MAKALAH ASKEP PASIEN DENGAN EKLAMPSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eklamsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan
merupakan salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik
menunjukkan di Amerika serikat kematian akibat eklamsia mempunyai kecenderungan
menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan presentase 10 %-15 % antara tahun
1991-197 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di amerika serikat adalah
akibat eklamsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklamsia ataupun pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
yang mengancam jiwa ibu hamil. Pada tahun 1984 Pritchard dan kawan-kawan
melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen terapi 245 kasus eklamsia.
Pritchard pada tahun 1995 memulai standardisasi rejimen terapi eklamsia di
Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan.
Eklamsia yang berat merupakan indikasi dari untuk dilakukan
operasi seksio sesar. Operasi seksio sesar dilakukan guna untuk menolong ibu
dan anak yang akan dilahirkan.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan eklampsia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara
langsung pada pasien dengan eklampsia.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat
diagnosa keperawatan pada pasien dengan eklampsia.
c.
Dapat membuat perencanaan pada
pasien dengan eklampsia.
d. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien
dengan eklampsia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981).
2. Etiologi
Sampai saati ini etiologi terjadinya eklamsia belum
diketahui pasti ( Kapita selekta kedokteran, 270)
3. Patofisiologi
Eklamsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang
sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta
dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi
menimbulakan kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
4. Gejala Klinis
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia.
Eklamsi digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post partum,
adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
a.
Eklamsia ringan
1) Peningkatan tekanan darah >140/90
mmHg.
2) Keluarnya protein melalui urine
(proteinuria) dengan hasil lab proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24
jam.
3) Atau dipstic +1
4) Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg
seminggu
5) Bengkak kedua kaki, lengan dan
kelopak mata.
b. Eklamsi berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Proteinuria kuantitatif > = 2
gr/24 jam
3) Atau + 2 terdapat protein di dalam
urine dalam jumlah yang signifikan.
4) Trombosit kurang dari 100.000/mm 3
c.
Prognosis
1) Koma lama
2) Nadi diatas 120
3) Suhu diatas
39°c
4) Tensi
diatas 160/110 mmHg
5) Lebih dari 10
serangan
6) Proteinuria 10
gram sehari atau lebih
7) Tidak adanya
edema
5. Komplikasi
a.
Pada ibu
1) CVA ( Cerebro
Vascular Accident )
2) Edema paru
3) Gagal ginjal
4) Gagal hepar
5) Gangguan fungsi
adrenai
6) DIC (
Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
7) Payah jantung
b. Pada anak
1) Prematuritas
2) Gawat janin
3) IUGR
(Intra.Uterine Growth Retardation)
4) Kematianjanin
dalam rahim
6. Pemeriksaan diagnostik
a.
Pemeriksaan
laboratorium
b. Adanya protein
dalam air seni
c.
Fungsi organ,
hepar, ginjal, jantung
d. Fungsi
Hematologi – Hemostasis
e.
Kardiologi
f.
Optalmologi
g. Anestesiologi
h. Neonatologi dan
lain-lain
7. Penatalaksanaan
a.
Prinsip
pengobatan
1) Menghentikan
kejang-kejang yang terjadi dan mencegah kejang-kejang ulangan.
2) Mencegah dan
mengatasi komplikasi.
3) Memperbaiki
keadaan umum ibu maupun anak seoptimal mungkin
Pengakhiran kehamilan / persalinan mempertimbangkan keadaan ibu.
Pengakhiran kehamilan / persalinan mempertimbangkan keadaan ibu.
b. Obat obat untuk
anti kejang
MgS04
(Magnesium Sulfat)
1) Dosis awal: 4
gr 20% iv pelan-pelan selama 3 menit atau lebih, disusul 10 gr 50% i.m.
terbagi pada bokong kanan dan kiri.
2) Dosis ulangan:
tiap 6 jam diberikan 5 gr 50% i.m diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan
atau 6 jam bebas kejang.
Syarat:
a) Reflek patela
harus positip
b) Tidak ada tanda-tanda
depresi pernapasan (respirasi > 16 kali/menit)
c) Produksi urine
tidak kurang dari 25 cc/jam atau 600 cc/hari
3) Apabila ada
kejang-kejang lagi, diberikan MgS04 20%, 2 gr i.v pelan-pelan.Pemberian i.v
ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi,
maka diberikan Pentotal 5 mg/kg BB /i.v pelan pelan.
4) Bila ada
tanda-tanda keracunan, MgS04 diberikan antidotum Glukonas Kalsikus10 g%.l0cc
i.v pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
5) Apabila sudah
diberi pengobatan diazepam sebelumnya tetapi tidak adekuat, maka
dilanjutkan pengobatan dengan MgS04.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a.
Data subyektif
:
1) Umur biasanya sering
terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
2) Riwayat
kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat
kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4) Riwayat
kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5) Pola nutrisi :
jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
6) Psiko sosial
spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi :
edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk
mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi :
mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk
mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
5) Pemeriksaan
penunjang ;
6) Tanda vital
yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
7) Laboratorium :
protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
8) Berat badan :
peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
9) Tingkat
kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
10) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
11) NST : untuk mengetahui kesejahteraan
janin
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
tindakan post operasi seksio sesar
b. Resiko tinggi infeksi b.d luka post
operasi seksio sesar
c. Resiko tinggi
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
d. Resiko tingi terjadinya cidera b.d
kejang-kejang berulang.
3.
Rencana keperawatan
No Dx
|
Tujuan dan
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil:
· Pasien
tidak meringis
· Skala
nyeri normal
· Pasien
melaoporkan rasa nyeri hilang atau berkurang
|
1. lakukan
pengkajian nyeri
2. lakukan managemen
nyeri
3. monitoring
keadaan insisi luka post operasi.
4. Ajarkan tekhnik nafas dalam
5. Ajarkan tehnik relaksasi
|
1. Setiap
skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
2. Antisipasi
nyeri akibat luka post operasi
3. Antisipasi
nyeri akibat luka post operasi
4. Tekhnik nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri.
5. Relaksasi dapat mengalihkan persepsi nyeri.
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil:
· Menunjukkan
regenerasi jaringan dan mencapai penyembuhan tepat waktu
· pada
area luka tampak bersih dan tidak kotor
· Luka
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
|
1. Kaji
keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
2. Anjurkan
pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
3. Lakukan perawatan
luka aseptik
4. Mewaspadai
adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada
daerah luka.
5. Kolaboras
pemeriksaan darah : leokosit
6. KolaborasiPemberian
obat-obatan antibiotika sesuai indikasi
|
1. Untuk mengetahui
tanda-tanda infeksi.
2. Meminimalkan
terjadinya kontaminasi.
3. Mencegah
kontaminasi dan kemungkin- an infeksi silang.
4. Merupakan
indikasi adanya osteomilitis.
5. Lekosit
yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
6. Untuk mencegah
kelanjutan terjadinya infeksi.
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi kejang tidak
terjadi dengan kriteria hasil:
· Kesadaran :
compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
· Tanda-tanda
vital :
TD :120/80mmHg
Suhu :
36-37 C
Nadi
: 60-80 x/i
RR : 16-20 x/i
|
1. Monitor
tekanan darah tiap 4 jam
2. Catat
tingkat kesadaran pasien
3. Kaji adanya
tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi, dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
4. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.
|
1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160
atau lebih merupkan indikasi dari PIH.
2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan
aliran darah otak.
3. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status
kejang.
4. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
|
4.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu maks x 24 jam diharapkan resiko tinggi cidera tidak
terjadi dengan kriteria hasil:
· Pasien
tidak terjatuh atau cidera.
· Lidah
pasien tidak tergigit.
|
1. Monitor tanda-tanda terjadinya kejang.
2. Pasang restrein jika kerang sering terjadi
3. Pasang sudip lidah bila terjadi kejang
|
1. Antispasi
terhadap terjadinya cidera.
2. Menghindari
pasien dari terjatuh dan cidera.
3. Menghindari
agar lidah tidak tergigit.
|
4.
Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir penilaian dari proses
keperawatan dengan menggunakan SOAP sebagai penilaian keberhasilan atau tidak
berhasilnya implementasi yang telah dilakukan serta melanjutkan dari intervensi
yang belum tercapai.
6. Penkes
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat
dicegah,atau frekuensinya dikurangi.Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi
eklampsia terdiri atas :
1.
Meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan diri sejak hamil muda.
2.
Mencari pada
tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila
ditemukan.
3.
Mengakhiri
kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah
dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
C. Kasus
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 26 Thn
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : MTsn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds. Pandulangan, Kandangan
Status : Kawin
Nama suami : Tn. S
Umur : 36 Thn
Suku/bangsa : Banjar/indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : MAN
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Pandulangan, Kandangan
2. Status Kesehatan
a.
Alasan kunjungan ke Rumah Sakit
Pada tanggal 1 april 2010 jam 10.00
wita,klien mengalami kejang disertai dengan mata yang terbuka dan keluar ludah
berbusa dari mulut klien.
b. Timbul keluhan
Kejang yang di alami secara
tiba-tiba dan klien tidak sadarkan diri.
c.
Faktor yang memperberat
d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
e.
Diagnosa Medik : Eklamsia
3. Riwayat Keperawatan
a.
Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : umur 15
Tahun Siklus : teratur 28 hari
b) Banyaknya : 1 hari klien ganti
pembalut 3x Lamanya : 6-7 hari
c) HPHT : 1 januari 2010
d) TP : 8 oktober 2010
e) Keluhan : selama menstruasi
klien tidak memiliki keluhan
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
yang lalu dan Sekarang
b. Riwayat Keluarga Berencana
Suami klien mengatakan klien
menggunakan alat kontrasepsi jenis pil sejak kelahiran anak pertama dan tidak
ada keluhan.
c.
Riwayat Kesehatan
Suami klien mengatakan bahwa klien
tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis dan klien
tidak mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi dan asma.
d. Riwayat Lingkungan
Klien tinggal dalam lingkungan yang
bersih.
e.
Aspek Psikososial
Keluarga klien kelihatan pasrah
melihat kondisi klien.
f.
Kebutuhan Dasar Khusus
1) Pola Nutrisi (MRS & RS)
a) Di Rumah : makan 3x sehari
dengan nafsu makan yang baik, jenis makanan nasi, lauk pauk, ikan,
sayur-sayuran dan kadang di tambah dengan buah. Makanan yang tidak
disukai/pantangan tidak ada.
b) Di RS : tidak makan apa-apa,
karena kondisi klien yang tidak mendukung.
2) Eliminasi
a) Di Rumah : Klien BAK
2-3x/sehari berwarna kuning jernih dan berbau dan berbau khas, kemudian klien
BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lunak.
b) Di RS : Klien BAK dengan
menggunakan kateter sebanyak ± 100cc belum pernah BAB.
3) Pola Personal Hygiene
a) Di Rumah : Klien mandi 2x/hari,
memakai sabun, gosok gigi 3x/hari, keramas 3x/minggu dan memakai shampo.
b) Di RS : klien hanya di seka
oleh keluarga
4) Pola Istirahat dan Tidur
a) Di Rumah : Klien beristirahat
setiap selesai beraktivitas ± 1-2 jam, klien tidur malam mulai dari jam
22.00-05.00 wita, dan tidur siang dari jam 13.00-14.00 wita.
b) Di RS : Pada saat pengkajian
klien tidak sadarkan diri.
5) Pola Aktivitas dan latihan
a) Di Rumah : Kegiatan klien
sehari- hari mengurus rumah ,waktu bekerja pagi dan sore, klien hampir tidak
pernah olahraga, kegiatan waktu luang menonton acara Tv, tidak ada keluhan
dalam beraktivitas.
b) Di RS : Klien tidak dapat
melakukan pekerjaannya, klien tampak di bantu oleh keluarga dan alat dalam
beraktivitas. (skala aktivitas : 3)
Skala Aktivitas :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Bantuan total
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan
Klien tidak mempunyai kebiasaan
merokok, minum-minuman keras, atau memakai obat-obatan terlarang.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
lemah kesadaran : semi koma
TD : 140/70 mmHg N :
64x/m
R : 32x/m S : 37ºC
BB : 45 kg TB : 150
cm
1) Kepala
Struktur simetris, tidak ada nyeri
kepala, trauma kepala tidak ada, gerak kepala dan leher normal ( dapat
menunduk, dan menoleh ke samping ), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada benjolan, warna rambut hitam, dan kulit kepala bersih.
2) Mata
Mata kiri dan kanan simetris, tidak
strabismus, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, mata tidak cekung,
pergerakan mata baik, mata tampak bersih (tidak ada kotoran pada mata)
3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret
maupun kelainan polip, memakai alat bantu pernapasan.
4) Telinga
Bentuk simetris, telinga cukup
bersih (tidak terdapat serumen yang keluar), fungsi pendengaran baik dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
5) Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, tidak tampak
caries dan terlihat ludah berbusa pada mulut klien.
6) Dada dan axilla
Bentuk payudara simetris, papila
tampak menonjol, tampak hiper agmentasi pada areola mamae dan belum ada
pengeluaran colustrum.
7) Pernafasan
Klien dapat bernafas dengan
frekuensi 32 x/m,dan menggunakan alat bantu pernafasan.
8) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut nadi 64x/menit
dengan irama tertatur, tidak ada kelinan bunyi jantung, tidak ada kelainan
bentuk dada dan tidak ada keluhan nyeri dada
9) Abdomen
Perut mengecil tampak linea dan striea.
10) Genitourinary
Klien berjenis kelamin perempuan dan
terpasang kateter sebanyak ± 100cc.
11) Ekstremitas (integumen
/ Muskuloskleta)
Ekstremitas atas dan bawah struktur
simetris, tidak ada trauma, kelainan tulang dan sendi, tidak ada kesulitan
dalam pergerakan, pada ekstremitas kanan atas terpasang infuse RL 20
tetes/menit.
Data Penunjang
Tanggal 1 April 2010
Laboratorium : -
USG : -.
Rontgen : -
Terapi yang didapatkan :
Tanggal 1 april 2010
Infus RL : 20 tts / menit
Cetodroxil : 2x1
Karbamazepin :3x1
4.
Analisa Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS
: Keluarga klien mengatakan bahwa klien kejang dengan nafas yang
tersengal-sengal.
DO
:
- Klien terlihat sesak nafas
dengan frekuensi 32x/m.
- Pernafasan klien cepat dan
dangkal
- Terpasang O2 ( 2-3 liter/m
)
- TTV
TD
: 140 / 70 mmHg
N :
64X / menit
RR
: 32X / menit
T :
37°C
BB
: 45 kg
TB
: 150 cm
|
Kejang
yang berulang
|
Asidosis
respirasi
|
2.
|
DS : -
DO :
- klien
terlihat kejang
- terlihat
ludah berbuih dari mulut klien dan kadang lidah tergigit
|
Kejang
berulang
|
Resiko
cedera
|
5. Daftar Masalah
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl. Muncul
|
Tgl. Teratasi
|
1.
|
Asidosis respiratori b/d kejang yang berulang di tandai
dengan :
DS : Keluarga klien mengatakan bahwa
klien kejang dengan nafas yang tersengal-sengal.
DO
:
- Klien terlihat sesak nafas
dengan frekuensi 32x/m.
- Pernafasan klien cepat dan
dangkal
- Terpasang O2 ( 2-3 liter/m
)
- TTV
TD
: 140 / 70 mmHg
N :
64X / menit
RR
: 32X / menit
T :
37°C
BB
: 45 kg
TB
: 150 cm
|
1 april 2010
|
-
|
2.
|
Resiko cedera b/d kejang yang berulang ditandai dengan
:
DS : -
DO :
- klien
terlihat kejang
- terlihat ludah berbuih dari
mulut klien dan kadang lidah tergigit
|
1 april 2010
|
-
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti
“Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala
eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang
kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam
nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia
timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya
eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia
puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali
persalinan mulai tidak lama kemudian.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan
adalah selalu Meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan diri sejak hamil muda. Serta mencari pada tiap pemeriksaan
tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn E. Doenges. Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu Fakultas Kedoteran
Universitas Indonesia
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas, EGC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri
Patologi,Bandung: Elstar Offset
------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF
Kandungan,Surabaya: Dr.Soetomo.
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa
keperawatan, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis
Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu
Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
0 Response to "MAKALAH ASKEP PASIEN DENGAN EKLAMPSIA"
Posting Komentar