MAKALAH ROBEKAN JALAN LAHIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling
ditunggu-tunggu oleh para ibu namun, ini juga merupakan saat yang paling
meneganggangkan dimana pada saat itu ibu harus berjuang hidup dan mati demi
kelahiran sang bayi. Setiap ibu yang melahirkan pasti menginginkan kelahiran
yang normal, sehingga sang ibu bisaseakan menjadi ibu yang seutuhnya.
Pada saat persalinan ibu memiliki resiko terjadinya
perdarahan bisa
akibat robekan jalan lahir (biasanya robekan serviks/leher rahim), atau karena
kontraksi rahim kurang baik (atonia uteri). Jika ibu mengalami perdarahan pasca
bersalin sebaiknya ibu harus di beri penanganan khusus apalagi jika perdarahan
tersebut terjadi begitu banyak karena ini bisa
mengakibatkan kematian ibu. Penanganan setiap keadaan (robekan jalan lahir atau
atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. Apabila ternyata
perdarahan yang terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka harus diperiksa
kembali plasentanya apakah sudah lahir atau belum. Perdarahan pada kala III
(kala uri) sebelum atau sesudah lahirnya plasenta, merupakan penyebab utama
kematian ibu bersalin. Salah satu upaya mengatasi perdarahan pasca persalinan
ini adalah dengan obat. Namun bila perdarahan terjadi sebelum plasenta lahir
(Retensia plasenta), bidan harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit
terdekat.
Untuk mengurangi adanya luka yang tidak bagus pasca
persalinan biasanya bidan akan melakukan episiotomi, tujuan melakukan
episiotomy ini adalah untuk memperlebar jalan lahir sehingga mempermudah
persalinan pervaginam. Namun episiotomi tidak boleh dilakukan rutin tapi hanya
pada ibu dengan indikasi tertentu saja yang boleh dilakukan tindakan
episiotomi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian data
pada ibu bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir
2. Untuk melalakukan
analisa data untuk menentukan diagnosa pada ibu bersalin dengan penyulit
robekan jalan lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFENISI
ROBEKAN JALAN LAHIR
Robekan jalan lahir
adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, serviks, portio
septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul (Wiknjosastro,
Sarwono:178)
Robekan jalan lahir adalah robekan yang
selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal
dari perineum, vagina serviks, dan uterus. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan,
& KB untuk pendidikan bidan : 308)
Robekan jalan lahir
meliputi : Robekan Vagina, Robekan Perineum, Robekan Serviks dan Rupture Uteri.
1.
Robekan
Vagina
Robekan atau laserasi yang
sampai pada daerah vagina dan cenderung mencapai dinding lateral dan jika cukup
dalam dapat mencapai levator ani. Kadang juga dapat mengakibatkan cedera
tambahan pada bagian atas saluran vagina, dekat spina iskiadika.
Perlukaan pada dinding
depan vagina sering kali terjadi terjadi di sekitar orifisium urethrae
eksternum dan klitoris. Perlukaan pada klitoris dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan
jahitan, tetapi diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robekan pada vagina dapat
bersifat luka tersendiri, atau merupakan lanjutan robekan perineum. Robekan
vagina sepertiga bagian atas umumnya merupakan lanjutan robekan serviks uteri.
Pada umumnya robekan vagina terjadi karena regangan jalan lahir yang
berlebih-lebihan dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Baik kepala maupun bahu
janin dapat menimbulkan robekan pada dinding vagina. Kadang-kadang robekan
terjadi akibat ekstrasi dengan forceps. Bila terjadi perlukaan pada dindin
vagina , akan timbul perdarahan segera setelah jalan lahir. Diagnose ditegakan
dengan mengadakan pemeriksaan langsung.
Untuk dapat menilai keadaan
bagian dalam vagina, perlu diadakan pemeriksaan dengan speculum. Perdarahan
pada keadaan ini umumnya adalah perdarahan arterial sehingga perlu dijahait.
Penjahitan secara simpul dengan benang catgut kromik no.0 atau 00, dimulai dari
ujung luka sampai luka terjahit rapi.
Pada luka robek yang kecil
dan superfisal, tidak diperlukan penangan khusus pada luka robek yang lebar dan
dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-putus atau jelujur.
Bisanya robekan pada vagina
sering diiringi dengan robekan pada vulva maupun perinium. Jika robekan
mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar ke arah rongga panggul,
sehingga kauum dougias menjadi terbuka. Keadaan ini disebut kolporelasis.
Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana menjadi robekan pada vagina bagian
atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina.
2. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Perinium merupakan kumpulan berbagai
jaringan yang membentuk perinium. Terletak antara vulva dan anus, panjangnya
kira-kira 4 cm. Jaringan yang terutama menopang perinium adalah diafragma
pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan
muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini.
Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan
posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari
fasia obturatorius. Serabut otot berinsersi di sekitar vagina dan rektum,
membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah
antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada
tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis,
yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis.
Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda,
muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna. Persatuan
antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh
tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis
transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang
membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perinium, sering
robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat
yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa
puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna.
Luka perinium adalah perlukaan yang
terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin
menghadap. Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perinium
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
ransversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Tingkat IV : Robekan sampai mukosa
rectum
3. Robekan Serviks
Robekan yang terjadi
pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks; robekan biasanya terdapat
pada pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka
parametrium. (UNPAD, 1984:219)
4. Rupture Uteri
Rupture uteri
merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka
kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah
sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen. Ruptura uteri masih
sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak ditolong oleh
dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan yang benar,
sehingga kemacetan proses persalinan dilakukan dengan dorongan pada fundus
uteri dan dapat mempercepat terjadinya rupture uteri.
Ruptura uteri adalah robekan atau
diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium.
Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau
traumatik. Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita
dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan
syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih
dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan
angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang
menyebabkan hematoma pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera
dikenali sehingga menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang
terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena perdarhan
heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini, sangat
perlu untuk diwaspadai pada partus lama atau kasep.
Ruptur Uteri adalah robekan atau
diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium.
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam
persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
B.
PENYEBAB
ROBEKAN JALAN LAHIR
1.
Robekan
vagina
Robekan dinding vagina
dapat timbul akibat rotasi forceps, penurunan kepala yang cepat, dan persalinan
yang cepat.
Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu
:
a. Melahirkan
janin dengan cnam.
b. Ekstraksi
bokong
c. Ekstraksi vakum
d. Reposisi
presintasi kepala janin, umpanya pada letak oksipto posterior.
e. Sebagai akibat
lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk robekan vagina bisa
memanjang atau melintang.
2. Robekan perineum
Umumnya
terjadi pada persalinan :
a.
Kepala janin terlalu cepat lahir
b.
Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c.
Jaringan parut pada perinium
d.
Distosia bahu
3. Robekan serviks
a.
Partus presipitatus
b.
Trauma karena pemakaian
alat-alat operasi
c.
Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan
belum lengkap
d.
Partus lama
4. Ruptur Uteri
a.
Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b.
Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
c.
Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah
uterus ).
d.
Panggul sempit
e.
Letak lintang
f.
Hydrosephalus
g.
Tumor yang menghalangi jalan lahir
h.
Presentasi dahi atau muka
C.
TANDA DAN
GEJALA ROBEKAN JALAN LAHIR
Tanda dan
Gejala yang selalu ada :
1.
Pendarahan segera
2.
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi hir
3.
Uterus kontraksi baik
4.
Plasenta baik
Gejala dan tanda yang kadang-kadang
ada
1.
Pucat
2.
Lemah
3.
Menggigil
Sedangkan Tanda dan
gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
1.
Dramatis
a.
Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
b.
Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
c.
Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
d.
Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah
menurun dan nafas pendek ( sesak )
e.
Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
f.
Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
g.
Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
h.
Bagian janin lebih mudah dipalpasi
i.
Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
j.
Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping
janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
2.
Tenang
a.
Kemungkinan terjadi muntah
b.
Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
c.
Nyeri berat pada suprapubis
d.
Kontraksi uterus hipotonik
e.
Perkembangan persalinan menurun
f.
Perasaan ingin pingsan
g.
Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
h.
Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
i.
Tanda-tanda syok progresif
j.
Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau
kontraksi mungkin tidak dirasakan
k.
DJJ mungkin akan hilang
D.
PATOFISIOLOGI
1.
Robekan
Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul
dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir
jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan
dalam tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul
karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa
lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginial.
2.
Robekan
Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan
robekan serviks, sehingga serviks seorang multiparaberbeda daripada yang belum
pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan
serviks uteri.
3. Ruptur Uteri
a. Ruptur uteri
spontan
Terjadi spontan dan sebagian besar
pada persalinan. Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan
ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan.
b. Ruptur uteri
trumatik
Terjadi pada persalinan, timbulnya
ruptura uteri karena tindakan seperti ekstragksi farsep, ekstraksi vakum, dll.
c. Rupture
uteri pada bekas luka uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio
sesarea dan bekas operasi pada uterus.
E.
PENATALAKSANAAN
1.
Penjahitan
robekan vagina dan perenium
Sebagian
besar derajat I menutup secara spontan tanpa dijahit.
a.
Tinjau kembali prinsip perawatan secara umum.
b.
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan
lignokain. Gunakan blok pedendal, jika perlu.
c.
Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
d.
Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
e.
Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa
tidak terdapat robekan derajat III dan IV.
2. Penjahitan robekan servik
a.
Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan antiseptik ke
vagina dan serviks .
b.
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan pada
sebagian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara
perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan
ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar.
c.
Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk
membantu mendorong serviks jadi terlihat.
d.
Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks jika perlu.
e.
Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati.
Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara
perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
f.
Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut
kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang
seringkali menjadi sumber pendarahan. Jika bagian panjang bibir serviks robek,
jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik
0.
g.
Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep
arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4 jam.
Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat
mempererat pendarahan. Selanjutnya setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi
jangan dikeluarkan.Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
3. Penjahitan robekan perineum derajat III dan IV
a.
Jahit robekan diruang operasi.
b.
Tinjau kembali prinsip perawatan umum.
c.
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan
lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan
dapat dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta
diazepam melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama )
jika semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
d.
Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
e.
Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
f.
Untuk melihat apakah spingter ani robek dengan masukkan jari yang
memakai sarung tangan ke dalam anus
g.
Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT
h.
Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika
ada.
i.
Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait.
j.
Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina,
kulit perineum dan ke otot perinatal yang dalam.
k.
Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area
robekan denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit
algi kemudian lakukan tes ulang.
l.
Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 4-0
dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
m.
Jika spingter robek pegang setiap
ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan beretraksi jika robek ).
Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik dengan
klem. Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus menggunakan
benang 2-0.
n.
Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.
o.
Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan
penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti
sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT.
p.
Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
F.
KOMPLIKASI
Risiko
komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineumtidak segera diatasi,
yaitu :
1. Perdarahan
Seorang
wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam
setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu
dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan
cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan
jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes, 2006).
2. Fistula
Fistuladapat terjadi tanpa diketahui
penyebabnya karena perlukaan pada vaginamenembus kandung kencing atau rectum.
Jika kandung kencing luka, maka air kencing akan segera keluar melalui
vagina.Fistuladapat menekan kandung kencing atau rectumyang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia
(Depkes, 2006).
3. Hematoma
Hematomadapat
terjadi akibat trauma partuspada persalinan karena adanya penekanan kepala
janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada
perineumdan vulvaberwarna biru dan merah. Hematoma dibagian pelvisbisa terjadi
dalam vulva perineumdan fosa iskiorektalis. Biasanya karena trauma
perineumtetapi bisa juga dengan varikositas vulvayang timbul bersamaan dengan
gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak diketahui
dan memungkinka n banyak darah yang hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya
pembengkakan biru yang tegang pada salah satu sisi introitus di daerah rupture
perineum ( Martius, 1997).
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah
peradangan di sekitar alat genetalia pada kala nifas. Perlukaan pada persalinan
merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi.
Dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi 380 Robekan jalan lahir
selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari
perineum, vagina, serviks danrobekan uterus (rupture uteri).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Robekan pada jalan lahir merupakan
salah satu penyebab dari perdarahan post partum. Robekan pada jalan lahir
sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah multiparitas,
CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-lain
Dengan penatalaksanaan yang tepat dari
penolong diharapkan bisa mengurangi terjadinya perdarahan yang bisa
mengakibtkan kematian pada ibu.
B.
Saran
1. Bagi Perawat
Perawat lebih meningkatkan kualitas
pelayanan sehingga dapt meminimalkan terjadinya robekan jalan lahir.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengerti dan memahami isi
dari masalah ini bagi masyarakat umum.
3. Bagi Masyarakat
Umum
Diharapkan
masyarakat mengerti akan pentingnya gizi.
4. Bagi Penulis
Penulis dapat lebih mendalami tentang
penyebab kematian maternal karena perdarahan yang disebabkan oleh robekan.
DAFTAR PUSTAKA
(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu
Kebidanan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo.
Jakarta)
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka.
2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media.
Jakarta)
(Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri
dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012. Nuha Medika.
Yogyakarta)
0 Response to "MAKALAH ROBEKAN JALAN LAHIR"
Posting Komentar