MAKALAH TORCH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis
virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus),
virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan
berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang
dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat
menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental
yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ
tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi
gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
1.2
Pengertian TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus
Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Penyebab Utama Penyakit TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH
(Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita,
seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan
lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit
yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh
karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah
matang dan lainnya.
Dalam dunia medis, Toxoplasma sering
disebut juga dengan virus kucing. Biasanya disebut juga Toxo, tokso,
toksoplasma, atau toksoplasmosis. Padahal sesungguhnya ini bukan virus
kucing, tetapi parasit darah. Kenapa sering disebut virus kucing : selain
sebutan ini sudah salah kaprah, memang parasit ini tumbuhnya di dalam tubuh
binatang. Hal mana menurut penelitian di dalam maupun di luar negeri, 70%
penyebab penyakit ini adalah kotoran kucing. Kemudian melalui hewan lain yang
menempel dalam makanan, lalu masuklah ke dalam tubuh manusia dan menyatu dalam
darah.
Toxoplasma
Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita
AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang
dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau
bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat
muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental,
kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan
karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala
(sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah
Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga
terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya
negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma,
selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit
dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus
Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila
tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.
Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya
kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka
risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and
Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi
untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama
apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang
tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna
untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi
rubella bawaan.
Cyto
Megalo Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya,
virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung
mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati,
kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui
infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang
lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan
IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Herpess
Simplex
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh
Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk
laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem
syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II
biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul
sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir
dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi
terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu
hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala
klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya
tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan
dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat
memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
2.2
Cara Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat
melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara
pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :
Pertama, makan
daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung
sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan
lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur
ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang
dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
Kedua, makan makanan yang tercemar oosista
dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang
mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi
sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH
melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di
tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
Ketiga, transfusi darah (trofozoid),
transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan
di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja
masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
Keempat, hubungan seksual antara pria dan
wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena
salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang
wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan
wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah
diderita oleh lawan jenisnya.
Kelima, ibu hamil yang kebetulan terkena
salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang
dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
Keenam, Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai
penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu
yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika
menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang
disusuinya.
Ketujuh, keringat yang menempel pada baju
atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya
penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya
menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.
Kedelapan, faktor lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan
makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan
tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista
lebih besar.
Kesembilan, air liur juga bisa sebagai
penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama
dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit
TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau
salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun
juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota
keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak
semuanya terkena penyakit TORCH.
2.3
Cara Menghindari TORCH
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat
membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan
antara lain sebagai berikut :
Pertama, bila mengkonsumsi daging seperti
daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya terlebih dahulu dimasak
dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar oosista -
oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.
Kedua, Kucing peliharaan di rumah
hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh
kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci / dibersihkan.
Ketiga, hindari kontak dengan hewan -
hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang dan lain -
lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang
kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
Keempat, penanganan kotoran kucing
sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang setelah
dipakai).
Kelima, bagi wanita yang sedang hamil,
terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau
menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
Keenam, bila sedang memegang daging,
bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih mentah, hindari
untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur setelah
selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
Ketujuh, bagi yang senang berkebun atau
bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau
buah sebelum dimakan.
Kedelapan, darah penderita seropositif tidak
boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula
transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang dengan
seronegatif TORCH.
Kesembilan, pemberantasan terhadap lalat dan
kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
Kesepuluh, penggunaan desinfektan komersial
yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista.
Kesebelas, memeriksakan hewan peliharaan
secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar supaya hewan
keanyangan selalu dalam keadaan sehat.
2.4
Diagnosa Penyakit TORCH
Proses diagnosa medis merupakan langkah
pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan
gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik
dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau
IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan
gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan
sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing,
vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan,
radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan
keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil,
keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis,
keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu belum
membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.
2.5
Pengobatan TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini
dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa
untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM).
Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya
infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan
ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya
infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan
untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan
ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan
memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu
pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu
pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas
dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi
kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk
Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter
kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan
menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine,
spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun
tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup
lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu
menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat
spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk
menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya
obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut.
Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada
waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
TORCH
adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1
dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih
terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus
Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa
akan sulit mendapatkan kehamilan.
3.2
Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara
mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan
matang.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J.M. 1996 Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. EGC, Jakarta
Prawiraharjo, Sarwono. 2009 Ilmu Kabidanan Edisi Keempat, PT. Bina
Pusaka Sarwono Rahardjo, Jakarta
0 Response to "MAKALAH TORCH"
Posting Komentar