Makalah Hepatitis Dalam Kehamilan (Askeb Patologi)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hepatitis bermasalah di
Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong banyak, Kedua, imunisasi
Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa
tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena
Hepatitis patuh meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti
masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis sudah sekian banyak, dan kian tak
terkontrol pula.
Masih banyak masyarakat
kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa menjadi sumber
penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa disadarinya
sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada
anak-anaknya lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan
bayi.
Penyakit ini biasanya
jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul ikterus (gejala kuning)
pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah hepatitis virus.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian
tentang hepatitis?
b. Apa etiologi
hepatitis?
c. Apa gejala pada
hepatitis?
d. Apa pengaruh
hepatitis virus pada kehamilan dan janin?
e. Bagaimana pencegahan
pada hepatitis?
f. Apa pengobatan pada
hepatitis?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui
pengertian hepatitis
b. Untuk mengetahui
etiologi hepatitis
c. Untuk mengetahui
gejala hepatitis
d. Untuk mengetahui
pengaruh hepatitis pada kehamilan dan janin
e. Untuk mengetahui
pencegahan hepatitis
f. Untuk mengetahui
pengobatan hepatitis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hepatitis adalah penyakit
yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan
peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. ( Panduan Lengkap Kebidanan
& Keperawatan )
Hepatitis adalah
peradangan hati karena berbagai sebab seperti virus sampai dengan obat-obatan,
termasuk obat tradisional. ( Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan )
Hepatitis atau radang
hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit –
panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus
dan ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi
kekuningan. Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen
bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing penderita pun
menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh. (Ensiklopedi)
Hepatitis dikategorikan
dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. di Indonesia
penderita penyakit hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami banyak
golongan hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6
bulan disebut “hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan
disebut “hepatitis kronik“.
B.
Etiologi
Penyebab hepatitis
bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan
bukan infeksi.
Penyebab-penyebab
tersebut antara lain :
a.
Infeksi virus ;
hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis F, hepatitis G.
b.
Non virus ;
Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia,
Penyakit autoimun.
Sedangkan penyakit
hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara
ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis
hepatitis terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih
jarang ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F
merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak.
Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.
Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.
C.
Gejala
Penyakit hati biasanya
jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan,
maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit hepatitis
biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata kunang.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita.
Gejala dan tanda penyakit
hepatitis-B adalah sebagai berikut :
a.
Selera makan
hilang
b.
Rasa tidak enak di
perut
c.
Mual sampai muntah
d. Demam
tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
e.
Nyeri dan bengkak
pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
f.
Bagian putih pada
mata (sklera) tampak kuning
g.
Kulit seluruh
tubuh tampak kuning
h.
Air seni berwarna
coklat
D.
Pengaruh hepatitis
virus pada kehamilan dan janin
a.
Pengaruh hepatits
virus pada kehamilan
Bila hepatitis virus
terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya
akan sama dengan gejala hepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun
gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala
yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di
rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkan beratnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.
b. Pengaruh hepatitis pada janin
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkan beratnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.
b. Pengaruh hepatitis pada janin
Hepatitis virus pada
kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero maupun segera setelah
lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Melewati placenta
a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan
darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi
baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu
Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus
B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan
akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus
yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati
pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy menunjukkan
adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai
suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Kelainan yang ditemukan
pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan,
bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secara
hematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau
bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu
dengan saat persalinan. Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis
virus terjadi pada kehamilan trimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang
mengalami hepatitis virus pada waktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus
pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru
lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus
B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada
janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya
merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
E.
Pencegahan
Semua Ibu hamil yang
mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi
immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak
efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya
dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan
hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak
sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan
tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.
Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
F. Pengobatan
F. Pengobatan
Pengobatan infeksi
hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit
mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan
hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit.
Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko
untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin
baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan
pemeriksaan trans aminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus anti gen secara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak
mengalami penyulit-penyulit lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
a.
Bahwa penyebaran
penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan perlu
penanganan yang serius
b.
Penyakit infeksi
dalam kehamilan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang dan kondisi
kesehatan reproduksi
c.
Penanggulangan
Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya
pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
d.
Hepatitis dapat
disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit
autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
e.
Penularan virus
ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
a) Melewati placenta
a) Melewati placenta
b)
Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c)
Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d) Melewati Air Susu Ibu, pada masa
laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan tercampurnya darah ibu
dengan darah fetus.
e)
Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
f)
Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
g)
Tertelannya darah selama persalinan.
h)
Penularan melalui selaput lendir.
f.
Gejala penyakit
hepatitis seperti keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu
(flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan
diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna
kecoklatan.
g.
Penderita
hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat
badan. Gamma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B.
Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif
dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk
mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk;
selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.
B.
Saran
a. Agar
penyakit Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan
upaya konseling melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya mereka
yang mempunyai risiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari bahaya yang
ditimbulkan dari penyakit tersebut.
b. Hendaknya
kita menjaga agar diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan
perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan
& Keperawatan. Merkid Press. Yogyakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan
Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan). Trans Info Media. Jakarta
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005.
Patofisiologi. EGC. Jakarta
0 Response to "Makalah Hepatitis Dalam Kehamilan (Askeb Patologi)"
Posting Komentar