Makalah Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan
analisis keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi
perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat
menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi
Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun
1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan
pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada
belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang
mungkin berlaku dalam perekonomian.
Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model
penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan
bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi
kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang
lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi
gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam
suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas
penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan
ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada
sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi
penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model
permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis
AD-AS.
Pemikiran makroekonomi modern tidak
dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan
Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja
penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan
Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga
tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk
memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan
dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis
AD-AS.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan dalam
makalah ini adalah :
1. Apa saja faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan
agregat ?
2. Bagaimana analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan
pendekatan Keynes yang sederhana ?
3. Bagaimana
pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan
penentuan keseimbangan AD-AS ?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Teori
Ekonomi II sebagai tugas akhir semester.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva
permintaan agregat
3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan
Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana
4. Untuk mengetahui pendekatan yang lebih modern dalam
pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS.
BAB II
PEMBAHASAN I
2.1 Permintaan Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan
Riil
Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE )
adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu
analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap. Dalam analisis
tersebut perbelanjaan agregat memberikan gambaran tentang tingkat perbelanjaan
yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat pendapatan
nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand (AD) menggambarkan hubungan
yang sedikit berbeda. Permintaan agregat menunjukkan suatu hubungan diantara
tingkat harga dengan nilai riil perbelanjaan yang akan dilakukan dalam
perekonomian.
2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat
Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat
perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila :
penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami
perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat. Hal ini menimbulkan efek yang
sangat penting ke atas permintaan ke atas uang terutama permintaan uang untuk
membiayai transaksi-transaksi jual beli barang yang dilakukan. Keadaan ini akan
mengakibatkan kenaikkan suku bunga, peningkatan ini akan menyebabkan
kemerosotan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Berdasarkan analisis
mengenai kenaikan tingkat harga ke atas permintaan domestik ke atas barang dan
jasa dan ke atas kegiatan di sektor ekspor dan impor dapatlah disimpulkan bahwa
diantara harga dan permintaan agregat (AD) terdapat sifat perkaitan yang
berikut : semakin tinggi harga semakin sedikit permintaan agregat.
Dalam bagian (a) ditunjukkan keseimbangan IS-LM, dan
perubahan keseimbangan tersebut sebagai akibat inflasi. Kurva LM yang asal
adalah LM0 (P0) dan maksudnya adalah keluk LM yang
dibentuk dengan memisalkan penawaran uang nominal adalah Mo dan tingkat harga
adalah P0. Kurva LM ini berpotongan dengan IS di E0 dan
berarti pada mulanya keseimbangan dicapai di E0 yang menggambarkan
suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional adalah Y0.
Seterusnya misalkan perekonomian menghadapi masalah
inflasi, yaitu tingkat harga mengalami kenaikan dari P0 menjadi P1.
Kenaikan tersebut menyebabkan penawaran uang riil merosot dari M0/P0
menjadi M0/P1. Kenaikan harga-harga ini yang menyebabkan
permintaan uang nominal untuk setiap tingkat pendapatan nasional riil bertambah,
akan memindahkan kurva LM0 (P0) ke sebelah kiri menjadi
LM0 (P1). Kurva LM yang baru ini akan memotong IS di E1.
Keseimbangan yang baru ini menunjukkan suku bunga meningkat dari r0
menjadi r1 dan pendapatan nasional (riil) merosot dari Y0
menjadi Y1.
Berdasarkan kepada keseimbangan IS-LM yang digambarkan di
atas, telah dapat ditunjukkan cirri hubungan diantara tingkat harga dengan
pendapatan nasional riil dan seterusnya kurva permintaan agregat AD dapat
diwujudkan. Keseimbangan pada E0 menunjukkan bahwa pada pendapatan
nasional Y0 tingkat harga adalah P0 dan keseimbangan pada
E1 menunjukkan pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat
harga adalah P1. Hubungan diantara tingkat harga dan pendapatan
nasional ini ditunjukkan kembali pada bagian (b) dari gambar 2.1. Kurva AD
diperoleh dengan menghubungkan titik E0 dengan titik E1.
Dalam analisis permintaan agregat – penawaran agregat sumbu datar hanya
menunjukkan pendapatan nasional riil dan disingkat dengan notasi Y*. Dalam
analisis IS-LM misalkan tingkat harga tidak berubah, dan pemisalan ini
menyebabkan sumbu datar diberi notasi Y yang menggambarkan pendapatan nasional
nominal dan riil, karena keduanya mempunyai nilai yang sama.
Bentuk AD seperti dalam gambar 2.1 adalah bentuk kurva AD
yang tipikal, dan keadaan itu disebabkan oleh dua perubahan penting yaitu :
- Inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat. Kenaikan suku bunga ini pertama-tama menyebabkan investasi turun yang selanjutnya akan menurunkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
- Inflasi menyebabkan kemerosotan ekspor dan kenaikan impor yang juga akan menyebabkan pengurangan ke atas permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Analisis di atas menunjukkan bahwa
titik-titik pada kurva AD menggambarkan
keseimbangan yang berlaku serentak di pasaran barang dan
pasaran uang (karena setiap titik pada AD menggambarkan keseimbangan IS-LM pada
tingkat harga yang berbeda). Berdasarkan kepada keadaan ini kurva AD dapat pula
didefinisikan sebagai : suatu kurva yang menunjukkan keseimbangan di pasar
barang dan pasar uang pada berbagai tingkat harga.
2.1.2 Kecondongan Kurva AD dan Faktor –
faktor Penyebabnya
Kecondongan kurva AD ditentukan oleh dua faktor yaitu
kecondongan kurva LM dan kecondongan kurva IS. Secara umum sifat pertalian diantara kecondongan AD dengan
kecondongan kurva LM atau IS adalah :
- Kurva AD semakin landai apabila kurva LM semakin curam dan
- Kurva AD semakin landai apabila kurva IS juga semakin landai.
Perhatikan gambar 2.2, menunjukkan kurva LM yang curam.
Misalkan berlaku penurunan harga, yaitu dari P0 menjadi P1.
Perubahan ini menyebabkan kurva LM bergerak dari LM (P0) menjadi LM
(P1). Tanpa perubahan suku bunga keseimbangan akan bergerak dari E0
menjadi E2 dan ini berarti pendapatan nasional akan berubah sebanyak
Y0 Y2. Perubahan keseimbangan yang sebenarnya adalah dari
E0 menjadi E1 dan berarti suku bunga turun menjadi r1
dan peningkatan pendapatan nasional hanyalah menjadi Y1. Berdasarkan
perubahan keseimbangan ini kurva ADa dapat dibentuk, dan kurva ADa
tersebut relatif lebih landai.
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memindahkan Kurva AD
Perubahan – perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar
uang akan memindahkan kurva AD. Perubahan – perubahan dalam perbelanjaan
agregat, yang akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya,
seperti tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan
ekspor-impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan
AD akan berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.
2.2 Bentuk – Bentuk Kurva Penawaran Agregat
Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh
pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah
mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional
dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga
kerja.
Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian
akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan
nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan
nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’
tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor
produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a)
dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f
menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan
memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.
Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat
golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam
analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan
di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat
harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai.
Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga
tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan
sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat
masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi
harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan
menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah
pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva
penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan
Keynesian baru.
Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan
pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara
penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS)
dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau
LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah
jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti
minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang”
perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke
atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan
dalam proses produksi.
2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik
2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik
Dalam membicarakan mengenai pandangan ahli-ahli ekonomi
Klasik, akan dilihat secara ringkas hal-hal mengenai yaitu:
- Penentuan permintaan agregat
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat
perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian sangat ditentukan oleh
jumlah penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Permintaan agregat
menunjukkan hubungan diantara harga dan pendapatan nasional riil serta
menunjukkan sifat hubungan yang berbalikan diantara harga dengan pendapatan
nasional riil yaitu pada harga yang tinggi permintaan agregat adalah sedikit
dan semakin rendah harga semakin banyak permintaan agregat.
- Penentuan penawaran agregat
Dua faktor yang
menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan
fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan
kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung
kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja
dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.
- Penentuan keseimbangan dalam perekonomian
Dalam analisis
AD-AS keseimbangan dalam perekonomian dicapai pada keadaan dimana permintaan
agregat sama dengan penawaran agregat. Dalam model Klasik pencapaian
keseimbangan ini ditunjukkan dalam gambar 2.4. Grafik tersebut memperlihatkan
penentuan keseimbangan berdasarkan kepada permintaan agregat Ado dan penawaran
agregat AS0. Menurut Klasik perekonomian akan mencapai keseimbangan
pada titik E0. Ini berarti dalam perekonomian pendapatan nasional
riil akan mencapai Y0 dan ini merupakan pendapatan nasional pada
kesempatan kerja penuh karena pada pendapatan nasional ini permintaan tenaga
kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat keseimbangan ini tingkat
harga adalah P0.
Keadaan yang
digambarkan oleh titik A adalah: pendapatan nasional riil mencapai Y1
dan tingkat harga adalah P1. Keadaan ini menggambarkan bahwa
perekonomian mengalami pengangguran dan berarti penawaran agregat melebihi
permintaan agregat dan penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja.
Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik ketidakseimbangan ini akan menimbulkan
penyesuaian di pasaran tenaga kerja dan dipasaran barang. Di pasaran tenaga
kerja kelebihan penawaran akan menimbulkan pengurangan ke atas tingkat riil.
Penurunan upah riil ini akan menambah permintaan tenaga kerja dan pada waktu
yang sama penawaran tenaga kerja menurun. Pada akhirnya keseimbangan diantara
permintaan dan penawaran tenaga kerja akan berlaku kembali dan tingkat
kesempatan kerja penuh tercapai.Titik B menunjukkan permintaan agregat sebanyak
Y2 adalah melebihi pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh
(Y0). Kekurangan penawaran ini menyebabkan tingkat harga meningkat.
Proses harga ini mengurangi permintaan agregat dan pada akhirnya ia seimbang
dengan penawaran agregat.
2.4
Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes
Keyakinan
Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan
pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan kerja
penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang berkeyakinan
bahwa pertambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan kenaikan dalam
pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam analisis Keynesian
yang mula-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan dan penawaran
agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5.
Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan
AD-AS dan perubahan-perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5.
Misalkan pada mulanya keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0’
yang disebabkan karena permintaan agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak
AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan berada dibawah
pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara
Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda
dengan pandangan Klasik, pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti
yang diterangkan dalam analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan
berubah dan tidak akan mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan
penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak
akan merosot untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa
perubahan dalam permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.
Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan
permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan
kerja penuh, Keynes menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk
meningkatkan kegiatan perekonomian kea rah tingkat kesempatan kerja penuh.
Kebijakan pemerintah tersebut perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0
ke kanan yaitu AD1 dan yang lebih ideal lagi apabila dapat mencapat
AD2. Perubahan sehingga ke tingkat AD3 perlu dihindari
karena akan menimbulkan inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat mengurangi
pengangguran dan apabila cukup efektif akan mewujudkan pula tingkat kesempatan
kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran Keynesian
adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand
management policy.
BAB III
PEMBAHASAN II
3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat
Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara
tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga
dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang
mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W.
Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics,
menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris
dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara
tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut
adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara
kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat
pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila
tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.
Kurva Phillips
Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan
pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan
diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua
contoh berikut : dalam tahun t0 – yaitu tahun 1990, tingkat
pengangguran adalah m0 dan persentasi
kenaikan upah adalah DW0’
dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat
kenaikan upah adalah DW1.
Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0
menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran
adalah m0 dan titik t1
menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1
dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva
Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan
titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah
memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat
upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik
tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.
3.1.1
Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat
Untuk
memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua
langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva
Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat
kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua,
berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja
dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat
harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva
penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva
Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi
tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan
mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.
3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi
Rasional Dan Monetaris
Kurva
penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini
selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of
Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968).
Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam
tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang
juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran
agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran
agregat Lucas.
3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja
Dalam teori Klasik yang telah diterangkan sebelum ini dimisalkan
bahwa pasaran barang dan pasaran tenaga kerja adalah berbentuk pasaran
persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti itu dianggap tidak terdapat hambatan
untuk melakukan penyesuaian yang cepat. Keadaan di pasaran tenaga kerja tidak
mempunyai sifat yang seperti itu. Informasi di pasaran tenaga kerja tidak
selengkap di pasaran barang yang diakibatkan perubahan yang berlaku tidaklah
seefisien seperti di pasaran barang.Sikap tenaga kerja memerlukan penyesuaian
yang lebih lama dalam menghadapi perubahan yang berlaku. Ini disebabkan karena
para pekerja memerlukan waktu yang lebih lama untuk menentukan apakah
pendapatan riilnya adalah sama atau telah merosot. Dalam hal ini pada
permulaannya para pekerja menghadapi masalah “ekspektasi yang salah” (wrong
expectation). Apabila ini berlaku maka keadaan itu berarti bahwa tenaga
kerja belum sepenuhnya menyadari perubahan yang berlaku di pasaran tenaga
kerja.
Hal lain yang perlu disadari mengenai pasaran tenaga
kerja adalah perbedaan cara pengusaha dan tenaga kerja mewujudkan ekspektasi
mengenai keadaan di masa sekarang dan masa datang. Para pengusaha dan para
pekerja perlu membuat ekspektasi mengenai tingkat harga dan upah riil di masa
depan. Dari ekspektasi inilah para pengusaha menentukan permintaannya ke atas tenaga
kerja dan para pekerja menentukan penawaran tenaga kerjanya. Para pekerja juga
perlu membuat ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, terutama tingkat
harga yang akan berlaku. Harga yang semakin tinggi akan mendorongnya menuntut
upah nominal yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat harga yang rendah
menyebabkan mereka menuntut tingkat upah yang relatif rendah. Akan tetapi dari
segi pekerja, yang dimaksudkan dengan “tingkat harga” adalah lebih rumit karena
ia mencerminkan harga-harga dari berbagai barang yang dikonsumsikannya. Dalam
menentukan tingkat upah yang dituntutnya di masa sekarang mereka perlu membuat
ramalan mengenai tingkat harga yang berlaku di masa depan karena perubahan
tingkat upah tidak dapat dilakukan setiap hari atau setiap bulan.
3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja
Gambar dibawah ini menunjukkan keseimbangan pasaran
tenaga kerja dan perubahan-perubahan dalam keseimbangan apabila berlaku
perubahan harga dan tingkat upah. Terlebih dahulu perhatikan keseimbangan di
titik E, yang dimisalkan keseimbangan yang ada pada mulanya berlaku. Kurva Ns
(Pe = P0) menggambarkan penawaran tenaga kerja apabila
ekspektasi para pekerja adalah : tingkat harga yang akan berlaku dalam ekonomi
adalah (Pe=P0) atau expected price level) adalah P0.
Sedangkan ND (P0) menggambarkan permintaan tenaga kerja
apabila tingkat harga yang sebenarnya berlaku adalah P0. Menurut
pendapat golongan Ekspektasi Rasional dan Monetaris, apabila keseimbangan
dicapai pada keadaan dimana harga yang diramalkan akan berlaku (Pe)
sama dengan harga sebenarnya (P0 untuk keseimbangan yang asal ini)
maka perekonomian akan mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Berarti jumlah
kesempatan kerja sebanyak N0 adalah kesempatan kerja pada kesempatan
kerja penuh dan tingkat upah (nominal) yang berlaku adalah W0.
3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran
Agregat
Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh
Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat
dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian
jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah.
Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke
atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan
perubahan ke atas penawaran agregat.
Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan
tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara
keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang
diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja
ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0
dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai
jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan
titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat
harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’
dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4
dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0.
Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini
disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1)
diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi
W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1
lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan
sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0
menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3)
dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi
dari W0/P0).
3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru
Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran
ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi
oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan
perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui
oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan
tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan
permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.
3.3.1
Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru
Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan
kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit
berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan
menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan
perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.
Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru
dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan
permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja
apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku
adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja
ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang
akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian
keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan
kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan
menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru,
tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan
ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.
Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi
P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu
menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah
(yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja
dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan
digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil
menjadi Y1.
3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru
Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat
golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan
grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’
menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1)
dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan
tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja
menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi
nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat
harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3)
ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang
sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2.
Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan
keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal
menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4
. Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan
hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan
nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru
diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu
kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran
agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran
agregat Keynesian Baru (ASK).
3.4 Keseimbangan AD-AS Dan Perubahan – Perubahannya
Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu
keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis
jangka panjang dan analisis jangka pendek. Seperti telah diterangkan, dalam
analisis jangka panjang akan berlaku perubahan tingkat harga maupun tingkat
upah, sedangkan dalam analisis jangka pendek yang berubah hanyalah tingkat
harga barang.
Dalam analisis keseimbangan AD-AS dalam makroekonomi
didasarkan kepada pemikiran Klasik Baru yang berpendapat bahwa pasaran tenaga
kerja dan pasaran barang merupakan pasaran persainagna sempurna.Dalam pasaran
yang demikian, keseimbangan diantara permintaan dan penawaran akan selalu
tercapai dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan diantara permintaan dan
penawaran adalah keadaan yang bersifat sementara. Penyesuaian-penyesuaian akan
berlaku yang menyebabkan keseimbangan akan tercapai kembali, dan menyebabkan
golongan Klasik Baru (dan golongan Monetaris) berkeyakinan bahwa dalam jangka
panjang keseimbangan makroekonomi akan tercapai pada tingkat kesempatan kerja
penuh yaitu pada tingkat kegiatan ekonomi dimana pengangguran yang berlaku
hanyalah terdiri dari pengangguran alamiah (natural unemployment).
3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang
Kedudukan LRAS dapat ditentukan dengan melihat kepada:
pada tingkat mana penggunaan tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh tercapai,
dan kemampuan tenaga kerja tersebut menciptakan produksi nasional dalam keadaan
dimana teknologi dan faktor produksi lain adalah konstan. Kurva LRAS
menggambarkan hubungan pendapatan nasional riil dan tingkat harga dalam jangka
panjang berbentuk tegak lurus di atas tingkat pendapatan nasional riil pada
kesempatan kerja penuh.
Yang menentukan kedudukan LRAS adalah faktor-faktor
produksi yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian. Ini berarti
keseimbangan AD-AS dalam jangka panjang sangat tergantung pada kurva AD.
Kedudukan kurva AD merupakan faktor yang menentukan kedudukan keseimbangan yang
berlaku.
3.4.2 Perubahan keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek
Dalam jangka pendek permintaan agregat AD maupun
penawaran agregat AS dapat mengalami perubahan.Dalam bagian ini akan
diperhatikan : faktor-faktor yang menimbulkan perubahan tersebut dan implikasi
dari perubahan tersebut ke atas keseimbangan makroekonomi jangka pendek.
Berdasarkan kepada faktor yang menimbulkannya, perubahankeseimbangan jangka
pendek yang berlaku dapat dibedakan kepada faktor-faktor yang berikut :
- Pertambahan dalam permintaan agregat
- Kemerosotan dalam permintaan agregat
- Kenaikan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari makalah yang
kami buat ini adalah :
Ø Perbelanjaan
agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan
dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan
suku bunga tetap.
Ø Pembentukan
kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas
perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak
mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan
tingkat harga meningkat.
Ø Kurva Phillips
menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat
pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran
Ø Dalam
menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS,
perlu dibedakan dua pendekatan: analisis jangka panjang dan analisis jangka
pendek
4.2 Saran
Makalah yang
kami buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna menunjang
DAFTAR PUSTAKA
Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT
Raja Grafindo Persada.
Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar
Edisi Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
0 Response to "Makalah Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II"
Posting Komentar