MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MONILIASIS
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Moniliasis adalah suatu infeksi oleh
jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia.Kandidiasis oral atau sering
disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai
dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia
sehat tanpa gejala.Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan
angka kematian sekitar 71%-79%.Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah.Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal,
dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah
satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang
disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama.Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan
oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang
kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam
famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans,
C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan
penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada
rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang
yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Seorang peneliti (Veron, 1835)
melihat jamur itu pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang
disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus.
Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat
dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya.Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang
tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini.
Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah namaOidium
Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa
nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang
menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu
dalam genus candida.
1.2.1
Untuk mengetahui pengertian Moniliasis;
1.2.2
Untuk mengetahui epidemiologi Moniliasis;
1.2.3
Untuk mengetahui penyebab Moniliasis;
1.2.4
Untuk mengetahui tanda dan gejala Moniliasis;
1.2.5
Untuk mengetahui patofisiologi Moniliasis;
1.2.6
Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Moniliasis;
1.2.7
Untuk mengetahui pengobatan Moniliasis;
1.2.8
Untuk mengetahui pengobatan pada pasien Moniliasis;
1.2.9
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Moniliasis
1.3
Implikasi Keperawatan
Untuk tenaga kesehatan khususnya
perawat , manfaat dari mempelajari dan memahami konsep dasar keperawatan dengan
pasien moniliasis adalah meningkatkan mutu asuhan keperawatan
Moniliasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur
Candida, terutama Candida albicans. Kandidiasis adalah infeksi oportunistik
yang sangat umum pada orang terinfeksi HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis
jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di
tubuh kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan
jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada mulut, tenggorokan dan
vagina. Infeksi Oportunistik ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum Infeksi Oportunistik lain yang lebih berat (yogie, 2008).
Kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia,
yang sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya menginfeksi kulit dan
selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).
Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah)
dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal. Infeksi
ini lebih sering menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi dan orang
dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya penderita ini
karena tubuhnya mengalami kelemahan (Ngastiyah, 2005, hal 222).
Pada bayi biasanya di dapat dari dot, pakaian bayi, bantal
dan sebagainya. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau
penderita kanker yang menjalani kemoterapi). Adapun Candida adalah penghuni normal saluran
pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Tetapi ada
beberapa faktor resiko yang mendorong terjadinya infeksi yang di sebabkan oleh Candida:
1. Kelembapan Kortikosteroid atau terapi imunosupresan
pasca pencangkokan organ.
2. Kehamilan
3. Obesitas (kegemukan)
4. Diabetes.
Penyakit ini lebih sering terjadi
terutama pada anak usia bayi. Pada anak-anak yang lahir dari ibu dengan
moniliasica vaginitis. Dan kemudian diamati pada orang dewasa dengan
imunosupresi dan pada pengguna steroid untuk waktu yang lama. Oral candidiasis merupakan infeksi
mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang
sangat lemah, bayi, orang tua, dan pasien yang mengalami penurunan kerja sistem
imun dengan prevalensi persebaran 10% - 15% dan 25% - 75% dari populasi
keseluruhan adalah carrier atau pembawa. Kolonisasi candidiasis oral telah
dilaporkan berkisar dari 40% sampai 70% dari anak yang sehat dan dewasa, dengan
tingkat lebih tinggi antara anak-anak dengan gigi keries dan orang dewasa yang
lebih tua memakai gigi palsu. Adapun tingkat yang telah terbukti juga
menigkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes, dan infeksi HIV. Koloniasis
Candidia dapat menyebabkan infeksi oportunistik mukosa dan disebarluaskan dan
multisistem keterlibatan organ dalam immunocompromised organ. Tingkat infeksi
ini telah dilaporkan sebgai 50% selama kemoterapi, 70% selama terapi radiasi,
dan 90% pada infeksi HIV.
Oral trush
dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi ketika sistem kekebalan tubuh lemah oleh
karena itu penyakit atau obat-obatan seperti antibiotik mengganggu keseimbangan
alami mikroorganisme di dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh bekerja sebagai
pengusir invasi organism yang berbahaya,
seperti virus, jamur, bakteri dengan mempertahankan keseimbangan antara mikroba
didalam tubuh. Hal ini tidak selalu bekerja maksimal akan tetapi mekanisme
perlindungan juga dapat mengalami kegagalan, sehingga dapat memungkinkan
tejadinya infeksi oral trush atau moniliasis akan terus berlanjut. Beberapa
penyakit yang dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi ini diantaranya
adalah:
1.
HIV/AIDS
2.
Kanker
3.
Diabetes
milletus
4.
Infeksi
jamur vagina.
Pada bayi, gejala
sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air
liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau makan
(apabila makan dimuntahkan), tidak mau
minum susu botol dan ASI, serta anak merasa gelisah. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap yang diakibatkan oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada balita,
biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang. Bentuk
sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil, berwarna putih atau
kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian berkembang membentuk
selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat seperti lubang/ulkus.
Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti bisul.
Biasanya munculnya vesikel bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya
vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas,
jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena
jamur candida atau virus herpes. Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri
seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan
obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika
sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke
seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut.Tetapi, sangat memungkinkan
terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan
bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih,
terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih
Secara
keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1.
Tampak
bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan.
2.
Bayi kadang-
kadang menolak untuk minum atau menyusu
3.
Mukosa mulut
mengelupas
4.
Lesi
multiple (luka- luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih
menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.
5.
Bila terjadi
kronis maka terjadi granu lomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi
sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang
kulit anak.
6.
Gejala yang
muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius.
7.
Tidak mau makan atau minum.
8.
Bayi banyak
mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel.
Kandidiasis oral atau
Moniliasis/Trush sering disesbabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh
candida glabrata dan candida troicalis. Jamus candida albicans umumnya memang
terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan
keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan local dan sistemik
yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga
mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida
albicans ini pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri
yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang
menekan system imun serta penyakit yang menyerang system imun seperti Aquired
Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan
mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan
antibiotic yang tidak terkontrol dan menyerang system imun manusia itu sendiri
yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
Apabila
moniliasis atau oral trush tidak segera ditangani atau di obati akan
menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting susu atau dot) sehingga akan
berakibat bayi kekurangan makanan. Selain itu komplikasi yang mungkin terjadi
diantaranya:
1.
Rekurens atau infeksi berulang pada
kulit
2.
Infeksi pada kuku yang mungkin
berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3.
Candidiasis atau moniliasis tersebat
pada tubuh yang menyebabkan kekebalan tubungnya berkurang
4.
Candidiasis atau moniliasis yang
bermetastase dapat menjalar ke esophagus, usu halus, usus besar atau dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
Terdiri
dari 2 cara :
1.
Medik
/pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya
:a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole
dapat diberikan ke lesi setelah makan. b.Nystatin : tiap pastille mengandung
100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari
selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin
ini mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi
adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush
tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan
rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit,
botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi
menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci
bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air
mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot
kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi
bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral
thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu
atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam
mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush
jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut,
setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk
membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah
terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut
berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya
sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral
thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan
sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan
sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati dengan obat
antijamur.Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu.Jika tak segera
diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja.Tapi
jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan
candidiasis oral antara lain :
1. Oral hygiene yang baik;
2. Utamakan ASI daripada susu formula
karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh
bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada
botol dot bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula
sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk
mencucinya dengan air panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air
hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang
cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung
nutrisi yang lengkap;
1. Identitas
Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis
Kelamin
Tidak
ada perbedaan yang dominan antara banyaknya penderita moniliasis anak laki-laki
dan perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada
anak, terutama pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka
kejadian semakin jarang.
4. Alamat
Alamat
klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang dapat berpengaruh terhadap
sehat sakit klien.Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
moniliasis/trush pada anak yaitu pola kebersihan yang cenderung kurang.Selain
itu, orang tua jarang mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya,
serta kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang
diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat
diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat
penting sebagai data pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data
pada identitas klien sehingga perawat lebih mudah mengidentifikasi dan
melakukan asuhan keperawatan pada klien
2.
Keluhan
Utama
Anak dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak keputihan, terutama pada lidah dan pipi
bagian dalam yang sulit dibersihkan dan anak menolak untuk minum.
a.
Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat
Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa
suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari
biasa, rewel, menolak untuk makan atau minum, dan gelisah.Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Adanya
suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan antibiotik yang
lama.Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT,
Hepatitis, dan Polio.
3.
Riwayat
Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak
pernah menderita penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
inveksi jamur vagina.
2) Intra natal:
Pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses
kelahiran bayi terinveksi jamur dari vagina ibu.
3) Post natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya
orang tua jarang mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya.Selain
itu, kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang
diperhatikan.
4.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Anak
dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah
menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi jamur
vagina.Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat
menjadi lebih rentan terhadap infeksi moniliasis. Moniliasis/trush bukan
merupakan penyakit keturunan
5.
Riwayat Pemberian Imunisasi
Imunisasi
yang biasa diberikan untuk penyakit moniliasis yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan
Polio.
6.
Riwayat Tingkat
Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi
sosial, motorik kasar, motorik halus, dan bahasa.Tingkat perkembangan pada
pasien moniliasis/trush dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun
informasi dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan moniliasis/trush,
kebutuhan akan asupan nutrisinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap
proses tumbuh kembangnya.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1.
Pola persepsi dan tata laksana
kesehatan: pola hidup sehat anak yang menderita moniliasis/trush
harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri, perawatan, dan tatalaksana
hidup sehat. Ibu juga harus melakukan perawatan puting susu dan membersihkannya
sebelum memberikan ASI.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme: anak
dengan moniliasis/trush tidak mau minum ASI sehingga mampu menyebabkan gangguan
pola nutrisi dan metabolisme.
3.
Pola eliminasi: pola BAB dan BAK
pada anak dengan moniliasis/trush akan mengalami gangguan. Bila bakteri
Candida tertelan oleh anak akan menyebabkan diare.
4.
Pola aktivitas/bermain: anak
biasanya tidak mengalami keterbatasan aktivitas, tetapi anak
akan sering rewel.
5.
Pola istirahat dan tidur:
anak akan sering menangis karena merasa nyeri pada daerah sekitar oral
sehingga pola istirahat dan tidurnya juga akan terganggu.
6.
Pola kognitif dan persepsi sensori:
pola ini mengenai pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang
diderita klien
7.
Pola konsep diri: bagaimana
persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan perawatan
yang akan dilakukan.
8.
Pola hubungan-peran:
biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati
anak dengan moniliasis/trush.
9.
Pola seksual-seksualitas: apakah
selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan reproduksi
sosial. Pada anak yang menderita moniliasis/trush biasanya tidak ada gangguan
dalam reproduksi.
10. Pola mekanisme koping: keluarga
perlu memeberikan dukungan dan semangat sembuh bagi anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan: orang
tua selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada anaknya dapat
sembuh dengan cepat.
d.
Pemeriksaan Fisik
1)
Keadaan umum
: lemah.
TTV :
1. Tekanan
Darah : dalam batas normal
2. Suhu : suhu
tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
3. Nadi :
takikardi
4. RR : dalam
batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut
:distribusi merata
Mata:pupil
miosis, konjungtiva anemis
Hidung
: tidak terdapat pernafasan cuping
hidung
Telinga
: bersih
Bibir dan
mulut : mukosa bibir agak kering,
terdapat lesi pada rongga mulut
Lidah:
terdapat bercak – bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
dan limfe pada leher
3) Dada
Inspeksi
:simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi :denyutan
jantung teraba cepat, badan terasa panas,tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:
1.
Jantung :
dullness
2.
Paru : sonor
Auskultasi
: tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
4) Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri
tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada bising usus
5) Kulit
Turgor
kurang, pucat, kebiruan.
6)
Ekstremitas
Tidak
terdapat udem pada pada extremitas
e.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan moniliasis/trush adalah
sebagai berikut:
1)
Laboratorium:
ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2)
Pemeriksaan
endoskopi hanya diindikasikan jika tidak
terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3)
Dilakukan
pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4)
Diagnosa
pasti dengan biopsi
2.
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang
menghasilkan bentukan warna merah dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
4.
Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan
infeksi pada mukosa oral
5.
Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan
proses infeksi
6.
Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan
malnutrisi
7.
Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
8.
Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
9.
Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
10.
Ansietas berhubungan dengan gejala semakin berat
11.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/ kriteria hasil
|
Perencanaan/ Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, suhu tubuh pasien
akan kembali normal, dengan kriteria hasil pasien tidak menangis.
|
1.
Berikan kompres hangat di sekitar
lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2.
Beri pasien banyak minum air putih
atau susu lebih dari 1000 cc/hari.
3.
Ciptakan suasana yang nyaman (atur
ventilasi)
4.
Anjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan pakaian yang tebal pada anak
5.
Observasi tanda vital
6.
Kolaborasikan dalam pemberian obat
antimikroba, antipiretik, dan pemberian cairan parenteral
|
1.
Di ketiak dan lipatan paha
terdapat banyak pembuluh darah besar. Mengurangi panas dengan memindahkan
panas secara konduksi. Air hangat dapat mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
2.
Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang cukup.
3.
Suhu ruangan harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
4.
Pakaian tipis membantu mengurangi
penguapan tubuh.
5.
Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan anak setelah dilakukan tindakan keperawatan.
6.
Digunakan untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
|
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan
proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan mengandung eksudat,
gejala semakin berat
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri yang dirasakan
pasien akan berkurang, dengan kriteria hasil pasien tidak menangis dan tampak
rileks.
|
1.
Anjurkan ibu untuk menggendong dan menenangkan si anak misalnya
mengelus-elus kepalanya
2.
Ajarkan
teknik distraksi pada orang tua misalnya dengan memberikan anak mainan
3. Evaluasi
status nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya
4.
Kolaborasikan
dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
|
1.
Anak akan
merasa nyaman dalam dekapan ibunya
2.
Mengalihkan
perhatian anak terhadap nyeri
3.
Memastikan
kondisi anak setelah dilakukan tindakan keperawatan.
4.
Menghilangkan/mengurangi
nyeri
|
3
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nafsu makan anak
menjadi normal, dengan kriteria hasil anak tidak menangis dan nutrisi
terpenuhi (berat badan bertambah).
|
1. Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi
sering
2. Hindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat
menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut
3. Anjurkan pada ibu untuk terus berusaha memberikan
ASI untuk anak
4. Kolaborasi pemasangan NGT jika anak tidak dapat
makan dan minum peroral
|
1
Memberikan nutrisi yang adekuat
2
Mencegah kerusakan integritas pada
mukosa mulut
3
ASI merupakan nutrisi untuk anak
dan dapat meningkatkan sistem imun anak
4
Membantu klien untuk memenuhi
nutrisi enteral
|
4
|
Gangguan integritas kulit (nukosa
oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, integritas kulit
(mukosa oral) pasien normal dengan kriteria hasil pasien menunjukkan
integritas rongga oral.
|
1.
Anjurkan
keluarga untuk menjaga kebersihan bayi
2.
Bersihkan
mulut bayi dengan jari yang telah dibungkus dengan kain bersih/kassa yang
telah dibasahi dengan larutan garam
3.
Anjurkan
ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada bayi
4.
Anjurkan
ibu untuk selalu menjaga kebersihan puting susu
5.
Gunakan
krim anti fungal pada puting susu
|
1.
Kebersihan bayi perlu dijaga untuk
meghindari bayi dari terjadinya infeksi
2.
Larutan garam dapat menjadi
antiseptik untuk membersihkan mulut dari bakteri dan jamur.
3.
Ibu perlu menjaga kebersihan
terutama mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi untuk menghindari
adanya transmisi bakteri atau jamur pada bayi.
4.
Puting susu ibu perlu dibersihkan
agar pada saat bayi menyusu dapat terhindar dari bakteri dan jamur.
5.
Krim antifungal berguna untuk
mencegah penyebaran infeksi antara ibu dan anak.
|
5
|
Perubahan persepsi sensori
pengecapan berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, perubahan persepsi
sensori pengecapan pasien teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu
|
1.
Kaji pola makan anak
2.
Berikan makanan yang mudah di
telan (lunak)
3.
Berikan makanan dalam porsi yang
sedikit tapi sering
4.
Berikan makanan dalam tampilan
yang semenarik mungkin
5.
Kolaborasikan dengan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian obat
|
1.
Mengetahui keteraturan pola makan
anak ketika sakit dan sebelum sakit
2.
Memudahkan anak untuk menelan
3.
Mencukupi kebutuhan asupan nutrisi
anak
4.
Meningkatkan kemauan anak untuk
makan
5.
Mengatasi dan mengurangi
penumpukan bercak putih di lidah
|
6
|
Disfungsi motilitas
gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
6.
|
6.
|
7
|
Risiko konstipasi berhubungan
dengan perubahan pola makan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
7.
|
7.
|
8
|
Defisit perawatan diri: makan
berhubungan dengan kelemahan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
8.
|
8.
|
9
|
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
9.
|
9.
|
10
|
Ansietas berhubungan dengan gejala
semakin berat
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, kecemasan pasien
teratasi, denga kriteria hasil pasien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas, serta menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
|
10.
|
10.
|
11
|
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien menunjukkan pengetahuan tentang
penyakit dengan kriteria hasil pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit dan mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
jelas.
|
11.
|
11.
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Pelaksanaan
|
1
|
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
|
1.
Telah diberikan kompres hangat di
sekitar lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2.
Telah diberikan minum air putih
atau susu lebih dari 1000 cc/hari.
3.
Telah diciptakan suasana yang
nyaman (atur ventilasi)
4.
Telah menganjurkan keluarga untuk
tidak memakaikan selimut dan pakaian yang tebal pada anak
5.
Tela dilakukan observasi tanda
vital
6.
Telah dilakukan kolaborasikan
dalam pemberian obat antimikroba, antipiretik, dan pemberian cairan
parenteral
|
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan
proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan mengandung eksudat,
gejala semakin berat
|
1.
Telah menganjurkan ibu untuk menggendong dan menenangkan anak misalnya
mengelus-elus kepalanya
2.
Telah
mengajarkan teknik distraksi pada orang tua misalnya dengan memberikan anak
mainan
3.
Telah
dilakukan evaluasi status nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi,
waktu dan beratnya
4.
Telah
dilakukan kolaborasikan dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
|
3
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
|
1.
Telah
diberikan nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
2.
Telah
dianjurkan untuk menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat
menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut
3.
Telah
dianjurkan pada ibu untuk terus berusaha memberikan ASI untuk anak
4.
Telah
dilakukan kolaborasi pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum
peroral
|
4
|
Gangguan integritas kulit (nukosa
oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
1.
Telah
menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan bayi
2.
Telah
dibersihkan mulut bayi dengan jari yang telah dibungkus dengan kain
bersih/kassa yang telah dibasahi dengan larutan garam
3.
Telah
mengnjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
pada bayi
4.
Telah
menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan puting susu
5.
Telah
diberikan krim anti fungal pada puting susu
|
3.5 Evaluasi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
1
|
Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi
|
S:orang tua pasien mengatakan
“anak saya sudah tidak panas lagi sus.”
O: Suhu : 36,5o C
A: Tujuan tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
|
2
|
Nyeri
akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah
dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
|
S: orang tua pasien mengatakan
“sus, anak saya sudah tidak menangis lagi saat menyusu.”
O: bercak kemerahan di dalam mulut
berkurang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
|
3
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
|
S:orang tua pasien mengatakan
“anak saya sudah mau meminum ASI saya lagi sus .”
O: berat badan meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan. |
4
|
Gangguan integritas kulit (nukosa
oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
S:orang tua pasien mengatakan
“sus, anak saya sudah tidak sering menangis lagi.”
O: bayi terlihat lebih tenang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan. |
BAB 4. PENUTUP
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan
bahwa kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang
sebelumnya disebut monilia.Candida biasanya menginfeksi kulit dan
selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).Kadang jamur ini menyusup ke
jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis
sistemik, yang bisa berakibat fatal.Infeksi ini lebih sering menyerang bayi
terutama pada bagian mulut bayi dan orang dewasa biasanya juga pada daerah
mulut dan vagina, biasanya penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan.
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak dengan moniliasis, maka perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, adapun saran sebagai
berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan
diharapkan untuk lebih memahami tentang asuhan keperawatan anak dengan
moniliasis sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif.
2. Untuk perawata diharapkan untuk
meningkatkan konsep keperawatan anak dengan cara diskusi, seminar dan pembacaan
buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah keperawatan anak sehingga dalam
melakukan proses keperawatan di rumah sakit lebih komprehensif.
3. Untuk keluarga diharapkan dapat
menjaga pola hidup sehat salah satunya dengan melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah makan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti.2010.Kelainan
dan Penyakit pada Bayi dan Anak.Yoyakarta : Nuha Medika.
Bherman,
R.E., Kliegma,R., Arvin, A.M. ( 2001). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta : EGC
Budiarto,
S. (2002). Biostatisika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta
: EGC
Hurlock,
Elizabeth. (2008). Psikologi Perkembangan.Jakarta : Erlangga
Jitowiyono,
S & Kriostiyanasari, W. ( 2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak.Yogyakarta : Mulia Medika
Kurniasih
D. ( 2008). Makanan panas Picu Sariawan. http://www.mail-archieve.com
Mubarak,
W.I., Chayatin, N., Rozhikin, K., & Supradi.(2007). Promosi
Kesehatan.Yogyakarta : Graha Ilmu
0 Response to "MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MONILIASIS "
Posting Komentar