tinggi infeksi b.d luka post operasi seksio sesar
c.       Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme  dan peningkatan tekanan darah).
d.      Resiko tingi terjadinya cidera b.d kejang-kejang berulang.
      3.      Rencana keperawatan
No Dx
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
·         Pasien tidak meringis
·         Skala nyeri normal
·         Pasien melaoporkan rasa nyeri hilang atau berkurang
1.   lakukan pengkajian nyeri
2.   lakukan managemen nyeri
3.   monitoring keadaan insisi luka post operasi.
4.   Ajarkan tekhnik nafas dalam
5.   Ajarkan tehnik relaksasi
1.    Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
2.    Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
3.    Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
4.    Tekhnik nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri.
5.    Relaksasi dapat mengalihkan persepsi nyeri.
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
·         Menunjukkan regenerasi jaringan dan mencapai penyembuhan tepat waktu
·         pada area luka tampak bersih dan tidak kotor
·         Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
1.    Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
2.    Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
3.    Lakukan perawatan luka aseptik
4.    Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
5.    Kolaboras pemeriksaan darah : leokosit
6.    KolaborasiPemberian obat-obatan  antibiotika sesuai indikasi
1.    Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
2.    Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
3.    Mencegah kontaminasi dan kemungkin- an infeksi silang.
4.    Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
5.    Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
6.    Untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi.
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi kejang tidak terjadi dengan kriteria hasil:
·         Kesadaran  : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
·         Tanda-tanda vital :
TD     :120/80mmHg
Suhu  : 36-37 C
Nadi            : 60-80 x/i
RR                 : 16-20 x/i
1.    Monitor tekanan darah tiap 4 jam
2.    Catat tingkat kesadaran pasien
3.    Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi, dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
4.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.
1.    Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH.
2.    Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
3.    Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
4.    Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi cidera tidak terjadi dengan kriteria hasil:
·         Pasien tidak terjatuh atau cidera.
·         Lidah pasien tidak tergigit.
1.    Monitor tanda-tanda terjadinya kejang.
2.    Pasang restrein jika kerang sering terjadi
3.    Pasang sudip lidah bila terjadi kejang
1.    Antispasi terhadap terjadinya cidera.
2.    Menghindari pasien dari terjatuh dan cidera.
3.    Menghindari agar lidah tidak tergigit.

          4.      Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
           5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir penilaian dari proses keperawatan dengan menggunakan SOAP sebagai penilaian keberhasilan atau tidak berhasilnya implementasi yang telah dilakukan serta melanjutkan dari intervensi yang belum tercapai.
           6.      Penkes
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah,atau frekuensinya dikurangi.Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :
1.      Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2.      Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan.
3.      Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia  tidak juga dapat dihilangkan.
C.    Kasus
             1.      Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 26 Thn
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : MTsn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds. Pandulangan, Kandangan
Status : Kawin
Nama suami : Tn. S
Umur : 36 Thn
Suku/bangsa : Banjar/indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : MAN
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Pandulangan, Kandangan
           2.      Status Kesehatan
a.       Alasan kunjungan ke Rumah Sakit
Pada tanggal 1 april 2010 jam 10.00 wita,klien mengalami kejang disertai dengan mata yang terbuka dan keluar ludah berbusa dari mulut klien.
b.      Timbul keluhan
Kejang yang di alami secara tiba-tiba dan klien tidak sadarkan diri.
c.       Faktor yang memperberat
d.      Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
e.       Diagnosa Medik : Eklamsia
             3.      Riwayat Keperawatan
a.       Riwayat Obstetri
1)      Riwayat Menstruasi
a)      Menarche : umur 15 Tahun Siklus : teratur 28 hari
b)      Banyaknya : 1 hari klien ganti pembalut 3x Lamanya : 6-7 hari
c)      HPHT : 1 januari 2010
d)     TP : 8 oktober 2010
e)      Keluhan : selama menstruasi klien tidak memiliki keluhan
2)      Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu dan Sekarang
b.      Riwayat Keluarga Berencana
Suami klien mengatakan klien menggunakan alat kontrasepsi jenis pil sejak kelahiran anak pertama dan tidak ada keluhan.
c.       Riwayat Kesehatan
Suami klien mengatakan bahwa klien tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis dan klien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi dan asma.
d.      Riwayat Lingkungan
Klien tinggal dalam lingkungan yang bersih.
e.       Aspek Psikososial
Keluarga klien kelihatan pasrah melihat kondisi klien.
f.       Kebutuhan Dasar Khusus
1)      Pola Nutrisi (MRS & RS)
a)      Di Rumah : makan 3x sehari dengan nafsu makan yang baik, jenis makanan nasi, lauk pauk, ikan, sayur-sayuran dan kadang di tambah dengan buah. Makanan yang tidak disukai/pantangan tidak ada.
b)      Di RS : tidak makan apa-apa, karena kondisi klien yang tidak mendukung.
2)      Eliminasi
a)      Di Rumah : Klien BAK 2-3x/sehari berwarna kuning jernih dan berbau dan berbau khas, kemudian klien BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lunak.
b)      Di RS : Klien BAK dengan menggunakan kateter sebanyak ± 100cc belum pernah BAB.

3)      Pola Personal Hygiene
a)      Di Rumah : Klien mandi 2x/hari, memakai sabun, gosok gigi 3x/hari, keramas 3x/minggu dan memakai shampo.
b)      Di RS : klien hanya di seka oleh keluarga
4)      Pola Istirahat dan Tidur
a)      Di Rumah : Klien beristirahat setiap selesai beraktivitas ± 1-2 jam, klien tidur malam mulai dari jam 22.00-05.00 wita, dan tidur siang dari jam 13.00-14.00 wita.
b)      Di RS : Pada saat pengkajian klien tidak sadarkan diri.
5)      Pola Aktivitas dan latihan
a)      Di Rumah : Kegiatan klien sehari- hari mengurus rumah ,waktu bekerja pagi dan sore, klien hampir tidak pernah olahraga, kegiatan waktu luang menonton acara Tv, tidak ada keluhan dalam beraktivitas.
b)      Di RS : Klien tidak dapat melakukan pekerjaannya, klien tampak di bantu oleh keluarga dan alat dalam beraktivitas. (skala aktivitas : 3)
Skala Aktivitas :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Bantuan total
6)      Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman keras, atau memakai obat-obatan terlarang.
g.      Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah kesadaran : semi koma
TD : 140/70 mmHg N : 64x/m
R : 32x/m S : 37ºC
BB : 45 kg TB : 150 cm

1)      Kepala
Struktur simetris, tidak ada nyeri kepala, trauma kepala tidak ada, gerak kepala dan leher normal ( dapat menunduk, dan menoleh ke samping ), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan, warna rambut hitam, dan kulit kepala bersih.
2)      Mata
Mata kiri dan kanan simetris, tidak strabismus, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, mata tidak cekung, pergerakan mata baik, mata tampak bersih (tidak ada kotoran pada mata)
3)      Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret maupun kelainan polip, memakai alat bantu pernapasan.
4)      Telinga
Bentuk simetris, telinga cukup bersih (tidak terdapat serumen yang keluar), fungsi pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5)      Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, tidak tampak caries dan terlihat ludah berbusa pada mulut klien.
6)      Dada dan axilla
Bentuk payudara simetris, papila tampak menonjol, tampak hiper agmentasi pada areola mamae dan belum ada pengeluaran colustrum.
7)      Pernafasan
Klien dapat bernafas dengan frekuensi 32 x/m,dan menggunakan alat bantu pernafasan.
8)      Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut nadi 64x/menit dengan irama tertatur, tidak ada kelinan bunyi jantung, tidak ada kelainan bentuk dada dan tidak ada keluhan nyeri dada
9)      Abdomen
Perut mengecil tampak linea dan striea.
10)  Genitourinary
Klien berjenis kelamin perempuan dan terpasang kateter sebanyak ± 100cc.
11)  Ekstremitas (integumen / Muskuloskleta)
Ekstremitas atas dan bawah struktur simetris, tidak ada trauma, kelainan tulang dan sendi, tidak ada kesulitan dalam pergerakan, pada ekstremitas kanan atas terpasang infuse RL 20 tetes/menit.
Data Penunjang
Tanggal 1 April 2010
Laboratorium : -
USG : -.
Rontgen : -
Terapi yang didapatkan :
Tanggal 1 april 2010
Infus RL : 20 tts / menit
Cetodroxil : 2x1
Karbamazepin :3x1
      4.      Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS : Keluarga klien mengatakan bahwa klien kejang dengan nafas yang tersengal-sengal.
DO :
- Klien terlihat sesak nafas dengan frekuensi 32x/m.
- Pernafasan klien cepat dan dangkal
- Terpasang O2 ( 2-3 liter/m )
- TTV
TD : 140 / 70 mmHg
N : 64X / menit
RR : 32X / menit
T : 37°C
BB : 45 kg
TB : 150 cm
Kejang yang berulang
Asidosis respirasi
2.
DS : -
DO :
- klien terlihat kejang
- terlihat ludah berbuih dari mulut klien dan kadang lidah tergigit
Kejang berulang
Resiko cedera
         5.      Daftar Masalah
No.
Diagnosa Keperawatan
Tgl. Muncul
Tgl. Teratasi
1.
Asidosis respiratori b/d kejang yang berulang di tandai dengan :
DS : Keluarga klien mengatakan bahwa klien kejang dengan nafas yang tersengal-sengal.
DO :
- Klien terlihat sesak nafas dengan frekuensi 32x/m.
- Pernafasan klien cepat dan dangkal
- Terpasang O2 ( 2-3 liter/m )
- TTV
TD : 140 / 70 mmHg
N : 64X / menit
RR : 32X / menit
T : 37°C
BB : 45 kg
TB : 150 cm
1 april 2010
-
2.
Resiko cedera b/d kejang yang berulang ditandai dengan :
DS : -
DO :
- klien terlihat kejang
- terlihat ludah berbuih dari mulut klien dan kadang lidah tergigit
1 april 2010
-

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
B.     Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah selalu Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda. Serta mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi,Bandung: Elstar Offset
------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan,Surabaya: Dr.Soetomo.
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

http://linkshrink.net/7XXvOd

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH ASKEP PASIEN DENGAN EKLAMPSIA"

Posting Komentar