MAKALAH STRES FISIK
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres merupakan
kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Artinya stres dialami oleh
setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau
status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun
orang dewasa. Bahkan mungkin stres juga dialami oleh makhluk hidup lainnya.
Stres dapat
berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif, mendorong orang untuk
membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh
negatif, menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri,
penolakan, marah, depresi, dan memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia,
tekanan darah tinggi atau stroke. Stres pada anak yang berkepanjangan akan
berpengaruh negatif pada pertumbuhan kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri
dan takut melakukan sesuatu.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian stress
fisik
2. Untuk mengetahui etiologi stress
fisik
3. Untuk mengetahui patofisiologi
stress fisik
4. Untuk mengetahui tindakan
keperawatan stress fisik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengerian Stress Fisik
Stres merupakan
fenomena psikofisik yang manusiawi, dialami oleh setiap orang dengan tidak
mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial. Stres
dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap individu. Positifnya
adalah mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan
menghasilkan pengalaman baru. Negatifnya adalah menimbulkan rasa tidak percaya
diri, penolakan, marah, depresi, yang memicu munculnya penyakit seperti sakit
kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.
Stres fisik: stres
jenis ini terjadi karena berbagai keadaan. Seperti kecelakaan, posisi yang
tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama beraktivitas di depan komputer.
B. Etiologi
Stres fisik dapat terjadi
karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik, merasa
penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking ,
sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan
keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan.
C. Patofisiologi
Ketika stres tidak diadaptasi baik
oleh otak, maka hipotalamus akan mengaktifkan sistem hormonal otak yang
melibatkan jaras Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA-Axis) yang produk akhirnya
adalah hormon stres yang bernama Kortisol. Hormon ini mempunyai fungsi
membalikkan keadaan normal fisiologis dari tubuh. Hormon kortisol ini akan
membuat peningkatan gula darah, peningkatan
denyut jantung, menurunkan produksi antibodi serta meningkatkan asam lemak dalam darah.
Sedangkan lewat jalur saraf otonom,
stres yang kronik akan memicu sistem saraf untuk meningkatkan tekanan darah,
mengurangi produksi saliva (ludah), menghentikan kerja lambung, meningkatkan
kerja paru-paru sehingga bernapas lebih cepat dan dalam serta meningkatkan
asupan oksigen.
Keadaan ini jika terjadi secara
kronis bisa berakibat pada melemahnya fungsi-fungsi organ tubuh walaupun tidak
selalu sampai mengalami kerusakan organ. Pasien biasanya datang ke dokter pada
saat keadaan mulai mengalami gejala-gejala kecemasan dan fisik yang terganggu
tetapi belum sampai mengalami kerusakan organ yang permanen.Tidak heran jika
diperiksa secara obyektif dengan alat kedokteran canggih pun seperti CT-Scan,
Endoskopi, MRI, MSCT bahkan Angiography belum terlihat adanya kelainan.
D. Tindakan Keperawatan
Manusia adalah makhluk
kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan
berpotensi menimbulkan tress, dan menuntut seseorang untuk
mengatasinya. Cara seseorang mengatasi tress dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori.
Pertama, cara ini
merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan tress
berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan
sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam
kelompok ini adalah:
1.
Acting out, yaitu
menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih
sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri,
misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.
Denial, yaitu
menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bermakna positif, tre pula
bermakna tresse. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya
memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk
mempelajarinya; tre bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi
peningkatan kemampuan; bermakna tresse bila kemampuannya tidak meningkat karena
memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan
pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.
Displacement, yaitu
memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang
benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman.
4.
Rasionalisasi, yaitu
membuat tress-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala
Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia
tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan
untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang
disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar
melakukan upaya untuk mengatasi tress. Jadi pengelolaan tress dipusatkan pada
masalah yang menimbulkan tress. Ada dua strategi yang tre dilakukan untuk
mengatasi tress, yaitu:
Meningkatkan toleransi
terhadap stress, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri,
baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri
sendiri bahwa tress memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami
oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara
fisik: mengkonsumsi
1.
Makanan dan minuman yang
cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di tresse, berolahraga secara teratur,
melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2. Mengenal dan mengubah
sumber tress, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres merupakan
fenomena psikofisik yang manusiawi, dialami oleh setiap orang dengan tidak
mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial. Stres
dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap individu.
Stres fisik: stres
jenis ini terjadi karena berbagai keadaan. Seperti kecelakaan, posisi yang
tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama beraktivitas di depan komputer.
B. Saran
Agar kita terhindar
dari penyakit malaria, hendaknya kita melakukan tindakan pencegahan dari
gigitan nyamuk anopheles. Pencegahannya bisa dengan menggunakan obat dan ada
juga yang tanpa obat. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan
salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di
malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran
masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Fadilla, Avin. 1999. Beberapa
Teori Psikologi Lingkungan. Diakses pada : Senin, 18 april 2011. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/hidupdikota_
avin.pdf
www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/.../bab7-stres_lingkungan.pdf.
Diakses
pada:Senin, 18 april
2011
0 Response to "MAKALAH STRES FISIK"
Posting Komentar