MAKALAH OSTEOMIELITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena
dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang
sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic
terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri
hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi
dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering
dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang
panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.(Yuliani 2010).
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian
tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah
sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral
adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian
tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika
sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. (Randall,
2011)
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.
2. Untuk mengetahui
penyebab osteomielitis.
3. Untuk mengetahui
patofisiologi dari osteomielitis
4. Untuk mengetahui
jenis-jenis dari osteomielitis
5. Untuk mengetahui
manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomielitis.
6. Untuk mengetahui
pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomielitis.
7. Untuk mengetahui
penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomielitis.
8. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan klien yang mengalami osteomielitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih
sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang
mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang
yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer,
2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen) (Corwin, 2001).
B.
ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia,
the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi
dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya
terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa
biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa
memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak
bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran
atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis
akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada
jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut
biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes
mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat
lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami
infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
C. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1.
Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
Ø Osteomyelitis primer penyebarannya
secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
Ø Osteomyelitis Sekunder terjadi
akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka, fraktur, dan
sebagainya (Mansjoer, 2000).
2.
Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a.
Osteomyelitis akut
·
Nyeri daerah lesi
·
Demam, menggigil, malaise, pembesaran
kelenjar limfe regional
·
Sering ada riwayat infeksi
sebelumnya atau ada luka
·
Pembengkakan lokal
·
Kemerahan
·
Suhu raba hangat
·
Gangguan fungsi
·
Lab = anemia, leukositosis
b.
Osteomyelitis kronis
·
Ada luka, bernanah, berbau busuk,
nyeri
·
Gejala-gejala umum tidak ada
·
Gangguan fungsi kadang-kadang
kontraktur
·
Lab = LED
meningkat
D.
PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga
tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
E.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Infeksi dibawa oleh darah
·
Biasanya awitannya mendadak.
·
Sering terjadi dengan manifestasi
klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum).
2.
Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
·
Bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3.
Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung
·
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri
dan nyeri tekan.
4.
Osteomyelitis kronik
·
Ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai
30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
- Pemeriksaan titer antibodi–anti staphylococcus
Pemeriksaan
kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas.
- Pemeriksaan feses
Pemeriksaan
feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella.
- Pemeriksaan Biopsi tulang.
- Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan
ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
- Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan
photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah
dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
G.
PRINSIP PENATALAKSANAAN
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan
proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh
lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang
peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama
makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi
antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan
terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan
involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead
space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase
berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi
infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang
kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap
otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan
pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C,
2002).
H.
PENCEGAHAN
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti
dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar
jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan
menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Ø Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen).
Ø Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan
hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis
eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun
virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Ø Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena
dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang
sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic
terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri
hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2. SARAN
Penerapan
asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Harrison.
1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta:
EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Pamela
L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves,
Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer,
Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta:
EGC.
Helmi, Zairin
Noor. 2012. Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika
0 Response to "MAKALAH OSTEOMIELITIS"
Posting Komentar