Makalah Keperawatan Jiwa II Respon Psikofisiologi
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketidak mampuan dalam penyesuaian
diri terhadap berbagai persoalan hidup manusia, bukan hanya menyebabkan
gangguan mental. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa situasi yang memberi
tekanan pada seseorang dapat mengakibatkan keluhan-keluhan fisik seperti sakit
kepala, asam lambung meningkat, dan sebagainya. Banyak kasus dimana analisa dan
segala jenis pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang secara fisik tidak
mempunyai masalah fisik. Namun pada kenyataannya orang tersebut mengeluh karena
sakitnya.
Masalah-masalah emosional yang
tidak ditangani adalah penyebab 85% penyakit fisik. Itulah mengapa penanganan
penyakit fisik tidak membuahkan hasil yang tuntas karena mengabaikan masalah
emosional.
Psikosomatis berasal dari dua kata
yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya tubuh.
Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat (DSM
IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor
psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.
Gangguan psikofisiologis merupakan
gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali
menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis merupakan salah satu
gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan
fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh
dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan
pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya
pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung).
Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari
satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian
pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau
tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi
dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Dalam
gangguan psikofisiologis faktor-faktor psikologis benar-benar menyebabkan
gangguan-gangguan fisik. Misalnya, stress psikologis yang lama dapat
menyebabkan produksi asam lambung bertambah dan asam tersebut dapat menyebabkan
lubang pada dinding lambung. Dalam gangguan somatoform, faktor-faktor
psikologis menyebabkan simtom-simtom gangguan-gangguan fisik tetapi tidak ada
gangguan-gangguan yang aktual (tidak ada jaringan-jaringan yang rusak dalam
tubuh). Misalnya seseorang yang menderita gangguan konversi kemungkinan akan
menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot atau tulang lengan
tidak rusak.
B.
TUJUAN
·
Agar
mahasiswa/i mampu memahami respon psikofisiologi
·
Agar
mahasiswa/i mampu mempelajari dan megerti konsep peringatan dan bertahap
kelelahan
·
Agar
mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan mengeti diagnosa medik
pada respon psikofisiologi
·
Agar
mahasiwa mampu melakukan pengkajian s/d evaluasi pada [asien dengan gangguan
pisikofisiologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Psikosomatis berasal dari dua
kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya
tubuh. Psikofisioliogis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit
yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. , Kellner (1994) mengungkapkan
bahwa istilah psikosomatik menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan
psikosomatik didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana
proses psikologis memainkan peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien
dengan sindroma ini. Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress
kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala
psikis dan perilaku
Gangguan pada perkembangan
disebabkan oleh dua hal yaitu gangguan yang disebbakan oleh keadaan fisik dan
gangguan yang disebabkan oleh emosi atau keadaan psikologis, gangguan fisik
merupakan efek dari masalah psikologis dan sosial di sebut sebagai psikosomatis
yang kemuidian lebih di kenal dengan psikofisiologi, yaitu penyakit fisik yang
di sebabkan oleh faktor psikologis (Peterson et.al.,2003)
Gangguan psikofisiologis
merupakan gangguan atau penyakit yang mencakup kerusakan tubuh. Gangguan psikofisiologis
seperti asma, ditandai oleh simptom-simptom fisik yang nyata yang di sebabkan
oleh faktor-faktor psikologis. (Gerald. et.al.,271 ).
B. KONSEP
PERINGATAN BERTAHAN KELELAHAN
1). Reaksi Alarm ( Waspada).
Melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik
: curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas.
Banyak organ
tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan
daya tahan tubuh menurun. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya
dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin
mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.
Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas
hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila
stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2). Reaksi Resistance
(Melawan)
Individu
mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress.
Bila
teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
3). Reaksi Exhaustion
(Kelelahan)
Merupakan
fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan
diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu
tersbut.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA
MEDIK YANG BIASA MUNCUL PADA RESPON PIKOFISIOLOGI YANG MALADAPTIF
Diagnosa
keperawatan menggambarkan interaksi biopsikososial individu. Model stress
adaptasi dpt digunakan dlm penentuan dx kep
Dx kep mayor
(menurut Stuart & Sunden):
•
Gangguan penilaian
•
Nyeri kronik
•
Gangguan pola tidur
Diagnosa medis yang berkaitan antara
lain:
•
Gangguan somatisasi
•
Gangguan konversi
•
Hypocondriasis
•
Gg tbh dismorfik
•
Gg nyeri
•
Insomnia
•
Primary Hipersomnia
•
narkoleksi
D.
PENGKAJIAN PADA KLIEN DENGAN RESPON
PSIKOFISIOLOGI
1.
Fisiolgis
Untuk melihat gejala fisik atau faktor yang
mempengaruhi kondisi fisik, yang meliputi :
·
Kardiovaskuler
: angina, hipertensi, sakit kepala
·
Musculoskeletal
: LBP (low back pain), arthritis
·
Pernafasan :
asma, hiperventilasi
·
Pencernaan :
anoreksia, peptic ulcer,colitis, obesitas
·
Kulit :
eczema, puritus, neurodermatitis
·
Genitourinari
: impotensi, PMS
·
Endokrinologi
: diabetes, hipertiroid
2.
Psikologis
Pada
individu mungkin terdapat gejala fisik tapi tidak ada kelainan organik
(somatoform disorder). Terdiri dari:
•
Somatization disorder. Banyak keluhan tentang keadaan fisik tapi tidak ditemui
adanya kelainan fisik. Misal palpitasi, sakit kepala dll.
•
Conversion disorder, yaitu seseorang merasa kehilangan atau mengalami perubahan
fungsi fisik
•
Hipokondriasis. Dipenuhi oleh rasa takut bahwa dirinya menderita penyakit parah
berdasar penafsiran yang salah terhadap gejala tubuh
•
Kelainan dismorfik tubuh, yaitu seseorang dengan penampilan normal merasa
mengalami cacat fisik
•
Pain disorder, faktor psikologis mempunyai peranan penting dalam awitan
maupun keparahan nyeri.
3.
Faktor Prediposisi
•
Faktor biologis
-Keseimbangan hormonal mempengaruhi emosi seseorang
- Faktor genetic
•
Faktor psikologis
Kepribadian tipe A. Penyakit fisik bisa disertai
dengan kelainan organik dan ada pula yang tanpa ada kelainan
organik.
•
Faktor sosial
- Keparahan gejala dipengaruhi aspek lingkungan
sosial
- Konsep peran sakit dalam lingkungan sosial.
Menjadi sakit adalah peran sosial dimana masyarakat menempatkan kepercayaan
& harapan pada individu
4.
Faktor Presipitasi
Yaitu adanya stimulus yang meningkat
dari lingungan internal atau eksternal yang diterima individu yang melebihi
sumber koping yang dimiliki dan membahayakan dirinya. Respon psikofisiologis
yang muncul akibat stimulus tetsebut dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam
menginterpretasi keadaan stressful. Misal: diare menjelang ujian. Akumulasi
dari stressor kecil.
5.
Sumber Koping
Perlu dikaji kebiasaan koping
pasien, support sistem dari keluarga, teman, pemberi layanan kesehatan.
6.
Mekanisme Koping
Kelainan psikofisiologi
dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ansietas akibat stres yang berlebihan.
Mekanisme defensif yang berkaitan antara lain :
•
Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima.
Dalam hal ini pengalaman yang
menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan pikiran dan impuls yang tidak
menyenangkan dikeluarkan dari kesadaran. Atau dalam arti lain represi adalah
menekan semua pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan,
impuls yang tidak menyenagkan kealam tak sadar secara tidak sadar.
contoh:seorang anak yang semasa kecilnya sering mendapat perlakuan kasar ia
akan melupakan semua kejadian tersebut secara tidak sadar, tetapi smeua
kenangan tersebut akan terakumulasi di alam bawah sadarnya.
•
Menyangkal masalah (Denial)
Mengingkari pikiran keinginan, fakta
dan kesedihan yang tidak dapat ditoleransi contoh:pasien kanker,menyatakan
dokter salah diagnosa.
•
Kompensasi
Proses dimana seseorang menutupi
kekurangannya dengan menekan segi lain yang dianggap menjadi kelebihannya.
contoh: seorang siswa yang dalam prestasi belajarnya maka ia akan menutupinya
dengan pandai bermain musik. Seorang yang sakit dan tidak mampu beraktivitas
secara fisik maka dia akan berupaya memaksimalkan aktivitas yang lain misal
dengan menulis.
•
Regresi
Yaitu suatu mekanisme dimana saat
sakit individu kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya. Missal seorang anak
yang biasanya sudah bisa mandiri dalam ADL saat sakit menjadi ngompol, selalu
minta dilayani
•
Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls
dan perasaan yang tidak menyenang kealam tak sadar. contoh: seorang siswa pergi
menonton film bersama teman dekatnya,maka pada saat belajar dikelas dia
berusaha untuk melupakan kejadian tersebut untuk lebih konsentrasi mengikuti
pelajaran.
•
Identifikasi
Proses dimana seseorang meniru cara
berfikir dan berperilaku dari seseorang yang dikagumi. contoh: seorang anak SMA
yang mengidolakan Agnes Monica meniru cara berpakaian dan model rambut seperti
Agnes Monica
•
Reaksi formasi
Mengembangkan pola sikap dan
perilaku tertentu yang disadari berlawanan dengan perasaan dan keinginannya.
contoh: seseorang marah pada temannya tapi malah bersikap baik dan meminjamkan
catetan kuliah dengan sikap yang manis.
•
Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku
yang tampak sebagai hasil pemikiran yang logis. contoh: tidak punya uang untuk
beli kendaran, dikatakan bahwa jalan kaki lebih sehat dari pada naik kendaraan.
E.
PENENTUAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESPON PSIKOFISIOLOGI
Perawat harus mampu :
1. Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan
2. Menganalisis data ke dalam kelompok
3. Membedakan diagnosa keperawatan dari masalah
kolaboratif
4. Merumuskan diagnosa prioritas
Penentu Prioritas Diagnosis
Dengan menentukan diagnosis keperawatan,
maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama
kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas terdapat beberapa
pendapat urutan prioritas, diantaranya :
1.
Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam
jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa
yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi
beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan
prioritas rendah, yaitu :
a.
Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan
terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.contoh
diagnosa..................
b. Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak
gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene
perseorangan.contoh diagnosa.................
c.
Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang
tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik
seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh diagnosa..................
2. Berdasarkan kebutuhan maslow
Maslow mentukan
prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya
kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga
diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk prioritas
diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut berdasarkan
urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
a. Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi,
sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah
lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi
dan rasa takut.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah
kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.
d. Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari
keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e. Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan
terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan psikofisiologis merupakan
gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali
menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis merupakan salah satu
gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan
fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh
dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan
pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap
hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan
lambung).
Diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang biasa
muncul pada respon pikofisiologiyang maladaptive,diagnosa keperawatan menggambarkan
interaksi biopsikososial individu. Model stress adaptasi dpt digunakan dlm
penentuan dx kep
Dx kep mayor (menurut Stuart &
Sunden) : Gangguan penilaian, Nyeri kronik, Gangguan pola tidur. Diagnosa medis
yang berkaitan antara lain : Gangguan somatisasi, Gangguan konversi,
Hypocondriasis, Gangguan tubuh dismorfik, Ganggguan nyeri, Insomnia, Primary
Hipersomnia, narkoleksi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.klinikhudassari.com/berita-156-gangguan-psikofisiologis.html
Maslim, rusdi.2002.Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringakas Dari PPDGJ-III. Jakarta
0 Response to "Makalah Keperawatan Jiwa II Respon Psikofisiologi"
Posting Komentar