MAKALAH MASALAH KEBIDANAN DALAM KOMUNITAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari
Pembangunan Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa
yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang
maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat
kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati
peran penting dalam Pembangunan Nasional.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan
masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu
dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan
kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB). Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya
adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta
terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan
sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sudah merupakan
tugas seorang bidan sebagai tenaga kesehatan untuk mengetahui masalah pelayanan
kebidanan yang meliputi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian
BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis,
dan IMS.
B. Rumusan Masalah
Apa saja masalah kebidanan di
komunitas ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui masalah pelayanan
kebidanan.di komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Kematian Ibu dan Bayi
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun,
masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
a. Kematian Ibu.
Kematian ibu adalah kematian yang
terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi
bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk
menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar
248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun
2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun,
namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai
target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan
kebidanan komunitas terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI
yang dinilai masih tinggi.
b.
Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI
tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan
perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB
pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi
meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare
(9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).
c.
Upaya menurunkan AKI dan AKB:
1.
Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2.
Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3.
Membangun kemitraan bidan dan dukun
4.
Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5.
Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6.
Peningkatan fungsi PONED
7.
Optimalisasi desa siaga
d.
Peran bidan
1.
Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi
penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat.
2.
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat
mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya
persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta
mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3.
Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi
“suami, bidan dan desa SIAGA”
1.2. Kehamilan Remaja
a.
Pengertian
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia
14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude,
practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19
tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Hal masa depanpun menjadi
masalah misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah
musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi
apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi
penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.
b. Hal
yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain :
1.
Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar
terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar
dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak
diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan
mereka terhadap orang tua.
2.
Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah
untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja
terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan
yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku
3.
Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007
yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan
dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan
kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar
65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5%
yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua
c.
Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
1.
Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk
mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan
menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang
prima sehingga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah
terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi
yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan
alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar
kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan
berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam
keadaan optimal.
2.
Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah
psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap
kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur
kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan
dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau
laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya
ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit
ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada
anak gadisnya.
3.
Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah
kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1)
Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan
berbagai masalah kebidanan
2)
Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3)
Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial
ekonomi
4)
Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
5)
Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai
masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,
masyarakat belum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya
dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan
sebagai hasil hidup bersama
4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1)
Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran
yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi
alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2)
Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC)
kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di
sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat
dan memijat perutnya sendiri.
3)
Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan
stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4)
Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan
kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
5)
Keracunan Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan
anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
6)
Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga
cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
a.
Pencegahan Kehamilan Remaja
1.
Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3.
Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4.
Jangan terjebak pada rayuan gombal
5.
Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6.
Mendekatkan diri pada Tuhan
7. Penyuluhan
meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,Keluarga Berencana (alat
kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8.
Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat
kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
b.
Peran Bidan
1.
Bersikap bersahabat jangan mencibir
2.
Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3.
Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara kekeluargaan, segera menikah.
4.
Periksa kehamilan sesuai standart
5.
Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6.
Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.
1.3. UNSAFE ABORTION
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion)
adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan
Menyongsong Masa Depan, PP IBI).
Unsafe abortion adalah upaya untuk
terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien. (Behrman
Kliegman, 2000:167).
Unsafe abortion adalah prosedur
penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga medis/non medis),
alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan
Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis
tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36
Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan
berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan
dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib
melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dengan demikian pengertian aborsi
yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau
bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan
membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
1. Penyebab
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak
tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis, seperti :
a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat
untuk hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya
anak lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d . Masalah ekonomi, menambah anak akan
menambah beban ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g. Kegagalan pemakaian alat
kontrasepsi.
2.
Ciri – Ciri
a. Dilakukan
oleh tenaga medis atau non medis
b.
Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
c. Kurangnya fasilitas
dan sarana
d. Status
illegal
3. Dampak
a. Dampak
sosial
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
b. Dampak
kesehatan
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
c. Dampak psikologis
Trauma
4.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang
tidak aman terhadap kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan
abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan.
Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu
pengakhiran kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko
tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh
individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal
bagi suatu tindakan medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan
memberikan resiko infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di
dalam rahim dan perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila
tidak mendapatkan pertolongan yang segera.
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat
kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan
pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian ibu. Peningkatan
kualitas perempuan merupakan salah satu syarat pembangunan sumber daya manusia.
Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi
tidak aman adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak
aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas
keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.
Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing
klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat
keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek
kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja yang belum
menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka
mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko
terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila
akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan
selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.
5. Hukum
Menurut KUHP orang yang dapat
dihukum adalah orang yang menggugurkan kandungan seorang wanita, juga wanita yang
digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum adalah
dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan peninggalan masa kolonialisasi Belanda
melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur
dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam
hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang memberi
harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.
6. Peran Bidan
a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam
pendidikan keagamaan
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan
tentang abortus dan bahayanya
7. Kriteria Aborsi yang Aman
1. Dilakukan oleh
pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat
kedokteran yang layak.
3. Dilakukan
dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril
atau tidak tercemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan
kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.
1.4. BBLR
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan
masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim
digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran
provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%,
tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%,
infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO
(2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.
a.
Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena
ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir
kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang
serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang
biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)
Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi
:
1.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3.
Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram
Bayi
dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya:
Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI,
Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.
b.
Ciri-ciri BBLR
1.
Berat < 2.500 gram
2.
Panjang badan < 45 cm
3.
Lingkar dada < 30 cm
4.
Lingkar kepala < 33 cm
5.
Usia kehamilan < 37 minggu
6.
Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7.
Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8.
Pernafasan tidak teratur, dll.
c.
Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1.
Faktor Ibu
a.
Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir
dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi
ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA
kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/
buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b.
Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi
pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan
bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada
ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin
dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia
di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c.
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d.
Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2.
Faktor Kehamilan
a.
Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc. Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko
tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
b.
Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000
gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru
lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting
dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c.
Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan
diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan.
Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan
anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan
terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila
janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal
napas dan komplikasi asfiksia.
d.
Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan
kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan
dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e.
Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3.
Faktor Janin
a.
Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk
masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang
mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
b.
Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan
fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga
aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi
hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin.
Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan
dan kematian janin.
c.
Penanganan
1.
Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg
: 350C
BB 2 kg – 2,5 kg
: 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap
minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan (24 – 27 oC).
2.
Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung
masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase) masih kurang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang
paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan
kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro
H, 2007)
d.
Pencegahan
1.
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera
lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi
masyarakat
3.
Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4.
Penyuluhan kesehatan
5.
Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
e.
Peran bidan
1.
Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama
hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan
mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta
kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir.
2.
Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima pelayanan
KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3.
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.
1.5 Tingkat kesuburan
1.
PUS dengan Fertilitas tinggi
Tingkat fertilitas/ tingkat
kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah
satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya
tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem
reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan memberikan
KB yang sesuai.
2.
PUS dalam masa prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum memasuki masa
pembuahan dan kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS) dapat merencanakan
kehamilan dengan berbagai persiapan yang lebih matang. Peran bidan disini
adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan:
a)
Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat
cukup, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b)
Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.
c)
Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan.
3. PUS
dengan masalah Infertilitas (Kemandulan)
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat
penting bagi pasangan suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi
fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat
menjadi masalah yang serius. Untuk itu bidan harus mampu mengenal masalah
kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri.
a. Definisi
Infertil
Infertilitas adalah kegagalan
dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan
seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497). Ketidaksuburan
(infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1). Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2) . Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono,2008, hal: 2).
Berdasarkan hal yang telah disebutkan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile
apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1)
Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2) Selama satu tahun atau
lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
3)
Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4) Istri maupun suami
tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik kondom,
obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008, hal: 3).
b.
Pencegahan
1) Berbagai macam infeksi
diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun
saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani
serius (Steven RB,1985).
2) Beberapa zat dapat meracuni
sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan
kualitas sperma (Steven RB,1985).
3) Alcohol dalam jumlah banyak
dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang tentunya akan
menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
4) Berperilaku sehat
(Dewhurst,1997).
c.
Peran bidan
1) Meningkatkan peran serta
kedua pasangan untuk dapat saling bekerjasama dalam menangani masalah
infertilitas.
2) Melakukan rujukan sehingga pasangan
infertil mendapat penanganan yang tepat
3) Konseling tentang variasi dalam
hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan
kesuburan suami atau isteri.
1.6 Pertolongan
Persalinan oleh Tenaga Non Medis
a.
Definisi
Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa
dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang
tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi
pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah
satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
b.
Penyebab
Penyebab persalinan di tenaga non
medis:
1.
Disparitas antar wilayah (Jauh dari nakes)
2.
Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3.
Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar
melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran
tinggi)
c. Penanganan
Penanganannya
dengan diadakan program penempatan bidan di
desa yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan
balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat
setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.
d.
Peran bidan
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa
siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu.
1.7 PMS/IMS
a.
Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah
penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit
dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik
yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio
penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK
tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis,
herpes simpleks, HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui
hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah
melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan
diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk
tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda,
2007).
b.
Gejala
Sebenarnya mengenali gejala infeksi
menular seksual cukup mudah, yaitu dengan mengecek apakah ada cairan seperti
nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini biasanya berupa
lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas ketika
buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian
bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki.
Gejala umum IMS yaitu:
1.
Perubahan pada kulit disekitar kemaluan
2.
Gatal pada alat kelamin.
3.
Terasa nyeri saat buang air kecil.
4.
Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5.
Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil,
ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6. Ada
benjolan yang mencurigakan
7.
Berdarah dan nyeri saat berhubungan
c.
Pengobatan IMS
1.
Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan
hanya dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu
gunakan kondom. juga jangan bertukar alat suntik.
2.
Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3.
Bila ada keluhan segera periksa ke dokter.
4.
Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter
akan sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5.
Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.
d.
Peran Bidan
Peran bidan dalam pemberantasan IMS
ditegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu:
1.
Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2.
Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :
a)
Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat.
b)
Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami istri
tentang kesehatan reproduksi.
c)
Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS dan
bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan
penyuluhan pada masyarakat.
d)
Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS
1.8 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh
pada pelayanan kebidanan komunitas
a. pengertian
Budaya adalah suatu pola hidup yang
menyeluruh.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Beberapa perilaku dan
aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas antara
lain :
1. Health believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan
secara turun temurun dalam pemberian makanan bayi.
Contohnya : di daerah nusa tenggara barat ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan
tradisi nasi pisang
2. Life style
Gaya hidup yang berpengaru terhadap
kesehatan
Contohnya gaya hidup kawin cerai di
lombok atau gaya hidup perokok
3. Health seeking behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial
budaya yang mempercayai apa bilah seseorang sakit tidak perlu pelayanan
kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi
dukun
b. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin
1. Hamil
Beberapa contoh perilaku sosial budaya
masyarakat yangh berkaitan dengan kehamilan antara lain :
a. Upacara –upacara yang di lakukan untuk
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan,dan brokohan
b. Mengidam, dikotomi panas dingin
c. Larangan masuk hutan
d. Pantangan keluar waktu maghrib
e. Pantangan menjalin rambut karena bisa
menyebabkan lilitan tali pusat
f. Tidak boleh duduk di depan pintu
g. Tidak boleh makn pisang dempet
2. Persalinan
Beberapa contoh perilaku sosial budaya
dalam persalinan yang ada di masyarakat
antara lain :
a. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga
yang akan menjaga nama baik
b. Bayi perempuan adalah pelanjut atau
penghasil keturunan
c. Memasuki minyak ke dalam vagina supaya
bersalin lancar
d. Melahirkan di daerah terpencil hanya
dengan dukun
e. Minum minyak kelapa memudahkan
persalinan
f. Makan daun kemangi membuat jari-jari
lengket sehinggga mempersulit persalinan
c. Peran bidan komunitas terhadap perilaku selama persalinan
a. Memberikan pendidikan pada penolong
persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan
pasca persalinan
b. Memberikan pendidikan mengenai konsep
kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan
c. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga
kesehatan setempat
d. Contoh kasus perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh
pada pelayanan kebidanan yang positif
a. Selamatan 7 bulan (pada ibu hamil)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka
kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga
non medis, dan IMS. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian dan
kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Di Indonesia rata-rata kehamilan
remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey
knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi
pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah.
Bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab
terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya
adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang
perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa
diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI
dan AKB.
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa
dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang
tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi
pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah
satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
IMS adalah penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan
Tambayong,2000:195). Umumnya mata rantai penularan IMS
adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan
seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis,
trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS.
B.
Saran
Sebaiknya seorang bidan mengetahui
tentang masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan, sehingga
akan lebih tanggap untuk melakukan pencegahan akan timbulnya masalah yang
terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur masalah kesehatan tersebut muncul maka
bidan akan lebih cepat dalam penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain serta masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran,
Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.
Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L. 2004
. Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.
0 Response to "MAKALAH MASALAH KEBIDANAN DALAM KOMUNITAS"
Posting Komentar