MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tercapainya tujuan pembinaan kesehatan bagi masyarakat
lanjut usia ( lansia ) adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lansia dalam mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
bahwa upaya kesehatan lanjut usia merupakan pelayanan penunjang yang kegiatanya
di selenggarakan oleh puskesmas dan merupakan upaya kesehatan pengembangan
dengan indikator standar pelayanan minimal 70%. Adapun tujuan khusus dari
pelayanan kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan kemandirian lansia dalam
mengatasi masalah kesehatanya khususnya kemampuan mendeteksi dini penyakit,
mencari pertolongan pengobatan dan kemampuan merawat dirinya sendiri untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. (1) Menurut WHO tahun 1989, telah
dicapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lansia ( elderly ) adalah
seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih.
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah
membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut
Dep.Kes RI. Tahun 2005, tentang Umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun
dan pada laki-laki 64,3 tahun .(3) Bahkan Boedhi Darmojo menyebutkan harapan
hidup pada waktu lahir orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70
tahun atau lebih.
Adapun batasan lanjut usia oleh Departemen Kesehatan RI di
tetapkan seseorang dengan usia lebih dari 60 – 69 tahun, sedangkan usia lebih
dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi.
Berdasarkan data Susenas tahun 2003 jumlah penduduk lanjut usia mencapai 16.172.835
jiwa atau 7,54% dan pada tahun 2010 akan mencapai 24 juta jiwa atau 9,77% dari
total penduduk. Dampak dari peningkatan jumlah lanjut usia antara lain masalah
penyakit degeneratif akan sering menyertai para lanjut usia yang bersifat
kronis dan multipatologis dalam penangananya memerlukan waktu cukup lama dan
biaya besar. Menghadapi kondisi demikian perlu pengkajian masalah-masalah
lanjut usia yang lebih mendasar dan sesuai dengan kebutuhan. Secara alami
bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif dengan
manifestasi beberapa penyakit seperti penyakit hipertensi, kelainan jantung,
penyakit diabetes militus, kanker rahim / prostat, osteoporosis dan lain-lain.
Meskipun lanjut usia bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses penuaan,
insiden penyakit kronik dan ketidakmampuan akan semakin meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Jelaskan defenisi dari lanjut usia!
2. Uraikan golongan usia pada lansia!
3. Bagaimana perkembangan usia pada lanjut usia?
4. Jelaskan masalah-masalah kesehatan pada lanjut usia!
5. Jelaskan program kesehatan pada lanjut usia!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari lanjut usia
2. Untuk mengetahui golongan usia pada lansia
3. Untuk mengetahui perkembangan usia pada lanjut usia
4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan pada lanjut
usia
5. Untuk mengetahui program kesehatan pada lanjut usia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Lanjut Usia ( Lansia )
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih ( UU 13 tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh
suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6
x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri
dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau
komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi
sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya
pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus
dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan.
2.2 Golongan Usia Lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle
age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia
lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun (Nugroho, 2000).
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat
kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan
usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 –
54 tahun, usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia
lanjut antara 55 – 64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan
usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70
tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di
panti, menderita penyakit berat, atau cacat (Mutiara, 1996).
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia yang menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas (Deputi I Menkokesra, 1998).
2.3 Perkembangan Lanjut Usia
Menurut Birren dan Jenner tahun 1977, mengusulkan untuk
membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia sosial.
2.3.1 Usia biologis yaitu jangka waktu
seseorang sejak lahir berbeda, dalam keadaan hidup atau tidak mati. Aspek
biologik dalam gerontologi mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel,
jaringan dan organ-organ serta fisiologi yang berhubungan dengan
perubahan-perubahan tersebut. Proses penuaan akan di tandai gejala-gejala
kemunduran fisik antara lain :
a. Kemunduran-kemunduran biologis yang
terlihat sebagai kemunduran fisik :
· Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul
keriput serta garis-garis yang menetap
· Rambut mulai beruban dan menjadi putih
· Gigi mulai ompong
· Penglihatan dan pendengaran berkurang
· Mudah lelah
· Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
· Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini
terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul
b. Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat
penuaan pada usia lanjut ini di tandai sebagai berikut :
· Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik
· Ingatan kepada hal-hal yang baru terjadi yang
pertama dilupakan adalah nama-nama
· Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu
dan ruang / tempat juga mundur yang erat hubungan dengan daya ingat yang sudah
mundur dan juga karena pandangan biasanya sudah menyempit
· Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman,
skor yang dicapai dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih rendah
· Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide
baru.
2.3.2 Usia Psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Pada
umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga,
tetap berperan sosial, meninggal secara terhormat dan masuk surga. Apabila
proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan keinginan-keinginan tersebut maka
akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar. Penyakit yang
membahayakan , menjalani masa pensiun, ditinggal suami atau istri dan
sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental.
Psikologi kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala multikompleks
dari proses lanjut usia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima
tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction
Personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan
mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent
Personality), pada tipe ini biasanya ada kecenderungan mengalami Post Power
Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent
Personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga.
Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility
Personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan
secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi berantakan.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate
Personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
2.3.3 Usia sosial yaitu peran yang diharapkan
atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Status
sosial seseorang sangat penting bagi kepribadianya. Didalam pekerjaan, status
tertentu mempunyai akibat suatu citra tertentu pula. Perubahan status sosial
lanjut usia pasti akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi
dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan terebut. Aspek social
tidak dapat diabaikan dan sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin,
sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin. Perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat lanjut usia di masyarakat. Perubahan psikososial masyarakat
lanjut usia baik yang datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan
masyarakat akan membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang
bersangkutan. Sebagai penyebab adalah pesatnya kegiatan pembangunan yang
membawa dampak terhadap lingkungan baik berupa urbanisasi dan polusi maupun
perubahan perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh pada kehidupan
lansia.
2.4 Masalah Kesehatan pada Lansia
2.4.1 Penyakit-penyakit Lansia
Penyakit-penyakit
yang sering diderita oleh penderita usia lanjut diantaranya adalah :
Ø Penyakit musculoskeletal (penyakit
sendi dan tulang), seperti osteoarthritisgout, rematik ,osteoporosis,
osteopenia, tendinitis, artralgi.
Ø Penyakit cerebro-kardiovaskuler,
seperti stroke, penyakit jantung koroner, demensia, dll.
Ø Saluran pernapasan, seperti :
bronchitis kronis, asma, dll.
Ø Kanker
Ø Metabolik, seperti : diabetes
mellitus, obesitas, hipertiroid, dan lain-lain
Ø Gangguan kulit, seperti :gatal,
gampang alergi makanan, dan lain-lain.
Ø Katarak
Ø Prostat yang membesar
2.4.2 Pola Penyakit Lansia
Pada tahun 1988 di Konfrensi UCLA, Solomon dkk menyampaikan
istilah “ 13 i “ yaitu tentang kemunduran dan kelemahan yang dialami oleh
lansia. Isinya antara lain:
Ø Imobilitas (Immobility),
Ø Instabilitas/Terjatuh
(Instability/Falls),
Ø Gangguan intelektual/Demensia
(Intelectual impairment/Dementia),
Ø Isolasi/Depresi
(Isolation/Depression),
Ø Inkotinensia (Incontinence),
Ø Impoten (Impotence),
Ø Imunodefisiensi (Immunodeficiency),
Ø Infeksi (Infection),
Ø Kelelahan/Malnutrisi (Inanition/Malnutrition),
Ø Impaksi/Konstipasi
(Impaction/Constipation),
Ø Iatrogenesis,
Ø Insomnia,
Ø Gangguan (Impairment): penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, integritas kulit dan
convalescence.
2.4.3 Sifat Penyakit Lansia
Ada beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya
dengan penyakit pada orang dewasa, yaitu :
Ø Penyebab penyakit
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari
dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh
(eksogen). Hal ini disebabkan pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari
berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua(menjadi
tua), sehingga produksi hormon, enzim, zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan
tubuh menjadi berkurang sekali akibat kerusakan sel-sel tadi, dan dengan
demikian lansia akan lebih mudah mendapat infeksi.
Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi),
yang satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan
memperberat, dan penyakit sering telah ada di tubuh penderita sebelum
menimbulkan gejala-gejala maupun tanda-tanda, seolah-olah telah menyelinap
selama ini. Demikian pula, pengobatan terhadap penyakitnya akan lebih sulit
karena penyakitnya yang lebih dari satu jenis.
Ø Gejala penyakit sering tidak
khas/tidak jelas
Sangat penting untuk diketahui bahwa gejala penyakit pada
lansia seringkali tidak khas/tidak jelas, yang berbeda dengan penyakit yang
ditemukan pada orang dewasa. Misalnya, penyakit infeksi paru mendadak
(pneumonia) seringkali tidak didapati demam tinggi dan batuk darah, gejala
hanya ringan saja kelihatannya sedangkan penyakit sebenarnya cukup serius,
sehingga penderitanya menganggap penyakitnya ringan saja dan tidak perlu
berobat.
Ø Memerlukan lebih banyak obat
Akibat penyakit pada lansia yang lebih dari satu jenis maka
dalam pengobatannya akan memerlukan obat-obat yang beraneka ragam jenisnya
dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi
organ-organ vital tubuh seperti hati, ginjal, yang berperanan di dalam mengolah
obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang, yang menyebabkan
kemungkinan yang lebih besar dari obat-obat tersebut untuk menumpuk dalam tubuh
dan menyebabkan keracunan obat dengan segala komplikasinya, jika obat-obat
tersebut diberikan dengan takaran yang sama dengan orang dewasa, dan karena
itu, takaran obat perlu dikurangi pada lansia dengan prinsip start slow go
slow, yaitu mulai menggunakan obat dengan takaran yang serendah mungkin yang
masih mempunyai efek pengobatan dan naikkan secara perlahan-lahan sampai
tercapai efek pengobatan seoptimal mungkin.. Efek samping obat sering pula
terjadi pada lansia, yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat
pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya terjadinya beser buang air kecil
akibat pemakaian obat yang meningkatkan pengeluaran air seni (diuretik), merasa
hoyong dan terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah,
penenang, antidepresi dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya
terjadi karena diagnosa yang tidak tepat, ketidakpatuhan penderita meminum obat
menurut aturan yang ditentukan, pengguinaan obat yang berlebihan dan
berulang-ulang dalam waktu yang lama. Ketidakpatuhan untuk meminum obat-obat
yang sedang dipakai sering terjadi pada lansia, terutama pada mereka yang
menderita cacat fisik maupun mental. Ketidakpatuhan meminum obat akan meningkat
dengan semakin banyaknya jenis obat yang digunakan dengan kerumitan aturan
pemakaian obat yang digunakan. Oleh karena itu, hendaknya diberikan sesedikit
mungkin jenis obat, dan jika memungkinkan dalam takaran yang mudah diingat
(misalnya sekali sehari pemakaiannya).
Ø Sering mengalami gangguan jiwa
Penyakit pada lansia sering mengalami gangguan fisik dan
psikis (jiwa) secara bersamaan, khususnya pada mereka yang telah lama menderita
sakit sering mengalami tekanan jiwa ( depresi ), sehingga di dalam
pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati meskipun hanya
ini yang dikeluhkan, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru sering
tersembunyi gejalanya, yang jika yang mengobatinya tidak teliti, akan
mempersulit penyembuhan penyakitnya. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas.
maka penanganan penyakit pada lansia memerlukan ketrampilan khusus, walaupun
gejalanya ringan tetapi memerlukan penanganan yang serius, karena keterlambatan
di dalam penanganannya dapat merupakan ancaman yang besar bagi keselamatan jiwa
penderita lansia
2.4.4 Diagnosis penyakit pada lansia
Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih
sukar dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan
diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih
lama, sambil mengamati dengan cermat tanda–tanda dan gejala–gejala penyakitnya yang
juga seringkali tidak nyata. Dalam hal ini allo-anamnese dari pihak keluarga
perlu digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat ganda (multiple) dan
kumulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya.
2.5 Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain
melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan dan peningkatan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini Puskesmas diharapkan dapat
melaksanakan berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan
pengembangan. Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan
pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya
Kesehatan bagi Lanjut Usia :
a. Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga
ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang
perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti
katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani,
pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun
1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya
adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan,
perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku
hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan dan dapat di
praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang
terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal
higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran
pada tempatnya.
2. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi
lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan
gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai
kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi
seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur.
Ø Sumber zat tenaga atau kalori adalah
bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung
karbohidrat.
Ø Sumber zat pembangun atau protein
penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti
telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe,
tahu.
Ø Sumber zat pengatur, bahan
mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan
berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan
di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila
dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia.
Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat
dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun
di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan
penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah
Sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis,
psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin
mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Menua adalah sebuah proses yang mengubah
orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir
semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan
terhadap penyakit dan kematian.
2) Batasan lansia menurut WHO meliputi usia
pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60
- 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000).
3) Menurut Birren dan Jenner tahun 1977,
mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia
sosial.
4) Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh penderita
usia lanjut diantaranya adalah :
Ø Penyakit musculoskeletal (penyakit
sendi dan tulang), seperti :osteoarthritisgout, rematik ,osteoporosis,
osteopenia, tendinitis, artralgi.
Ø Penyakit cerebro-kardiovaskuler,
seperti stroke, penyakit jantung koroner, demensia, dll.
Ø Saluran pernapasan, seperti :
bronchitis kronis, asma, dll.
Ø Kanker
Ø Metabolik, seperti : diabetes
mellitus, obesitas, hipertiroid, dan lain-lain
Ø Gangguan kulit, seperti :gatal,
gampang alergi makanan, dan lain-lain.
Ø Katarak
Ø Prostat yang membesar
5) Program pembinaan kesahatan lanjut usia
merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya
promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
3.2 Saran
1. Perlunya Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia
yaknni melaksanakan upaya Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Gizi untuk Lanjut
Usia, Upaya Preventif, Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2. Perlunya Program alternatif yang lebih
memperhatikan aspek psikologis lansia dengan cara mengintegrasikan dengan
program pemerintah yang lainnya.
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh
kelompok umur masyarakat, agar lebih memahami karakteristik lansia serta faktor
resiko dan juga karakterisitik penyakit pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Pujiyono. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan, Tesis. Universitas Diponegoro
Suryadi Panjaitan, 2003. Beberapa Aspek Anemia Penyakit
Kronik Pada Lanjut Usia. Artikel. Perpustakaan Digital Universitas Sumatera
Utara
Anonim, 2007 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
Anonim, Artikel, Universitas Airlangga. Surabaya
Adam Wisudiyanto Wahyuna. 2008. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Posyandu Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Dalam Pemberian
Pelayanan Di Posyandu Lan Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Ngawi. Skripsi.,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Zain Istianah. Efektivitas Pelaksanaan Program Posyandu
Lanjut Usia (Studi Di Pekon Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
Tanggamus) , Abstrak
Retno Indarwati, Askep Keluarga Tahap Lansia, Bahan Ajar,
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga. Surabaya
Damayanti Imas, Penyakit Pada Lansia Gaya Hidup Aktif Dan
Proses Penuaan. Bahan Ajar. Universitas Indonesia, Jakarta
0 Response to "MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR LANSIA"
Posting Komentar