MAKALAH PERSALINAN PATOLOGIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002).
Sementara menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya
janin, plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang
menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan
persalinan.
1.2
Pengertian Persalinan Patologis
Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal
dari bahasa Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya
persalinan. Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat
buruk bagi ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan
normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan
secara spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis
1.
Power adalah
kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim.
Kontraksi rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada
kala I. His yang tidak adekuat dapat mengakibatkan persalinan patologis pada
setiap kala persalinan. Pada awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam
15 menit dan kekuatan 20 detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10
menit dengan kekuatan 60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam
pada primi para dan 12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim
tidak adekuat, dapat mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka.
Oleh karena itu untuk merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan
dengan menggunakan sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga tidak ada
maka biasanya dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio sesaria (Sarwono,
2005).
2. Passage ( jalan lahir)
Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang
terdiri dari tulang dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu
pintu bawah panggul. Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku
dapat menghalangi lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut
tidak normal, janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan
dengan seksio sesaria, vakum ekstraksi.
3. Passenger (anak)
Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
Apabila ukuran anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir.
Untuk mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia
pada janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
4. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian
untuk kelahiran. Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering
menghilangkan letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi. Posisi
yang benar termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar dapat
membantu penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan kuat dan juga
efisien untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih pendek,
cepat. Dalam penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar menurunkan
timbulnya tekanan tali umbilicalis.
2.2 Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul
belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini
mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih
besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih
dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga
rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa
komplikasi penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu
Preeklamasi, Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih
dari 35 tahun akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu
akibanya ibu hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan
lama, yaitu lebih dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam
pada multi para. Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak
berkontraksi (Depkes, 2001).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai
dengan paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap
kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama
9 bulan kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak
kembali seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus
semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan
mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).
3. Pendidikan
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di
sektor formal mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang
kesehatan, lebih aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan
perawatan. Rendahnya pendidikan ibu, berdampak terhadap rendahnya pengetahuan
ibu. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin
sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005).
4. Perilaku Ibu
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan
aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun
internal. Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar kehamilan tidak mempunyai
masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku
ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak
kehamilan 20 mg, senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan
kesehatan.
5. Status pasien
Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin
yang dirawat di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu
yang datang sendiri dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I
kemungkinan ibu masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap
persalinan, namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya
kondisi ibu sudah dalam bermasalah. Untuk menyelamatkan janin biasanya
dilakukan persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum
ekstraksi, induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.
2.3 Peran asuhan dalan persalinan
patologis
A. Asuhan Selama
Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan
untuk pembukaan jalan lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10
CM. Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan
6 sampai 8 jam pada multi para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit
dan kekuatan 20 detik dan berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit
dengan kekuatan sekitar 60 detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002).
Selama kala I ibu perlu mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:
1. Dukungan emosional
Kelahiran
seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosional seluruh keluarga. Oleh karena
itu usahakan suami atau anggota keluarga yang lain terlibat dalam proses
persalinan. Usahakan agar mereka melihat, membantu jika memungkinkan. Selama
persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa kuatir tentang proses
persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak merasa takut
dan cemas dengan :
a. Memberikan
dukungan dan meyakinkan diri pasien
b. Memberikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya
c. Mendengar
keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya
2. Pengaturan posisi
Anjurkan ibu
yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling
nyaman. Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu proses penurunan kepala
janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak berbaring
telentang. Tidur telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena Cava
Inferior), yang dapat mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang
sehingga bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005). Posisi yang dianjurkan:
a. Melakukan perubahan posis
b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan
keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur dianjurkan tidur miring ke kiri
c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di
ruang bersalin
d. Anjurkan ibu didampingi suami atau
keluarga untuk memijat atau menggosok pungung dan membasuh muka antar
kontraksi.
e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas
sesuai kesanggupannya .
f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara
bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya
sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup udara keluar sewaktu serasa kontraksi
3. Pemberian cairan
Anjurkan ibu
untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air bias. Cairan akan memberi
tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan dapat mempengaruhi His.
Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan kekuatan his.
4. Kebersihan
Infeksi yang
dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat menyebabkan kematian atau
penyakit pada janin. Penolong persalinan harus mencari sesering mungkin,
menggunakan alat yang steril untuk mencegah infeksi. Ibu dalam proses
persalinan dianjurkan berkemih setiap 2 jam agar tidak menghambat penurunan
kepala janin dan kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan melakukan kateterisasi
(mengeluarkan urin dengan alat).
B. Asuhan
Selama Persalinan Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya
deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2002).
1. Anjurkan pendamping
memberikan dorongan/ dukungan selama proses persalinan dan kelahiran.dengan
alasan memisahkan ibu orang yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan
hasil persalinan yang baik.
2. Berikan dorongan dan
besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan persalinan pada ibu dan keluarga, serta
ibu dalam meneran.
3. Biarkan ibu memilih
posisi yang sesuai meneran
4. Penolong harus
memberikan rasa aman dan nyaman, menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan
dukungan moral serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar
santai. Memberikan pujian saat ibu mengejan.
5. Menjaga kebersihan diri,
agarn terhindar dari infeksindir. Jika ada darah lendir atau cairan
ketuban keluar dari vagina segera dibersihkan.
6. Mengipas dan memijat
untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
7. Memberi dukungan mental
untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu,
penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
8. Mengatur posisi ibu
dalam membimbing mengedan dapat dipilih berbagai macam posisi berikut: jongkok,
tidur miring, setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya
rasa nyeri, mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan infeksi.
9. Menjaga kandung kemih
tetap kosong, oleh karena itu itu ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
10. Memberikan cukup minum, disamping
untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
11. Pada saat mengedan, bantu ibu
memperoleh posisi yang paling nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya
masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala
janin jika persalinan berjalan lambat.
12. Ibu di bimbing mengedan, selama
his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi
bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang
dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu bernafas selagi
kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum
meregang pelandan mengontrol lainnya kepala serta mencegah robekan. Setelah
bayi lahir nilai warna kulit, tonus otot, kemampuan bernafas dan aktifitas.
13. Periksa denyut jantung janin (DJJ)
pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi ( <120x /menit)
C. Asuhan Selama
Persalinan Kala III
Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan
aktif kala III meliputi:
1. Memberikan oksitosin
untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
Oksotosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin
tidak tersedia, rangsangan puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
2. Lakukan penegangan tali
pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu tangan diletakkan pada korups uteri
tepat di atas simfisis puubis. Selama kontraksi tangan mendorong korups uteri
dengan gerakan dorso cranial kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang
lain memegang tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama
kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus,
dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
3. PTT dilakukan hanya
selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi atau ibu
dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus
sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi
bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai
plasenta terlepas.
4. Begitu plasenta terasa
terlepas, plasenta di keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali
pusat mendekati plasenta. Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke
atas sesuai dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan
perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
5. Segera setela plasenta
dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan, jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika
perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi bimanual dalam. Jika atonia
uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan
pasca persalinan.
6. Jika amenggunakan
manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit, periksa
kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh, periksa adanya
tanda-tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra muskuler dimana
dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,
siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
7. Periksa ibu secara
seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki
episiotomi.
D. Asuhan
Selama Persalinan Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang
kritis bagi ibu dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi,
uterus yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim
yang selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil.
Penolong harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan
rahim. Asuhan kala IV meliputi:
1. Pemeriksaan undus uteri
tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi,otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pasca persalinan
2. Pemeriksaan tekanan
darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertamadan
setiap 30 menit selama jam kedua.
3. Menganjurkan ibu untuk
minum demi mencegah dehidrasi dan menawarkan ibu makanan dan minuman yang
disukainnya
4. Membersihkan ibu, vulva,
dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
5. Membiarkan ibu
beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan membantu ibu pada posisi yang
aman.
6. Membiarkan bayi berada
pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi dan ibu sebagai permulaan dengan
menyusui bayinya .
7. Segera seteslah bayi
lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai memberikan ASI (Air Susu Ibu)
karena menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar
mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena masih dalam keadaan lemah atu pusing
setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dam 3 jam pasca
persalinan.
9.
Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi mengenal
tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia
berasal dari bahasa Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos
artinya persalinan. Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu
akibat buruk bagi ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999).
3.2 Saran
Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar kehamilan tidak
mempunyai masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun
perilaku ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat
besi sejak kehamilan 20 mg, senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan
layanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Persalinan Normal, Jakarta :
JNPKKR
Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Neonatal.
0 Response to "MAKALAH PERSALINAN PATOLOGIS"
Posting Komentar