MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pernapasan, perawat perlu melakukan intepretasi dan pemeriksaan terhadap
berbagai prosedur. Status kesehatan klien dengan gangguan pernapasan perlu
dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan tindakan kolaboratif dalam
pemeriksaan penunjang untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa
harus menambah distress pernapasan klien. Setelah itu pemeriksaan yang
sesuai dengan tingkat distress pernapasan yang klien alami. Pemeriksaan
pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistem
pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan
asam-basa. Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan mempengaruhi sistem
tubuh yang lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal
terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi
terhadap hipoksia. Namun demikian, pada perubahan pernapasan akut seperti
pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan
tubuh tidak mempunyai waktu beradaptasi, sehingga dapat menyebabkan kematian.
Sistem pernapasan berfungsi untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur
keseimbangan asam-basa. Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan
mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Sehingga perlu mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam melakukan pengkajian riwayat sehat-sakit klien. Apabila
data-data yang telah kita kaji dari hasil pemeriksaan fisik telah didapatkan,
maka kita dapat mengetahui apakah keadaan klien sedang dalam keadaan normal
atau abnormal. Oleh karenanya dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas
tentang berbagai prosedur pelaksanaan pemeriksaan fisik yang tepat agar pembaca
dapat memahami lebih lanjut mengenai pemeriksaan fisik pada sistem gangguan
pernafasan anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian pemeriksaan fisik?
1.2.2
Apa tujuan pemeriksaan fisik?
1.2.3
Apa saja macam-macam pemeriksaan
fisik?
1.2.4
Bagaimana tekhnik pemeriksaan fisik
yang tepat pada sistem respirasi anak?
1.2.5
Bagaimana analisa hasil pemeriksaaan
fisik pada sistem respirasi anak?
1.3 Tujuan
1.3.1
Memahami dengan benar definisi
pemeriksaan fisik.
1.3.2
Mengetahui tujuan dilakukan
pemeriksaan fisik.
1.3.3
Mengetahui macam-macam pemeriksaan
fisik.
1.3.4
Mengetahui tekhnik yang tepat saat
melakukan pemeriksaan fisik.
1.3.5
Memahami keadaan normal dan tidak
dari analisa hasil pemeriksaan fisik pada sistem respirasi anak.
1.4 Implikasi keperawatan
Klien saat mengalami gangguan
pernapasan akan kesulitan kesulitan dalam pembentukan sputum atau sangat banyak
dalam pembentukan sputum, hal ini klien dapat mengalami dehidrasi, sehingga
tidakan perawat memperbanyak dalam memberikan asupan cairan. Untuk latihan
pernapasan ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer
intensif setiap jam saat bangun pada neuromuskular berat, ada baiknya individu
dibangunkan selama malam hari. Bantu untuk reposisi, mengubah posisi
tubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang lainnya (setiap jam jika
perlu), hal ini untuk mempermudah sirkulasi pernapasan.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari
seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan merupakan satu dari
komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan dari klien meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010). Pemeriksaan
fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien
untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota
gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara
sistematis tersebut disebut teknik Head
to Toe. Setelah pemeriksaan
organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Adanya petunjuk yang didapat selama dilaksanakan
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis
diferensial, yakni sebuah daftar penyebab
yang mungkin menyebabkan terjadinya gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap
akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.
2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik
Tenaga medis dalam hal ini perawat melakukan pemeriksaan
fisik memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan
klien. Tujuan tersebut meliputi hal-hal berikut ini:
1.
Mengetahui kondisi sistem respirasi normal atau tidak
2.
Mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi
3.
Menentukan rencana yindakan keperawatan yang tepat
4.
Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku
sejahtera
5. Sebagai tindakan kesehatan preventif
2.3 Macam-macam Pemeriksaan Fisik
2.3.1
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan
status fisik klien sebagai data dasar. Inspeksi dilakukan saat pertama kali
bertemu dengan klien atau pemeriksaan yang dilakukan pertama kali. Saat
melakukan tindakan ini amati secara cermat mengenai tingkah laku dan keadaan
tubuh klien.
2.3.2
Palpasi
Palpasi adalah tindakan yang dilakukan menggunakan sentuhan
dan rabaan. Palpasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukkan dengan
menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh.
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal atau tactile
premitus (vibrasi). Selama palpasi perawat harus mengkaji adanya
krepitus (udara dalam jaringan subkutan), nyeri tekan dinding dada, tonus otot
edema, dan fremitus taktil atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada
ketika klien sedang bicara.
Metode palpasi dilaksanakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ. Palpasi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang
dikaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengak. Perlu dikaji juga
kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluhkan adanya nyeri. Perlu
diperhatikan juga adanya getaran atau tidak pada dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara (vocal premitus). Palpasi dinding dada posterior saat
klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi yang relative keras.
Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan dapat dipalpasi pada
dinding dada. Intensitas vibrasi pada kedua sisi disbandingkan terhadap
simetrisnya. Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru
misalnya Pneumonia.
Terdapat dua jenis palpasi, yaitu palpasi ringan dan palpasi
dalam. Palpasi ringan banyak digunakan dalam pengkajian dengan cara ujung jari
pada satu atau dua tangan yang digunakan secara simultan. Tangan diletakkan
pada area yang akan dipalpasi dan jari-jari ditekan ke bawah perlahan-lahan
sampai ditemukan hasil. Palpasi dalam dilakukan untuk mengetahui keadaan atau
isi abdomen. Biasanya dilakukan dengan menggunakan dua tangan yang disebut
bimanual. Satu tangan digunakan untuk merasakan bagian yang dipalpasi sedangkan
tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan posisi relaks, jari-jari tangan
kedua diletakkan melekat pada jari-jari pertama. Tekanan dilakukan oleh puncuk
tangan ke sendi Intrapalngeal distal. Tekanan dilepas sebelum pindah
area kecuali untuk mengetahui adanya nyeri tekan.
2.3.3
Perkusi
Perkusi merupakan metode pemeriksaan fisik dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang
diberikan ke bawah jaringan. Metode perkusi dapat membedakan apa yang ada di
bawah jaringan seperti udara, cairan atau zat padat.
2.3.4
Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal) dengan
menggunakan stetoskop. Perawat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi
jantung, paru-paru, bunyi bising usus serta untuk mengukur tekanan darah dan
denyut nadi. Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
2.4 Tekhnik Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi torak
a. Atur posisi klien dan perawat berada di sebelah kanan klien.
Mulai pemeriksaan pada klien dengan posisi duduk dengan semua pakaian di buka
sampai pinggang guna mempermudah perawat melakukan inspeksi.
b. Atur pencahayaan yang cukup.
c. Atur suhu dan suasana ruangan nyaman pada anak
Hal
ini dilakukan agar anak tidak merasa takut dengan apa yang akan kita lakukan
d. Perhatikan kesan pertama pasien: perilaku, ekspresi,
penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
e. Hitung pernafasan selama satu menit penuh.
1. Jika menghitung pernafasan, observasi laju pernafasan, ritme
dan kedalam siklus pernafasan.
2. Observasi pergerakan dada pada tiga bagian otak (anterior,
posterior dan lateral).
3. Konfirmasi bahwa pernafasan tenang, simetris dan tanpa
usaha.
4. Sebelum dilanjutkan pada langkah selanjutnya, minta klien
untuk menarik napas dalam dan observasi keterlibatan otot-otot bantu napas.
f. Inspeksi warna kulit.
Konfirmasi diameter transfersal
dengan diameter anteroposterior seharusnya ratio diameter ini lebih kurang
ratio 2 : 1 pada orang dewasa. Bayi yang baru lahir memiliki dada yang lebih
bulat daripada orang dewasa, dan diameternya sama, ratio kurang lebih 1 : 1.
g. Inspeksi struktur skeletal.
Pemeriksa berdiri di belakan klien
dan gambarkan garis imaginer sepanjang batar superior skapula dari akromion
kanan sampai akromion kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebral.
2. Palpasi torak posterior
a. Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi.
b. Cuci tangan.
c. Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya.
d. Yakinkan tangan hangat tidak dingin.
e. Palpasi secara dangkal bagian posterior torak.
1. Kaji besar otot daerah tepat di bawah kulit.
2. Palpasi secara teratur dengan telapak tangan .
3. Harus diingat untuk mengkaji daerah superior scapula, sampai
dengan tulang rusuk ke 12 dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis midaksila
pada kedua sisi.
f. Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela interkostal.
1. Minta klien untuk fleksi leher, maka processus spinalis
cervikal ke-7 akan terlihat.
2. Bila pemeriksa memindakan sedikit tangan ke kiri dan ke
kanan dari processus, pemeriksa akan merasakan tulang rusuk pertama. Hitung
tulang rusuk dan sela interkostal, dan tetap didekat pada garis vertebral.
3. Palpasi tiap-tiap processus spinal dengan gerakan kearah
bawah.
g. Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.
1. Letakkan tangan dengan setingkat dengan tulang rusuk ke 8-10
letakkan kedua ibu jari dekan dengan garis vertebral dan dengan kulit secara
lembut diantara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan
punggung klien.
2. Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Perawat seharusnya
merasakan tekanan yang sama di kedua tangan, dan tangan bergerak menjauhi garis
vertebral.
h. Palpasi untuk menilai taktil fremitus.
1. Gunakan daerah sendi metacarpophalangeal atau permukaan luar
tangan pada saat memeriksa fremitus.
2. Mintalah klien untuk mengulangi kata “ninety-nine”
atau “tujuh-tujuh” saat perawat melakukan palpasi.
3. Palpasi torak anterior.
a. Atur posisi klien. Klien biasanya berada pada posisi supine
untuk melakukan palpasi torak anterior, tetapi beberapa ahli lebih menyukai
posisi duduk.
b. Tentuka lokasi “landmark” daerah torak
posterior.
1. Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari
tangan. Palpasi turun kebawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada
Angel of Louis.
2. Palpasi secara lateral dan temukan tulang rusuk kedua dan
ics kedua. Hitung tulang rusuk dengan batas sternum.
3. Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat dibawah kulit
c. Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.
1. Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat dibawah
batas kosta dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum.
2. Tekan kulit diantara ibu jari seperti pada waktu melakukan
palpasi dinding posterior.
3. Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi
pergerakan ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa.
d. Palpasi untuk mengetahui taktil fremitus pada dinding
dada anterior.
1. Teknik yang digunakan sama dengan palpasi posterior.
2. Gunakan sendi metakarpophalangeal atau permukaan unlar
tangan. Mintalah klien untuk mengucapkan “tujuh-tujuh” saat pemeriksa melakukan
palpasi dinding dada anterior.
4. Perkusi torak posterior.
a. Visualisasi petunjuk daerah torak.
Sebelum melakukan perkusi pada torak
posterior, visualisasikan garis horisontal, garis ventrikal, tingkat diafragma
dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus paru.
b. Atur posisi klien.
Bantu
klien untuk membungkuk kedepan sedikit dan melebarkan bahu.
c. Perkusi daerah paru.
1. Mulailah perkusi pada daerah apeks paru-paru dan bergerak ke
daerah apeks kanan.
2. Gerakkan kedalam setiap sela interkostal dengan cara
sistemik. Perkusi sampai ke tulang rusuk paling bawah dan pastikan untuk
melakukannya sampai ke garis midaksila kiri dan kanan.
d. Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diafragma.
1. Mulailah dengan melakukan perkusi pada celah interkosta
ketujuh kearah bawah sepanjang garis scapula sampai batas diafragma. Resonan
akan berubah menjadi “dullness”.
2. Beri tanda pada kulit.
3. Mintalah klien untuk menarik napas dalam dan menahannya.
4. Perkusi kembali kearah bawah dari kulit yang berada sampai
terdengar lagi suara “dullness”.
5. Sekarang mintalah klien untuk bernapas normal dan keluarkan
napas sebanyak-banyaknya kemudian tahan napas.
6. Perkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara
resonan, beri tanda dan anjurkan klien untuk bernapas secara normal. Pemeriksa
akan mendapatkan tiga tanda sepanjang garis skapula.
7. Ulangi prosedur untuk sisi yang lain.
8. Jarak antara tanda nomer 2 dan 3 berkisar antara 3-6 cm pada
orang dewasa yang sehat.
9. Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman.
5. Perkusi toraks anterior.
a. Visualisasikan landmark daerah torak anterior.
Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasi garis vertikel dan
horisontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paru.
b. Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur. Mulailah
perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi diafragma.
Lanjutkan perkusi sampai garis midaksila pada masing-masing sisi. Hindari
perkusi diatas sternum, klafikula, tulang rusuk dan jantung.
c. Pastikan jari-jari dan tangan yang tidak dominan berada pada
celah interkosta sejajar dengan tulang rusuk.
d. Jika pada klien wanita memiliki payudara besar, mintalah
klien untuk mengatur posisi agar payudaranya ke arah samping selama prosedur
ini. Perkusi diatas jaringan payudara wanita akan menghasilkan suara “dull”.
6. Auskultasi torak posterior.
a. Sebelum auskultasi posterior daerah toraks dilakukan,
visualisasikan “landmark” daerah tersebut seperti sebelum perkusi.
b. Auskultasi trakea.
1. Menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop
sejalan dengan bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut terbuka.
2. Mulailah pada garis vertebral C7 dan turun kebawah sampai
T3. Disini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea, dan suara yang terdengar
adalah bronkial.
c. Auskultasi bronkus.
Pindahkan
stetoslop kekiri dan kekanan vertebral setinggi T3-T5. Tepat berada pada
bronkus kiri dan kanan dan suara yang terdengar adalah bronkovesikuler.
d. Auskultasi paru-paru.
1. Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama separti pada yang
dilakukan pada perkusi paru-paru.
2. Mulai auskultasi pada bagian apeks kiri dan dilanjutkan
seperti pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikuler.
3. Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada
saat siklus inspirasi dan ekspirasi. Bila mendengar adanya suara tambahan,
catat lokasi, kualitas, lama dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.
7. Auskultasi torak anterior
a. Visualisasi petunjuk torak
anterior.
b. Auskultasi diatas trakea. Suara
akan jelas berada diatas jugular (suprastenal) notch. Suara diatas
trakea adalah suara bronkial.
c. Auskultasi diatas bronkus kiri
dan kanan.
Daerah ini berada pada batas sternum sebelah kiri dan kanan
pada sela interkosta ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah bronkovesikuler.
d. Auskultasi paru-paru.
1. Dengarkan suara vesikuler.
Biasanya terdengar pada daerah parenkim paru-paru.
2. Dengarkan bunyi suara napas
tambahan. Suara ini mendahului inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasan.
Bila pemeriksa mendengar suara tambahan catat lokasi, kualitas dan waktu
terjadinya selama siklus pernapasan.
2.5. Analisa Hasil Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada anak, usahakan
terlebih dahulu memberikan atau mengatur kondisi pada anak senyaman
mungkin, supaya dalam melakukan pemeriksaan fisik dapat berjalan dengan lancar.
Namun, jika seandainya anak masih menangis atau takut, perawat dapat menyuruh ibunya
untuk menemani anaknya disampingnya.
2.5.1 Inspeksi
Pemeriksaan fisik pada inspeksi difokuskan pada setiap
bagian tubuh meliputi: warna kulit, frekuensi pernafasan, bentuk dada, gerakan
pernafasan, dan efektivitas dan frekuensi batuk pada pasien. Perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
Penilaian warna kulit secara inspeksi dapat dilihat secara
langsung. Jika warna kulit atau membran mukosa kebiruan maka pasien mengalami
sianosis. Sianosis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu antara sianosis perifer
dengan sianosis sentral. Sianosis perifer terjadi pada ekstremitas atau pada
ujung hidung atau telinga, meskipun dengan tekanan oksigen normal, atau bila
ada penurunan aliran darah pada area ini, khususnya bila area ini dingin atau
sakit. Sianosis sentral terlihat pada lidah dan bibir, berarti pasien secara
nyata mengalami penurunan tekanan oksigen.
Penilaian frekuensi pernafasan juga penting sebagai
parameter atau tolak ukur dalam pemeriksaan, yaitu:
a. Normal
: 16-24 kali/menit
b. Bradypnneu/olygopneu : <16 kali/menit
c. Tachypneu/polypneu : >24
kai/menit
d. Apneu
: henti nafas / tidak bernafas
Jika
frekuensi pernafasan tidak teratur, maka:
a. Pada kelainan otak
b. Asidosis
c. Nyeri waktu bernafas
Penilaian bentuk dada secara
inspeksi diperlukan untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada
klien bentuk dada normal pada dewasa ditentukan berdasarkan perbandingan
diameter anteroposterior dalam proporsi tehadap diameter lateral (1:2).
a. Bentuk dada yang biasa didapatkan seperti: bentuk dada
toraks (panjang dan gepeng)
b. Bentuk dada toraks enbateau(toraks dada burung)
c. Bentuk dada toraks enfisematous, didapatkan apabila diameter
anteroposterior melebihi proporsi terhadap diameter lateral (1:1) atau lebih
dikenal dengan bentunk dada tong
d. Bentuk dada toraks pektusekskavatus (dada cekung ke dalam).
Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan system pernafasan
adalah dengan menilai gerakan pernafasan klien. Dengan selintas pandang,
seharusnya perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien. Adanya satu sisi
cembung pada pemeriksaan inspeksi dapat mengindikasikan ada suatu proses di
dalam rongga thoraks karena penimbunan air, pus, udara di rongga pleura,
aneurisme aorta, cairan dalam rongga pericardium, tumor paru atau mediastinum,
dan pembesaran jantung atau abses hati.
Perhatian adanya asimetris gerakan dinding dada anterior dan
posterior. Penilaian terhadap ekspansi lobus atas paling baik dilakukan dengan
inspeksi dari belakang klien, dengan memerhatikan kedua klavikula selama
pernafasan sedang. Gerakan yang berkurang menunjukkan penyakit paru yang
mendasarinya. Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat dan
menurun. Untuk penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi dan palpasi
anterior dan posterior.
Gerakan dinding dada unilateral yang berkurang dapat
disebabkan oleh fibrosis paru yang terlokalisasi, konsolidasi, kolaps, efusi
pleura, atau pneumothoraks. Berkurangnya gerakan dinding dada bilateral
menunjukkan adanya kelainan difus seperti hambatan jalan nafas kronis atau
fibrosis paru difus. Ekskrusi diafragmatik yang menurun mungkin tampak pada
klien dengan efusi pleural dan emfisema. Peningkatan dalam tekanan
intra-abdomen seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites, dapat
menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi.
Inspeksi Gerakan Pernafasan
|
Deskripsi / Penilaian
|
Sifat Pernafasan dan Kemungkinan Penyebab
|
Normal orang dewasa
|
12-20 x/menit
|
Sifatnya abdominal, torako-abdominal. Pada wanita
gerakannya sedikit lebih cepat dan bersifat torakal
|
Normal anak-anak
|
36-40 x/menit
|
Sifatnya torakal/torako-abdominal
|
Perbandingan durasi insprasi-ekspirasi
|
Durasi 2:1
|
Inspirasi biasanya lebih pendek daripada ekspirasi
|
Takipnea
|
Pernafasan cepat
|
Biasanya pada demam, penyakit paru/jantung
|
Bradipnea
|
Pernafasan lambat
|
Pada keracunan barbiturat uremia, koma diabetikum,
dan proses dalam otak
|
Asimetri
|
Ketidakseimbangan antara kiri dan kanan
|
Peneumonia, TB paru, efusi pericardium/pleura, dan tumor
paru.
|
Hiperpnea
|
Pernafasan lebih dalam, tetapi kecepatannya normal
|
Pada gangguan asam-basa
|
Apneastik
|
Inspirasi tersengal-sengal (gasping) diikuti ekspirasi
yang sangat pendek dan tidak efisien
|
Pada lesi di pusat pernafasan
|
Penilaian efektivitas dan frekuensi batuk pasien
sangat penting untuk dilaporkan, juga karakteristik sputum seperti jumlah,
warna, dan konsistensi, sehinnga perawat dapat merumuskan diagnosa keperawata
secara tepat.
2.5.2
Palpasi
Palpasi dada dilakukan dengan meletakan turnit tangan
mendatar di atas dada pasien. Seringkali kita menentukan apakah fremitus taktil
ada. Kita melakukan ini dengan meminta pasien mengatakan “sembilan-sembilan.”
Secara normal, bila pasien mengikuti instruksi itu, vibrasi terasa pada luar
dada di tangan pemeriksa. Ini mirip dengan vibrasi yang terasa pada peletakan
tangan di dada kucing bila ia sedang mendengkur. Pada pasien normal fremitus
taktil ada. Ini dapat menurun atau takada bila terdapat sesuatu dintara tangan
pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi
pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan tidak mungkin merasakan vibrasi
ini atau vibrasi menurun. Bila pasien mengalami atelektasis karena sumbatan
jalan napas, vibrasi juga takdapat dirasakan. Fremitus taktil agak meningkat
pada kondisi konsolidasi, tetapi deteksi terhadap ini sulit. Hanya dengan palpasi
pada dada pasien dengan napas perlahan, seseorang dapat merasakan ronki yang
dapat diraba yang berhubungan dengan gerakan mukus padajalan napas besar.
2.5.3 Perkusi
Pemeriksaan fisik dengan cara perkusi, perawat biasanya
melakukan tindakan ini untuk mengkaji resonansi pulmoner, kondisi organ
yang berhubungan dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jika dari hasil
pemeriksaan ini, pada jaringan paru-paru didapat suara perkusi bergaung dan
bersuara rendah (sonor) merupakan keadaan yang normal. Sebaliknya apabila
didapatkan suara yang lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara, kondisi ini dikatakan terjadi
suara perkusi abnormal yang disebut Hiperresonan. Suara perkusi normal
lainnya, diantaranya terdapat Dullness dan Tympany. Dullness dihasilkan di atas
bagian jantung atau paru-paru sedangkan Tympany dihasilkan di atas perut
yang berisi udara umumnya bersifat musical. Apabila nadanya lebih tinggi dari
dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya
berisi jaringan disebut Flatness, suara ini termasuk suara perkusi yang
abnormal.
Perkusi
|
Kesan Isi Dominan
|
Diagnosis Banding
|
Hipersonor
|
Udara
|
Pneumothoraks
PPOK
|
Sonor
|
Jaringan paru
|
Paru fisiologis
|
Redup
|
Cairan
|
Hidrothoraks
Pyothoraks atau Empyema
Kilothoraks
|
Pekak
|
Darah
Padat
|
Hematothoraks
Bronkopneumonia
Pneumonia
Massa mediastinum
Massa paru
|
2.5.4 Auskultasi
Perawat
melakukan auskultasi untuk mengkaji suara nafas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. Bronchial
merupakan tubular sound yang suaranya dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda
di antara kedua fase tersebut. Suara normal akan terdengar di atas trachea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular merupakan gabungan dari suara
napas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding dada. Keadaan normal lainnya
yaitu, Vesikular dimana terdengar lembut, halus seperti angin
sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar
seperti tiupan. Sedangkan keadaan suara yang abnormal terdapat Wheezing,
Ronchi, Pleural Fiction Rub dan Crackles. Wheezing terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musical, suara
terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit. Ronchi
terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum. Pleural fiction rub terdengar
saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti
gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami
nyeri saat bernapas dalam. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu Fine
crackles dan Coarse crackles. Setiap fase pada Fine crackles
lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah
akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus, suara
seperti rambut yang digesekkan. Sedangkan Coarse crackles lebih menonjol
saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika pasien batuk.
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan
merupakan satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan dari klien
meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010). Tenaga medis dalam hal ini perawat
melakukan pemeriksaan fisik memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan klien meliputi: engetahui
kondisi sistem respirasi normal atau tidak, mengetahui adanya gangguan pada
sistem respirasi, menentukan rencana yindakan keperawatan yang tepat, sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahter,
sebagai tindakan kesehatan preventif. Macam-macam
teknik pemeriksaan fisik ada 4 yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
3.2 Saran
Seorang perawat ketika melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, seharusnya
seorang perawat lebih teliti dan dapat mengkondisikan atau memberikan
kenyamanan pada pasien, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara optimal.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik perlu menanyakan keadaan pasien terlebih
dahulu untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan apa tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku
Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI.
0 Response to "MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK"
Posting Komentar