MAKALAH PERJALANAN DAN PIMPINAN PERSALINAN DAN PELAHIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit
oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir
bercampur darah ( show ) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan
dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006, Hlm.100).
1.2
Tujuan
Mengupayakan
kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Jalan
Lahir
Jalan lahir dibagi menjadi bagian keras
dan bagian lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulanng panggul dan sendi.
Sedang bagian lunak meliputi otot-otot, jaringan, dan ligamen. Tulang-tulang
panggul terdiri atas os coxae (os ilium, os ischium, os pubis), os sacrum, dan
os coxygeus. Antara os ilium dengan os sacrum terbentuk persendian articulatio
sacroiliacum. Antara os sacrum dengan os coxygeus terbentuk persendian
articulatio sacrocoxygeus. Simfisis pubis adalah persendian yang dibentuk oleh
dua os pubis yang saling bertemu. Di luar kehamilan pergerakan sendi
sangat sedikit. Saat kehamilan terjadi sedikit perenggangan.
Pelvis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor terletak di sebelah cranial dari
aditus pelvis (di atas linea terminalis). Pelvis minor disebut pula sebagai
pelvis sejati karena dindingnya dibentuk oleh tulang yang lebih sempurna,
terletak di sebelah caudal aditus pelvis (di bawah linea terminalis). Bentuk
pelvis minor berupa saluran dengan sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus).
Bidang atas berbentuk bulat dibatasi pintu atas panggul (pelvic inlet). Bidang
bawah dibatasi pintu bawah panggul (pelvic outlet) dan di antara kedua bidang
terdapat pelvic cavity.
Pintu atas panggul berbentuk bulat oval,
dengan dibatasi oleh promontorium, sakrum, linea inominata, ramus superior
ossis pubis, dan tepi atas simfisis. Ada 3 ukuran penting yang melibatkan
pintu atas panggul, yaitu conjugata vera anatomica, conjugata vera obstretica,
diameter transversa, dan diameter obliqua. Conjugata vera anatomica diukur dari
promontorium ke tepi atas simfisis ossis pubis, panjang normal rata-rata 11 cm.
Conjugata vera obstretica diukur dari promontorium ke tempat yang paling
menonjol dari facies posterior simfisis ossis pubis, panjang rata-rata 10,5 cm.
Diameter transversa adalah jarak terjauh yang ditarik pada linea terminalis
antara dua titik yang sama, panjang rata-rata 13,5 cm. Diameter obliqua diukur
dari articulatio sacroiliaca ke pecten ossis pubis sisi yang berlawanan,
panjang rata-rata 12,5 cm.
Bidang tengah panggul adalah bidang
dengan ukuran terkecil, terletak setinggi pinggir bawah simfisis, spina
iskiadika kiri-kanan dan memotong sakrum sekitar 1-2 cm di atas ujung sakrum. Sulit pengukuran secara klinik.
Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan mid-pelvic. Pintu
bawah panggul terdiri atas 2 bidang segitiga dengan dasar garis yang
menghubungkan kedua tuber iskiadikum kiri-kanan, dan puncak segitiga: ujung os
sakrum, sisi : lig. sakrotuberosum. Segitiga depan : dibatasi oleh arkus
pubis. Terdapat 3 ukuran, yaitu : conjugata diagonalis, conjugata recta, dan
diameter transversa. Conjugata diagonalis diukur dengan vaginal toucher dari
tepi bawah simfisis ke promontorium, panjang rata-rata 12-12,5 cm. Conjugata
recta membentang dari tepi bawah simfisis samapai ujung os coxygeus, panjang
9-11,5 cm. Diameter transversa adalah jarak antara kedua tepi dorsal tuber
ischiadicum, panjang rata-rata 11 cm.
Bidang hodge adalah bidang khayalan
dalam panggul untuk menentukan berapa jauh bagian terendah janin turun ke dalam
rongga panggul. Empat bidang Hodge sejajar satu sama lain : H I : sama dengan
PAP, H II : melalui pinggir bawah simfisis, H III : melalui spina iskiadika, H
IV : melalui ujung os koksigis (dasar panggul).
Bagian lunak jalan lahir terdiri
dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan
menutupi panggul sebelah bawah. Yang membentuk dasar panggul : diafragma
pelvis,pars muskularis (m. levator ani), dan pars membranacea (Budianto, 2005;
.
2.2 Fisiologi
Persalinan
Pada sebagian besar masa kehamilan,
uterus mengalami episode periodik kontraksi lemah dan lambat yang disebut
kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini secara progresif semakin kuat menjelang
akhir kehamilan, kemudian kontraksi ini berubah secara tiba-tiba, dalam
beberapa jam, menjadi kontraksi yang sangat kuat sehingga mulai meregangkan
serviks dan selanjutnya mendorong bayi melalui jalan lahir, dengan demikian
menyebabkan persalinan. Kontraksi persalinan mengikuti semua prinsip umpan
balik positif. Sekali kekuatan kontraksi menjadi lebih besar dari nilai
kritisnya, setiap kontraksi akan menyebabkan kontraksi berikutnya menjadi
semakin kuat sampai efek maksimum tercapai. Ada dua jenis umpan balik positif
yang diketahui meningkatkan kontraksi uterus selama persalinan. Regangan
serviks membuat seluruh korpus uteri berkontraksi, dan kontraksi ini lebih
meregangkan serviks karena dorongan kepala bayi ke arah bawah. Regangan serviks
juga menyebabkan kelenjar hipofisis mensekresikan oksitosin yang merupakan cara
lain untuk meningkatkan kontraksi uterus (Guyton, 1997).
Oksitosin adalah suatu hormon yang
diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis
posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas
kedalam darah. Impuls
neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus
primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan
stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan
progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di
hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus
mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga
aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.
Mekanisme kerja dari oksitosin belum
diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus
sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan.
Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim
sangat peka terhadap oksitosin. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100
kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal.
Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah
reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi
sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan
kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya
yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting (Azrianti, 2009).
2.3 Persalinan Normal
Persalinan
merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak
memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala,
terdapat keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir
spontan dengan tenaga ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang
lebih 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sebagian besar
persalinan adalah persalinan normal, hanya 12-15% merupakan persalinan
patologis (Abkar, 2009).
Persalinan
imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara
500-1000 gr. Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu
dengan berat janin antara 1000-2500 gr.
Gejala dan
Tanda Persalinan :
1.
Keluarnya
cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
2.
Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit)
3.
Penipisan dan
pembukaan serviks.
Fase-Fase Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I
Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung
hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif
: pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Kontraksi pada fase aktif dianggap memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selam 40 detik. Kecepatan pembukaan serviks
rata-rata 1 cm per jam (nulipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm perjam
(multipara).
Fase aktif
terbagi atas :
-
fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
-
fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm
-
fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm.
Selama
persalinan berlangsung dilakukan pemantauan kondisi ibu dan janin. Hasil
pemantauan dicatat dalam partograf. Hal-hal yang perlu dipantau : kemajuan
persalinan, keadaan ibu, dan keadaan janin. His dikontrol tiap 30 menit pada
fase aktif, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, dan pemeriksaan luar tiap 2 jam.
Keadaan ibu meliputi tanda vital, status kandung kemih, dan asupan makan,
dikontrol tiap 4 jam. Keadaan janin diperiksa dengan memeriksa DJJ tiap 30
menit (Kampono dan Moegni, 2008).
2. Kala II
Dimulai pada
saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering (4-5 kali dalam 10 menit), lebih
lama (40-50 detik), sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah
spontan pada awal kala 2. Peristiwa penting :
-
Bagian terbawah
janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul (di Hodge
III).
-
Ibu timbul
perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat
-
Perineum
meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
-
Kepala
dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam
3. Kala III
Dimulai pada
saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta. Kala
III merupakan periode paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya :
mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi
/ marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga
serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan
plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi
mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah
keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15
menit setelah bayi lahir.
4. Kala IV
Sampai dengan 1
jam postpartum, dilakukan observasi. Sebelum meninggalkan wanita postpartum,
harus diperhatikan beberapa hal, yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada
perdarahan dari vagina atau alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban
harus sudah lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum
terawat dengan baik dan tidak ada hematom, bayi dan ibu dalam keadaan baik.
2.4 Kelainan pada Kehamilan dan
Persalinan
Preeklamsia – Eklamsia
Preeklamsia dan eklamsia merupakan
suatu rangkain penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Yang dimaksud
dengan rangkain penyakit ialah bahwa eklamsia merupakan peningkatan lebih berat
dari preeklamsia. Pada dasarnya kedua penyakit tersebut adalah sama.
Patofisiologi
Penyebab preeklamsia maupun eklamsia
belum dapat diketahui dengan pasti. Teori yang sedang dikembangkan saat ini
adalah mengenai adanya imunologik maladaptation. Pada preeklamsia berat, tubuh
dan organ akan mengalami kelainan patologi anatomi, berupa perdarahan, infark,
nekrosis, dan trombosis pembuluh darah kecil. Keadaan ini diyakini akibat
adanya vasospasmus arteriola. Akibat dari perubahan tersebut , fungsi organ
seperti plasenta, gunjal, hati, otak, mata, paru, dan adrenal akan menurun dan
akan mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas ibu dan janin meningkat.
Penegakan Diagnosis
Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :
Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :
- Desakan darah 140/90 – 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.
- Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.
- Edema
Kriteria diagnostik pre eklampsia berat
Pre
eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kriteria diagnostik eklamsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada
wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya
kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Penatalaksanaan
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :
-
Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
-
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
-
Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih.
-
Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
-
Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu
memperpendek kala II.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal.
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal.
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
Tujuan
pengobatan eklamsia :
-
Untuk
menghentikan dan mencegah kejang
-
Mencegah dan
mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
-
Sebagai
penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
-
Mengakhiri
kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi baik preeklamsia maupun eklamsia :
1. Solutio plasenta, lebih sering pada preeklamsia berat.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis, ditandai dengan warna kulit penderita berwarna kuning.
4. Perdarahan otak
5. Kelainan pada mata
6. Edem paru
7. Nekrosis hati
8. Sindrom HELLP
9. Kelainan ginjal
10. Prematuritas, dismatur, kematian janin dalam rahim
Komplikasi yang sering terjadi baik preeklamsia maupun eklamsia :
1. Solutio plasenta, lebih sering pada preeklamsia berat.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis, ditandai dengan warna kulit penderita berwarna kuning.
4. Perdarahan otak
5. Kelainan pada mata
6. Edem paru
7. Nekrosis hati
8. Sindrom HELLP
9. Kelainan ginjal
10. Prematuritas, dismatur, kematian janin dalam rahim
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan kejadian
fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak memanjang atau sejajar
sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala, terdapat keseimbangan
antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan tenaga ibu
sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang lebih 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Gejala dan
Tanda Persalinan :
1.
Keluarnya
cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
2.
Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit)
3.
Penipisan dan
pembukaan serviks.
3.2 Saran
Para bidan agar selalu meningkatkan pengetahuan
dan pengalamannya untuk meningkatkan kualitas dalam memimpin persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal:
Makassar
0 Response to "MAKALAH PERJALANAN DAN PIMPINAN PERSALINAN DAN PELAHIRAN"
Posting Komentar