Makalah asuhan keperawatan parotitis
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuatu yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha
Esa yang telah menciptakan sistem organ yang memungkinkan makhluk hidup
menjalankan fungsinya, salah satunya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan
akan bekerja sama dengan sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh
dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi atau pernapasan merupakan salah
satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia. Sistem respirasi atau
sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta, ikan,
amfibi dan burung).Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui
saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh,
dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda.
Sistem respirasi berfungsi sebagai
pertukan gas.Gas yang masuk merupakan gas oksigen dan yang dikeluarkan adalah
karbon dioksida.Sistem respirasi membantu juga dalam merubah darah yang awalnya
bersifat karbon dioksida menjadi oksigen.Berbagai macam penyakit menyerang
sistem respirasi.Khususnya pada anak-anak salah satunya adalah penyakit
parotitis epidemika.Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini sering menyerang pada usia anak-anak. Untuk lebih lanjutnya maka
akan di bahas pada makalah yang di buat kelompok.
1.2
Tujuan
1.2.1
Untuk mengetahui mengenai penyakit
parotitis epidemika.
1.2.2
Untuk mengetahui auhan keperawatan
penyakit parotitis epidemika.
1.3
Implikasi Keperawatan
1.3.1 Implikasikan prosedur isolasi,
tindakan kewaspadaan pernafasan , dan
tirah baring.
1.3.2. Beri analgesic dan cairan,
beri cairan intravena jika di indikasikan dan bila anak menolak untuk minum.
1.3.3. Tingkatkan rasa hangat dan
terapi penunjang untuk orkitis ( radang dalam testis ).
1.3.4.
Matikan lampu jika anak mengalami fotopobia.
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Parotitis Epidemika merupakan
penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis
(sekitar 60%). Namun
tidak menutup kemungkinan
penyakit parotitis epidemika menyerang kelenjar ludah yang lain
seperti kelenjar submaksilaris dan kelenjar submandibularis. Parotitis
epidemika ialah infeksi akut yang disebabkan dengan tanda khas berupa pembengkakan
dari kelenjar air liur yang disertai nyeri, yang kadang-kadang dapat mengenai
kelenjar gonad, meningen, ankreas dan organ lainnya.Parotitis epidemika juga merupakan penyakit menular dengan
gejala yang khas yaitu pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar
parotis.
2.2.Epidemiologi
Penyakit parotis
epidemika tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemik atau epidemik.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya melalui
percikan ludah (air droplet) yang berasal dari bersin atau bersentuhan langsung
dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan juga urin.
Virus ini juga bisa tertular pada kondisi yang memiliki populasi padat, contoh
pada sekolah ataupun pada asrama. Virus ini tersebar keseluruh dunia dan
mengenai laki-laki dan perempuan secara merata.85% infeksi ini terjadi pada
anak-anak yang lebih dari umur 15 tahun sebelum dilakukan imunisasi. Pada anak
usia 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini, dikarenakan dilindungi oleh
antibody yang dialirkan secara trasplasental dari ibunnya. Akan tetapi, sekarang penyakit ini sering
terjadi pada orang dewasa muda.Sumber infeksi penyakit ini sangat susah untuk diketahui karena
30-40% infeksi ini bersifat subklinis. Dimana ada penurunan inside sejak adanya
vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.
Virus ini dapat diisolasi dari faring sebelum 2-6 hari setelah
terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa adanya pembesaran
kelenjar parotis, virus sudah dapat diisolasi
dari faring. Virus ini dapat ditemukan dalam urin sekitar hari
pertama sampai dengan hari ke empat belas setelah terjadi
pembesaran kelenjar. Baik
infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.
2.3.Etiologi parotitis epidemika
Virus ini adalah anggota kelompok Paramyxovirus yang juga mencakup parainfluenza,
campak dan virus penyakit Newcastle.Parotitis Epidemika disebabkan oleh
karena adanya virus yang masuk, yaitu virus Paramyxovirus. Struktur dari virus
paramyxovirus yaitu virus ini memiliki pembungkus (enveloped) yang mempunyai
ukuran garis tengah antara 100 nm sampai 300 nm dengan RNA negatif, tunggal,
linear, dan tidak mempunyai segmen serta mengandung lipid ditutupidengan
paku – paku, dengan virion helikal yang berukuran antara 150 sampai 300 nm.
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup untuk memfiksasi, yaitu : antigen
S (soluble) atau yang dapat larut yang berasal dari nukleokapsid, dan antigen V
yang berasal dari hemaglutinin.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta
pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virusini masuk dalam tubuh melalui hidung atau
mulut.Virus ini
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa
lokal dan diikuti viremia umum setelah
12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya lokasi
yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak.Virus ini
masuk ke sistem saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel
mononuklear.Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui percikan ludah, cairan serebrospinal, darah,
urin.Virus ini
dapat diisolasi dari saliva kurang lebih 6-7 hari sebelum onset penyakit dan
9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan ini terjadi selama 24 jam sebelum pembengkakan
kalenjar ludah.
2.4. Tanda dan gejala
a. Nyeri pada salah satu atau kedua
kelenjar liur disertai bengkak;
b. Demam ringan, nyeri dada otot leher
dan rasa lemas, sakit kepala;
c. Nafsu makan berkurang, merasa tidak
enak badan;
d. Puncak bengkak pada 1-3 hari dan
berakhir pada 3-7 hari;
e. Sudut mandibula tidak jelas;
f. Posisi daun telinga meningkat;
g. Makanan dengan rasa asam menyebabkan
rasa nyeri pada kelenjar liur;
h. Gejala lain yang mungkin ditemukan;
i. Nyeri testis;
j. Benjolan di testis;
k. Pembengkakan scrotum (kantong
zakar).
l. Demam ringan sampai sedang(terjadi
12-24 jam, sebelum atau beberapa kelenjar liur membengkak) tetapi 25-30%
penderita tidak menunjukkan gejala.
2.5.
Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran
paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis)
antara lain akibat:
- Percikan ludah;
- Kontak langsung dengan penderita parotitis lain;
- Muntahan;
- Urine.
Virus tersebut masuk di dalam tubuh bisa melalui hidung atau
mulut.Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh
virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM
dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens.
Semakin banyak
penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel
traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian
akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat
terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,
anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3
hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada
manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air
seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan.
2.6.
Komplikasi dan prognosis
Akibat adanya virus di dalam darah
(viremia) yang terjadi pada awal infeksi maka penyakit gondong atau
mumps ini dapat menyebabkan komplikasi yang melibatkan organ-organ lain.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Meningoensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi
yang sering pada masa anak. Insidens yang sebenarnya sukar diperkirakan karena
infeksi subklinis sistem saraf sentral, seperti dibuktikan oleh pleositosis
cairan serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan
parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insidens
meningoensefalitis parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini
terjadi pada penderita yang lebih tua dari 20 tahun. Angka mortalitas
adalah sekitar 2%. Laki-laki terkena 3-5 kali lebih sering daripada wanita.
Parotitis merupakan salah satu dari penyebab meningitis aseptik yang paling
sering. Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebagai:
1. Infeksi primer
neuron dan
2. Ensefalitas
pasca infeksi dengan demielinasi.
Pada tipe pertama parotitis sering
muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis. Pada tipe kedua, ensefalitis menyertai
parotitis pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin pada beberapa kasus tidak
ada. Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan infeksi
parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tupai pada umur menyusui
telah menghasilkan lesi yang serupa.Meningoensefalitis parotitis secara klinis
tidak dapat dibedakan dari meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang,
tetapi pemeriksaan neurologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS)
biasanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang
jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan
meningitis aseptik enterovirus, dimana lekosit polimorfonuklear sering
mendominasi pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi dari cairan serebrospinal
pada awal penyakit.
b. Orkitis,
Epididimitis
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak
laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%) pada remaja dan orang dewasa.
Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis; epididimitis
dapat juga terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya, orkitis dapat juga terjadi tanpa bukti
adanya infeksi kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita kedua testis terkena.
Mulainya biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual
dan nyeri perut bawah; bila testis kanan terlibat, appendisitis dapat
dikesankan sebagai kemungkinan diagnosis. Testis yang terkena menjadi nyeri dan
bengkak dan kulit yang berdekatan edema dan merah. Rata-rata lamanya adalah 4
hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut ungkin jarang.
c. Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan
pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. Tidak ada bukti adanya
gangguan fertilitas.
d. Pankreatitis
Keterlibatan berat pankreas jarang,
tetapi infeksi ringan atau subklinis mungkin lebih sering daripada yang
diketahui. Pankreatitis mungkin tidak terkait dengan manifestasi kelenjar ludah
dan diagnosis mungkin dikelirukan dengan gastroenteritis. Nyeri dan sakit
epigastrium, yang mana memberi kesan, dapat disertai dengan demam, menggigil,
muntah dan tidak berdaya. Kenaikan nilai amilase serum adalah khas pada
parotitis, dengan atau tanpa manifestasi klinis pankreatitis.
e. Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada
satu penelitian orang dewasa, kelainan fungsi ginjal terjadi kadang-kadang pada
setiap penderita , dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan
ginjal pada anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari
sesudah parotitis, telah dilaporkan.
f. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa pada anak,
pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada sekitar 1 minggu
sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid.
g. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat
jarang, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang
diketahui. Rekaman elektrokardiografi menunjukkan perubahan-perubahan,
kebanyakan depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri.
Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia dan
kelelahan kadang-kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan
parotitis.
h. Mastitis
Komplikasi ini
tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.
i. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral,
jarang bilateral walaupun insidensnya rendah (1:15.000), parotitis adalah
penyebab utama tuli saraf unilateral. Kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
j. Komplikasi
okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis,
pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis
optik(papilitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan
penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10-20 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan
cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; dan trombosis vena sentral.
k. Artritis
Artralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan
sendi merupakan kompliksi yang jarang; biasanya penyembuhan sempurna.
l. Embriopati
Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi
ibu menciderai janin; kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum
ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan menambah peluang abortus.
Prognosis parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus
sekali karena jarang ditemukan kematian.
2.7.
Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk
mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas
dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat pereda panas dan
nyeri (antipiretik dan analgesik), Aspirin tidak boleh diberikan
kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa
karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami
pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat ditempat
tidur.Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres es pada area testis
yang membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan
virus apada organ pankreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan
muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.Pemberian kortikosteroid
selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat
mencegah terjadinya orkitis.Terhadap virus itu sendiri tidak dapat
dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga pengobatan hanya berorientasi untuk
menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya
tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri
tanpa diobati).Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan
atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan
diet makanan cair dan lunak.Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan
penelitian yang menjunjukkan efektivitasnya.
2.8. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis
epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif
dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan
vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah
sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak
berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas
atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan
rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan
virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam
antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah
memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya
selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan
poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
c. Kontraindikasi
Bayi dibawah usia 1 tahun karena
efek antibodi maternal; individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini.
BAB3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
AsuhanKeperawatan
Pada Parotitis Epidemika
a. Pengkajian
1) Biodata
Identitas yang harus dilengkapi pada
pasien meliputi nama, umur,jenis kelamin anak. Selain itu perlu juga diketahui
identitas dari orang tua yang meliputi nama, agama, suku, bahasa, pendidikan,
pekerjaan orang tua, penghasilan dan alamat. Keluhan utama sesak nafas, pusing,
berdebar-debar,mudah lelah.
2) Keluhanumum
Nyeri di bawah telinga, bengkak, dan
sulit menelan ketika makan dan minum
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh mengalami demam dan
merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi, timbul bengkak dan kemerahan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pada penyakit parotitis epidemika,
riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah
sebelumnya anak pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh anak. Riwayat minum
obat, catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga pengkajian
adanya riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu
dicermati sering kali klien menghiraukan sesuatu alergi dengan efek samping
obat.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kemungkinan riwayat konsumsi
obat-obatan serta gaya hidup keluarga.
6) Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola nutrisi dan metabolisme
b. Pola eliminasi
c.
Pola aktivitas sehari-hari
d. Adanya penurunan aktivitas dan
aktivitas sehari-harinya akibat adanya lemah, letih dan adanya dispneu.
e.
Pola istirahat tidur
f.
Istirahat terganggu akibat
dispneudan sering terbangun pada malam hari.
g. Pola kognitif dan persepsi sensori
h. Biasanya pasien terlihat kecemasan
dan gelisah
i.
Pola hubungan
j.
Biasanya klien akan ikut serta dalam
aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dank
elelahan.
k. Nilai dan Kepercayaan
7) Pengkajian Per Sistem
a)
Sistem Pencernaan
Nafsu makan berkurang, merasa tidak
enak badan dan muntah, nyeri pada salahsatu atau kedua kelenjar liur disertai
bengkak
b)
Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
c)
Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa nyeri, perubahan
prilaku, penurunan kesadaran.
d)
Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunan
anberkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi.
e)
Sistem Integumen
Posisi daun telinga meningkat,kulit
teraba panas, pembengkakan pada leher
8) Pemeriksaan fisik
a)
Status kesehatan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
1. TD :
-
2. Nadi :
108x/menit
3. Suhu :
38°C
4. RR :
20x/menit
5. Berat badan: 15kg turundari 19kg
b)
Kepala
c)
Leher : terdapat pembengkakan
d)
Ekstremitas: tidak sianosis
9) Pemeriksaanpenunjang
a.
Pemeriksaan laboratium
Dapat menunjukkan jumlah
leukosit normal atau leukopenia dengan
limfositosis relatif
b. Complement fixing antibody
c.
neutralization rest
d. isolasi virus
e.
uji intradermal
f.
pengukuran kadar amilase dalam serum
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Parotitis Epidemikamerupakan penyakit menular dengan
gejala yang khas yaitu pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar
parotis. Pada hal ini parotitis terjadi pada anak.Parotitis Epidemika terjadi
karena virus.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya melalui percikan
ludah. Tanda dan gejala dari Parotitis
Epidemika nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak;
demam ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala; nafsumakan
berkurang, merasa tidak enak badan; puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir
pada 3-7 hari; nyeri testis; benjolan pada testis; pembengkakan scrotum
(kantong zakar). Terdapat pengobatan dalam penyakit ini dan pengobatan ini
ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama
penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat
pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik).Prognosis
parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus karena jarang ditemukan
kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit ini.
4.2.
Saran
Perawat
harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan
komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh
peradangan kelenjar saliva ini sehingga perawat mengerti secara cepat dan
penanganan diawali dengan tes laboratorium. Pencegahan penyakit parotitis akan
lebih baik di cegah secepat mungkin dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran:
EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran
EGC.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta:
Media
Aesculapicus
Penerbit FK UI.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Apikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngastiah.
2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 1. Jakarta: EGC
Soemarmo.2008.Buku
Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.
0 Response to "Makalah asuhan keperawatan parotitis "
Posting Komentar