MAKALAH ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGHADAPI KEHILANGAN DAN KEMATIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam siklus kehidupan, setiap individu pasti pernah
mengalami perasaan kehilangan dan berduka. Kehilangan
adalah kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan
sesuatu yang sebelumnya ada. Contoh amputasi, gangguan fungsi tubuh dll. Berduka merupakan reaksi
emosional terhadap kehilangan.
Perasaan kehilangan bisa mempengaruhi sikap dan perilaku
individu yang mengalaminya. Kehilangan dapat
mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta
merasa takut saat ditinggalkan atau dibiarkan kesepian, kehilangan
dapat juga menimbulkan
disintegrasi dalam keluarga,
dan menjadi pukulan yg sangat berat serta menghilangkan semangat hidup individu
yg ditinggalkan.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa
ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana
individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada
orang lain. Perawat
atau bidan bekerja sama dengan pasien yang mengalami berbagai tipe kehilangan dan membantu
pasien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep kehilangan?
2. Apa yang dimaksud konsep berduka?
3. Bagaimana dampak dari kehilangan?
4. Bagaimana tindakan petugas terhadap
keluarga yang kehilangan?
5. Apa saja jenis-jenis dari depresi?
6. Bagaimana tindakan petugas saat
menangani pasien yang mengalami sakaratul maut?
7. Bagaiman perubahan tubuh seseorang
yang meninggal?
C.
Tujuan
1.
Agar mengerti
dan memahami konsep dasar kehilangan dan konsep dasar berduka.
2.
Agar mahasiswa
kebidanan mengerti dan memahami dampak dari kehilangan.
3.
Agar mengerti
dan memahami tindakan petugas terhadap keluarga yang kehilangan.
4.
Agar mengerti
dan mampu bagaimana tindakan petugas saat menangani pasien yang mengalami
sakaratul maut.
BAB II
PEMBAHASAN
TRIGGER CASE 2
Ibu Irma usia 20 tahun telah melahirkan
2 jam yang lalu anak pertama di rumah sakit, setelah pernikahan 2 tahun. Bayi
ibu Irma laki-laki, dengan BB 1900 gr, lahir secara spontan yang mengalami
sesak nafas (asfiksi), akral dingin dan biru. Setelah dilakukan penanganan awal
bayi kondisi bayi kejang dan ditemukan tanda-tanda, keadaan umum lemah,
pernafasan tidak teratur 18x/menit, nadi tidak teraba, akral teraba dingin dan
biru. Setelah diperiksa oleh bidan dinyatakan bayi ibu Irma meninggal. Kemudian
bidan memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya meninggal, kemudian
bidan melakukan perawatan jenazah. Akibat kehilangan tersebut selama 2 hari
setelah meninggalnya bayi, dari keluarga mengatakan respon ibu Irma cenderung
murung, menyendiri, dan nafsu makan berkurang. Dari pemeriksaan subyektif dan
obyektif yang didapatkan, ibu saat ditanyakan keluhan menangis dan merasakan
mual. Dari tanda obyektif ditemukan ibu terlihat berduka, muka terlihat pucat,
dan detak jantung cepat, serta pernafasannya terganggu. Jadi, disimpulkan ibu
Irma mengalami depresi post partum karena kehilangan anaknya. Salah satu
tindakan bidan yang diberikan adalah memberikan konseling kepada ibu Irma,
setelah diberikan konseling ibu Irma merasakan keadaannya lebih baik.
Identifikasi Istilah, Kata Unfamiliar
1.
Asfiksia :
keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
2.
Depresi post
partum : depresi yang dialami oleh
seorang wanita setelah melahirkan.
3.
Konseling :
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli(disebut konselor/
pembimbing) kepada individu yang mengalami suatu masalah yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi.
4.
Lahir secara
spontan : kelahiran dengan tenaga mengejan dari ibu, tanpa bantuan alat apapun,
seperti vakum, dengan presentasi belakang kepala.
5.
Respon : suatu
tanggapan hasil dari rangsangan / stimulus.
6.
Menangis : suau
keadaan ekspresi pada seseorang tersebut bersedih.
7.
Mual : sensasi
kegelisahan dan ketidaknyamanan di atas pert dan kepala dengan dorongan untuk
muntah.
8.
Perawatan
Jenazah : perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan
melakukan penyerahan barang2 milik pasien.
9.
Murung :
kesaksian yang buruk.
10. Kejang :
gerakan otot tonik atau klonik yanginvolunter yang merupakan serangan berkala
disebabkan oleh lepasnyamuatan listrik neuron kartikalsecara berlebihan/suatu
seri gerakan oto yang kuat dan tidak terkontrol datang secara tiba-tiba.
11. Akral :
ujungektremitas atau ujung jari
12. Berduka :
respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pad individu yang mengalami
kehilangan.
13. Meninggal :
terpisahnya nyawa atau raga dalm tubuh seseorang dan tidak berfungsinya anggota
tubuh seseorang
14. Kehilangan :
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidak lengkapan sesuatu
yang sebelumnya ada. Situasi dimana individu kehilangan sesuatu yang sebelumnya
ada.
15. Subyektif
: data yang diperoleh dari anamnesa pada
klien, atau keluarga. Obyektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan
fisik pada pasien.
16. Pucat : keadaan
biasanya nampak pada wajah yg nampak putih kemerah merahan, tetapi terlihat
putih semu hijau dan nampak lesu, sedangkan kulitnya lembab otot-ototnya
nampak kebiru-biruan yg mengalami wajah
pucat krn kurang darah / kekurangan zat2 serta vitamin yg dibutuhkan tubuh.
17. Penanganan Awal
: pemberian pertolongan segera pda penderita sakit/ cedera/ kecelakaan yg
membutuhkan penanganan medis dasar.
18. Rumah Sakit :
Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yg pelayanannya disediakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
19. Nafsu Berkurang
: menurunnya keinginan untuk melakukan aktfitas bisa krna kelelahan, atupun
mendapat tekanan psikososial.
20. Nadi : Sistem
pembuluh darah yg mengeluruh tubuh edarkan darah bersih atau oksigen ke seluruh
tubuh seseorang.
A.
Konsep
Kehilangan
1. Definisi kehilangan
Kehilangan
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan sesuatu yang sebelumnya ada.
Contoh amputasi, gangguan fungsi tubuh dll. Rasa kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama kehidupannya. Sejak
lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi
terhadap kehilangan.
2. Bentuk Kehilangan
Adapun bentuk
dari kehilangan yaitu:
a. Kehilangan Maturasional
Kehilangan yang
diakibatkan oleh tranmisi kehidupan normal untuk pertama kalinya misal : anak
yang mulai berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya.
b. Kehilangan Situasional
Kehilangan yang terjadi
secara tiba-tiba dalam merespons kejadian eksternal spesifik misal kematian
mendadak dari orang yang dicintai.
3.
Tipe-tipe Kehilangan
a. Kehilangan Nyata
Kehilangan yang
dapat diidentifikasi oleh individu atau orang lain contoh : amputasi dan kehilangan fungsi tubuh.
b. Kehilangan yang
dirasakan
Kehilangan yang
dapat dirasakan oleh individu, tetapi tidak oleh orang lain misal : menurunkan
harga diri.
4.
Jenis-jenis Kehilangan
a. Kehilangan
benda external
Mencakup segala
kepemilikan yang telah menjadi uang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam.
b. Kehilangan
lingkungan yang telah dikenal
Bisa diartikan
dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari latar
belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen,
misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit atau berpindah pekerjaan.
c. Kehilangan
sesuatu atau seseorang yang berarti
Kehilangan yang
sangat bermakna atau orang yang sangat berarti adalah salah satu kehilangan
yang sangat membuat stress, misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau
teman dekat, orang yang dipercaya atau binatang peliharaan, perceraian.
d. Kehilangan
aspek diri
Kehilangan aspek
dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis.
e. Kehilangan hidup
Dimana
seseorang mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya sampai pada kematian yang sesungguhnya, misalnya
kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri atau orang yang hidup
sendirian dan sudah menderita penyakit terminal sekian lama dan kematian
merupakan pembebasan dari penderitaan. .
5. Faktor-faktor Resiko yang Menyertai Kehilangan
a.
Perkembangan
1)
Anak- anak.
·
Belum mengerti
seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
·
Belum
menghambat perkembangan.
·
Bisa mengalami
regresi
2) Orang Dewasa
Kehilangan
membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri
bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b.
Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan
ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan sikap kuat, tidak
menunjukan sikap sedih secara terbuka
c.
Faktor Sosial
Ekonomi
Apabila yang
meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati kehilangan orang
yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa mengganggu
kelangsungan hidup.
d.
Pengaruh
Kultural
Kultur
mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan
adalahsesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga,
kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e.
Agama
Dengan agama
bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah ada
dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f.
Penyebab
Kematian
Seseorang yang
ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan tahapan
kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaandiasosiasikan dengan kesialan.
B. Konsep Berduka
1. Definisi Berduka
Merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai cara yang unik pada
masing-masing individu berdasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan
keyakinan spiritual yang dianutnya. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan
sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
2.
Jenis-jenis Berduka
a.
Berduka normal
terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan.
b.
Berduka
antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sbelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.
c.
Berduka yang
rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya.
d.
Berduka
tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dpat diakui secara
terbuka.
3. Respons Berduka
Respons individu ketika berduka
terhadap kehilangan dapat melalui
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Tahap
pengingkaran
Reaksi awal
individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya dan tidak
mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar telah terjadi.
b. Tahap kemarahan
Pada tahap ini,
individu menolak kehilangan.
c. Tahap tawar
menawar
Pada tahap ini,
terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan.
d. Tahap depresi
Pada tahap ini,
pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat
penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan
bisa muncul keinginan bunuh diri.
e. Tahap
penerimaan
Tahap ini
berkaitan dengan reorganisasi rasa kehilangan.
4.
Tanda dan
Gejala Berduka
a.
Efek sosial
1) Menarik diri dari
lingkungan
2) Isolasi (emosi
dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.
C.
Dampak
Kehilangan
1.
Pada masa
anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang
akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian.
2.
Pada masa
remaja atau dewasa muda, kaehilangan dapat menimbulkan disintegrasi dalam
keluarga.
3.
Pada masa
dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat huyidup individu yang
ditinggalkan.
D.
Tindakan
Petugas terhadap Keluarga yang Kehilangan
1.
Tindakan pada
pasien dengan tahap pengingkaran
a. Memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Menunjukkan
sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk berbagi rasa.
c. Memberikan
jawaban yg jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan, dan kematian.
2.
Tindakan pada
Pasien dengan Tahap Kemarahan
Mengizinkan dan
mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawanya kembali dengan kemarahan.
3.
Tindakan pada
pasien dengan tahap tawar menawar
Membantu pasien
dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut.
4.
Tindakan pada
Pasien dengan Tahap Depresi
a. Membantu pasien
mengidentifikasi rasa bersalah dan takut.
b. Membantu pasien
mengurangi rasa bersalah.
5.
Tindakan pada Pasien
dengan Tahap Penerimaan
Membantu pasien
menerima kehilangan yg tidak bisa dielakkan.
E.
Jenis-Jenis
Depresi
1. Menurut WHO berdasarkan tingkat
penyakit
a. Depresi
Psikogenik
Depresi ini
terjadi karena pengaruh psiologis individu.
b. Depresi
Endogenik
Depresi ini
diturunkan biasanya timbul tanpa didahului oleh masalah psikologis/fisik
tertentu, tetapi bisa juga dicetuskan oleh trauma fisik maupun psikis.
c. Depresi
Somatogenik
Pada Depresi
ini dianggap bahwa faktor2 jasmani berperan dlm timbulnya depresi.
2. Berdasarkan pada gejala dan tanda-tanda
terbagi menjadi
a. Depresi reaktif
Merupakan
istilah yang digunakan untuk gangguan mood depresi yang ditandai oleh apati dan
retardasi atau oleh kecemasan dan agtasi.
b.
Exhaustion
depression. Merupakan depresi yang ditimbulkan setelah bertahun-bertahun masa
laten, akibat tekanan perasaan yang berlarut-larut, goncangan jiwa yang
berturut atau pengalaman berulang yang menyakitkan.
c.
Depresi
neurotic. Asal mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa anak-anak
(seperti keadaan perpisahan dengan ibu pada masa bayi, hubungan orang tua anak
yang tidak menyenangkan) yang selama ini disimpan dan membekas dalam jiwa
penderita.
F.
Tindakan Petugas
Saat Menangani Pasien yang Mengalami Sakaratul Maut
- Memberi tahu pada keluarga tentang tindakan yg akan dilakukan.
- Mendekatkan alat.
- Memisahkan pasien dgn pasien lain.
- Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk boleh ditinggalkan sendiri.
- Membersihkan pasien dari keringat.
- Membasahi bibir pasien dgn kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset.
- Membantu melayani dalam upacara keagamaan.
- Mengobservasi tanda2 kehidupan (vital sign) terus menerus.
- Mencuci tangan.
- Melakukan dokumentasi tindakan.
G.
Perubahan pada
Tubuh Seseorang yang Meninggal
1. Death Rattle
Death Rattle adalah istilah umum rumah sakit saat
pasien yang hendak meninggal mengeluarkan suara yang mengerikan, namun apa
sebab suara ini keluar? Hal ini terjadi setelah hilangnya refleks batuk
dan kehilangan kemampuan untuk menelan.
2. Cheynes-Stokes Respiration
Ini adalalah pola pernapasan yang sangat abnormal
ditandai dengan napas yang sangat cepat dan kemudian periode tidak bernapas
(apnea). Dalam jangka pendek, jantung menjadi lemah dan terlalu banyak bekerja,
ini membuat tubuh hiperventilasi (bernapas normal cepat) dan kemudian, tidak
ada energi lebih untuk bernapas untuk jangka waktu lama (apnea).
3.
Defecation
Setelah kematian, setiap
otot dalam tubuh manusia akan berhenti untuk
menerima energi dalam
bentuk ATP. Akibatnya, perut akan relaks dan buang air
besar dapat terjadi.
4. Rigor Mortis
Setelah
kematian, tubuh tidak mampu untuk memecahkan ikatan yang
menyebabkan kontraksi - menyebabkan keadaan kontraksi terus-menerus.
5. Livor Mortis
Livor mortis adalah warna ungu-merah yang muncul ketika
darah tenggelam kebagian tubuh tertentu.
6.
Algor Mortis
Adalah turunnya temperatur tubuh seiring dengan kematian.
Terjadi bila suhu diluar lebih dingin dari suhu tubuh. Orang yang meninggal di
lantai kamar mandi lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang yang
meninggal di luar, anak kecil lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang
gemuk. Namun normalnya butuh 24 jam sampai tubuh benar-benar menjadi dingin
atau suhu tubuhnya sama dengan lingkungan sekitar.
7. Tache Noire
Tache Noire, secara harfiah berarti ”titik
hitam”, adalah garis cokelat gelap kemerahan yang akan
membentuk horizontal di bola mata. Selama
hidup bola mata tetap lembab karena berkedip, tapi
kadang-kadang mereka tidak lagi dilindungi setelah
kematian. Oleh karena itu, Tache Noire akan
terjadi pada individu yang kelopak mata tidak
tertutup setelah kematian.
8. Purge Fluid
Adalah cairan berwarna merah kecoklatan yang keluar dari
mulut dan lubang anus, sering disalahartikan sebagai cedera otak atau darah
biasa. Ini muncul sebagai akibat dari gas yang
terbentuk di seluruh tubuh.
9. Degloving
Setelah kematian kulit akan mengelupas, terutama kulit
pada jari-jari dan kuku, gejala ini membuat kulit mengelupas seperti sarung
tangan atau kaos kaki. Hal ini tejadi sebagai akibat dari pembengkakan gas pada
batang, leher dan anggota badan, yang menjadi bengkak sehingga seseorang dapat
mengira mayat itu obesitas. Ketika gas busuk berada di bawah sejumlah besar
tekanan, mereka melepaskan diri dari tubuh dan seluruh masa yang membusuk
hancur bersama jaringan lunak.
10. Maceration
Maserasi berarti “lunak dalam rendaman” dalam
bahasa Latin. Hal ini mengacu kepada bayi yang mati dalam
rahim, antara bulan keenam dan bulan kesembilan kehamilan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehilangan
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau
ketidaklengkapan sesuatu yang sebelumnya ada. Bentuk kehilangan yaitu kehilangan
situasional dan kehilangan maturasional. Jenis-jenis kehilangan yaitu kehilangan benda external, kehilangan
lingkungan yang telah
dikenal, kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti, kehilangan aspek diri,
dan kehilangan hidup.
Berduka merupakan
reaksi emosional terhadap kehilangan. Jenis-jenis
berduka ada empat yaitu berduka normal, berduka antisipatif, berduka yang
rumit, dan berduka tertutup. Dampak
kehilangan pada masa anak-anak
kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, Pada masa remaja dewasa muda kaehilangan dapat menimbulkan
disintegrasi dalam keluarga, dan Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya
karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan
menghilangkan semangat hidup individu yang ditinggalkan. Jenis-jenis depresi menurut WHO berdasarkan tingkat
penyakit ada tiga yaitu depresi
psikogenik, depresi endogenik, dan depresi somatogenik. Sedangkan
berdasarkan pada gejala dan tanda-tanda terbagi menjadi tiga yaitu depresi reaktif, exhaustion depression,
dan depresi neurotic.
Perubahan pada
tubuh seseorang yang meninggal yaitu death
rattle, cheynes-stokes respiration,
defecation, rigor mortis, livor mortis, algor mortis, tache
noire, purge fluid, degloving, dan maceration.
B.
Saran
1. Klien yang mengalami kehilangan dan
berduka hendaknya tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan karena akan
menyebabkan depresi.
2. Dalam menangani klien yang mengalami
kehilangan dan berduka, tenaga kesehatan harus melakukan
tindakan terhadap keluarga yang ditinggalkan dengan cara menenangkan hati
keluarga agar membantu keluarga menerima kehilangan yg tidak bisa dielakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan. Jogjakarta :
Nuha Medika
Niven, Neil. 2003. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk
Perawat dan Profesional kesehatan. Jakarta : EGC
0 Response to "MAKALAH ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGHADAPI KEHILANGAN DAN KEMATIAN "
Posting Komentar