Makalah Askep Kehamilan Kunjungan Awal Dan Ulang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) telah terjadi
penurunan sekitar 25% menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1997) dalam
dekade 1986-1997. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) menurun cukup tajam
melalui berbagai intervensi namun hasilnya belum sesuai dengan harapan (dari
145/1000 kh pada 1967 menjadi 52/1000 kh pada 1997). Data tersebut menunjukan
AKI dan AKB masih tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
adalah 307/100.000 kelahiran hidup. Bila mengacu pada ektrapolasi biro pusat
statistik maka kecenderungan penurunan AKI telah mengarah jalur yang di
inginkan yaitu 265 dan 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 dan 2007
walaupun interpretasi secara global menyebutkan bahwa perjalanan menuju target
MDG 2015 masih di luar jalurnya.
Tingginya
kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklampsi, sepsis dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa
negara berkembang dan hampir semua negara maju berhasil menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Salah satu faktor penting dalam
upaya penurunan angka kematian tersebut adalah Antenatal Care. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa
kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Pelayanan
antenatal merupakan pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang
berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT,
ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama
masa kehamilan.
Karena
pentingnya hal tesebut maka dibuatlah kunjungan awal dan kunjungan ulang pada
asuhan antenatal demi kesejahteraan ibu dan janin. Oleh sebab itu maka penulis
membuat makalah dengan judul ”Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal dan Kunjungan
Ulang”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
A. Apa yang dimaksud kunjungan awal?
B. Apa saja yang dikaji dalam
kunjungan awal?
C. Apa yang dimaksud kunjungan
ulang?
D. Apa saja yang dikaji dalam kunjungan ulang?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN AWAL DAN KUNJUNGAN ULANG ” yaitu:
A. Mengetahui apa yang
dimaksud kunjungan awal
B. Mengetahui apa saja
yang dikaji dalam kunjungan awal
C. Mengetahui apa yang
dimaksud kunjungan ulang
D. Mengetahui apa saja yang
dikaji dalam kunjungan ulang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal
Kunjungan awal adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali ibu
hamil dari awal kehamilan hingga minggu ke-36. Tujuan Kunjungan adalah
sebagai berikut:
1. Membina
hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
2. Mendeteksi
masalah yang dapat diobati
3. Mencegah
masalah dan penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4. Memulai
persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5. mendorong
perilaku yang sehat.
a.
Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil
1. Riwayat
Kesehatan Social, Riwayat Kebidanan, Keluarga, Penyakit.
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami saat masa
sebelum kehamilan maupun saat kehamilan.
a.
Sosial
1. Kumpulan
keluarga
Informasi tentang keluarga klien harus mencakup asal
keluarga, tempat lahir, orang-orang yang tinggal bersama klien, individu yang
dianggap “keluarga”, dan individu yang dapat diandalkan dalam memperoleh
dukungan,tentang status klien saat ini, dan klien tinggal dengan siapa klien
tinggal.hal ini menunjukan bahwa bidan menyadari tidak semua wanita hamil
terikat dan sanggup untuk sendiri menghadapi semua keadaan saat ia hamil.
2. Situasi
tempat tinggal
Dapatkan informasi tentang tempat tinggal klien, seberapa
kali ia pindah, seperti apa rumahnya, jumlah individu, keamanan lingkungan, dan
jika diindikasikan, apakah tersedia cukup makanan didalam rumah,dan keadaan
lingkungan sekitar, diharapkan tetap bersih dan terhindar dari berbagai sumber
penyakit.
3. Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelainan
premature dan pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak
janin.
4. Pendidikan,
minat, hobi, dan tujuan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan juga minat,
hobi, dan tujuan jangka panging. Informasi ini membantu klinis memahami klien
sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca-tulisnya. Kadang-kadang
bahaya potensial dari hobi, seperti melukis, memahat, mengelas, membuat mebel,
piloting, balap, menembak, membuat keramik, dan berkebun akan diidentifikasi.
5. Pilihan
agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik
terkait-agama yang harus diobservasi.Informasi ini dapat menuntun ke suatu
diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga kesehatan, dan
pada beberapa kasus, penggunaan produk darah.
6. Hewan
peliharaan
Tanyakan jenis dan jumlah hewan peliharaan ditempat tinggal
klien.Hewan peliharaan yang berpotensi menimbulkan bahaya dan penyakit harus
didiskusikan.
7. Sumber
dukungan dan perencanaan kehamilan
Tanyakan siapa yang dapat klien andalkan untuk memberinya
dukungan.Pada saat tertentu wanita mungkin menjawab tidak seorangpun. Dengan
demikian , kunjungan yang lebih lama dan lebih sering serta berfokus pada upaya
mencari dukungan emosional dan menjalin hubungan dengan sumber komunitas yang
tepat harus dijadwalkan jika memungkinkan dan tanyakan pada klien apakah
kehamilan ini direncanakan atau tidak.
8. Sumber
stress
Faktor-faktor yang umum menjadi sumber steres pada wanita
hamil ialah biaya, pemukiman, kenakalan anak, dan masalah hubungan dengan
pasangan atau anggota keluarga lain.pertanyaan, “ apakah sumber utama stress
anda saat ini?” akan memb antu klinisi memahami beberapa factor yang
mempengaruhi kehidupan dan kehamilan klien.
9. Kebiasaan
yang meningkatkan kesehatan
Informasi tentang pola hidup sehat klien akan bermanfaat
untuk mengidentifikasi bidang pendidikan kesehatan yang butuhkan, baik saat ini
maupun pada masa pascapartum, seperti kebiasaan:
a.
Merokok
b. Alkohol
c. Obat
terlarang dan obat rekreasional
10. Keamanan
Tanyakan klien apakah biasa mengenakan sabuk pengaman dan
persenling, pelindung dan apakah ia terlibat dalam kegiatan olahraga, jika ia
melakukan kegiatan tersebut anjurkan pada klien untuk selalu menjaga
keselamatan dirinya dan mengurangi kegiatan yang dapat mengancam keselamatan
ibu dan janin.
b. Riwayat
Kebidanan
1. Riwayat
menstruasi
Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya
membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran (estimated date of delivery-EDD)
yang sering disebut taksiran partus. Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9
bulan dan 7 hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan
dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x
hari.Informasi tambahan tentang siklus menstruasi yang harus diperoleh mencakup
frekuensi haid dan lama pendarahan.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, Kehamilan: Adakah gangguan seperti perdarahan,
muntah yang sangat (sering), toxaemia gravidarum.
Persalinan:Spontan atau buatan, a’terme atau premature,
perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
Nifas:Adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi.
Anak:Jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur
berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.
3. Riwayat
kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal
dapat mempengearuhi EDD, dan karena penggunaan metode lain dapat membantu
“menangalli kehamilan ketika seorang wanita menghabiskan pil berisi hormone
dalam tablet kontrasepsi oral, periode selanjutnya akan mengalami disebut
“withdrawal bleed”. Dan terkadang ada kalanya kehamilan terjadi ketika IUD
masih terpasang.Apabila ini terjadi, lepas IUD jika talinya tampak.Prosedur ini
dapat dilakukan oleh perawat praktik selama trimester I, tetapi lebih baik
dirujuk kedokter bila kehamilan sudah berusia 13 minggu.Pelepasan IUD
menurunkan resiko keguguran, sedangkan membiarkan IUD terpasang meningkatkan
aborsi septik pada pertengahan trimester.Riwayat pengunaan IUD terdahulu
meningkatkan resiko kehamilan ektopik.Dan tanyakan kepada klien lamanya
pemakaian alat kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang digunakan.
4. Riwayat
obstetric
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan
dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu itu, tipe
persalinan (spontan, forsep, ekstrasi vakum, atau bedah sesar), lama persalinan
(lebih baik dihitung dari kontraksi pertama), berat lahir, jenis kelamin, dan
komplikasi lain.ketika menggambarkan kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke
20, bedakan antara aborsi spontan, elektif, terapeutik, dan kehamilan ektopik.
5. Riwayat
ginekologi
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta pengobatannya
dapat memberi keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami.
6. Riwayat
seksual
Riwayat seksual adalah bagian dari data dasar yang lengkap
karena riwayat ini member informasi medis yang penting sehingga klinis dapat
lebih memahami klien dan mendapat kesempatan untuk :
a.
Mengidentifikasi riwayat penganiayaan seksual
b. Menawarkan
informasi yang dapat mengurangi kecemasan dan menghilangkan mitos
c.
Menawarkan anjuran-anjuran untuk memperbaiki fungsi seksual
d. Membuat
rujukan apabila tercatat disfungsi seksual atau masalah emosional.
c.
Riwayat Keluarga
Informasi tentang keluarga klien penting untuk
mengidentifikasi wanita yang beresiko menderita penyakit genetic yang dapat
memengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang menderita
penyakit genetik.
d. Penyakit
1. Penyakit
Organik
Meskipun tidak setiap penyakit dan gangguan akan mempengaruhi
atau dipengaruhi kehamilan, penting juga menanyakan setiap penyakit tersebut
supaya diperoleh data yang lengkap. Wanita yang juga memiliki riwayat kesehatan
yang kronis atau lemah juga wanita yang menderita penyakit, seperti hipertensi
kronis, SLE, diabetes mellitus tergantung insulin, penyakit jantung, paru-paru
dan anemia, pemeriksaan kadar TSH (thyroid stimulating hormone).
2. Human
Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus yang mudah menular dan sering menyebabkan
kondiloma akuminata, kadang-kadang disebut kutil venereal.Kutil ini biasanya
ditemukan di seviks dan dinding vagina, uretra, bokong, anus dan alat genetalia
ekterna.Selama masa hamil, pengobatan kutil venereal dilakukan setiap minggu
dengan mengoleskan salep teratogenik.
3. Penyakit
Radang Panggul
Klinis harus mengetahui riwayat PID sedini mungkin pada masa
kehamilan karena PID mingkatkan risiko kehamilan ektopik tujuh kali lipat
(Oregon health division, 1995).Setiap kram atau perdarahan pada wanita yang
memiliki riwayat penyakit ini perlu diperiksa menggunakan ultrasonografi untuk
memastikan bahwa kehamilan terjadi di uterus.
4. Penyakit
yang Menyertai Kehamilan
a.
Kehamilan disertai penyakit jantung
Kehamilan yang desertai penyakit jantung selalu saling
mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Keluhan
utama yang dikemukakan :
1. Cepat
merasa lelah
2. Jantung nya
berdebar-debar
3. Sesak nafas
apalagi disertai terjadi sianosis(kebiruan)
4. Edema
tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
5. Mengeluh
tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
b. Hipertensi
Yang dimaksud hipertensi disertai kehamilan adalah
hipertensinyang telah ada atau sebelumnya kehamilan. Apabila dalam kehamilan
disertai dengan protenuria dan udem maka disebut pre-eklampsia yang tidak murni
atau superimposed pre-ek-lampsia. Penyebab utama hipertensi pada kehamilan
adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
c.
Penyakit paru-paru dan kehamilan
Sikap bidan dalam mengahadapi kehamilan dengan penyakit
tuberculosis paru sebaiknya adalah melakukan konsultasi ke dokter untuk
memastikan penyakitnya. Pada penyakit batuk menahun/tuberculosis yang tenang
bidan dapat melanjutkan pengawasan hamilsampai persalinan setempat, sedangkan
pada penyakit asma pada kehamilan, kadang- kadang bertambah berat atau malah
berkurang dalam batas yang wajar, penyakit asma tidak banyak pengaruhnya
terhadap kehamilan. Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan
untuk mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas dan
mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang menunjukkan gannguan
genetik. Pemeriksaan harus mencakup penetapan tinggi dan berat badan,
pengukuran tekanan drah (TD) dan nadi, dan pemeriksaan kulit, kelenjar tiroid,
jantung, paru, payudara, ekstremitas dan abdomen, serta pemeriksaan pelvis.
2. Pemeriksaan
Fisik
a.
Pemeriksaan fisik umum
1. Tinggi
badan
Tubuh yang pendek dapat
menjadi indikator gangguan genetik. Karena tinggi yang pasti sering kali tidak
diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan
harus diukur pada saat kunjungan awal.
2. Berat badan
Berat badan ditimbang
pada kunjungan awal untuk membuat rekomendasi penambahan berat badan pada
eanita hamil dan untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat. Selama
bertahun-tahun banyak saran telah diajukan tentang penambahan berat ideal pada
wanita hamil. Salah satu sumber pedoman terbaru dari Institute of Medicine
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan penambahan berat yang
direkomendasikan. IMT diperoleh dengan menghubungkan tinggi badan klien dengan
berat badannya saat hamil (Apendiks K).
3. Tanda-tanda
vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi
b. Kepala dan
leher
1. Edema di
wajah
2. Ikterus
pada mata
3. Mulut pucat
4. bibir
pecah-pecah
5. Leher
meliputi pembengkakan pada saluran limfe/pembesaran kelenjar tiroid
c.
Tangan dan kaki
1. Edema pada
jari tangan
2. Kuku jari
pucat
3. Varices
vena
4. Refleks
d. Payudara
1. Ukuran,
simetris
2. puting payudara:
masuk/menonjol
3. keluarnya
kolostrum atau cairan lain
4. retraksi,
dimpling
5. massa
6. nodul
axilla
e.
Abdomen
1. Luka bekas
operasi
2. Tinggi
fundus uteri
3. Letak,
presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika >36 minggu)
4. DJJ
(jika> 18 minggu)
f.
Genital luar
1. Varices
2. Perdarahan
3. Luka
4. Cairan yang
keluar
5. Pengeluaran
dari uretra dan skene
6. Kelenjar
bartholin : bengkak, massa, cairan yang keluar
g. Genital
dalam
1. Serviks :
cairan yang keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup/membuka
2. Vagina : cairan yang keluar, luka, darah
3. Ukuran
adneksa: bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, masssa (pada TW I)
4. Uterus : ukuran, bentuk, posisi, mobilitas,
kelunakan, massa (pada TW I)
3. Pemeriksaan
Panggul
Tanda-tanda menimbulkan perasangka panggul
sempit ialah :
1.
Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.
2.
Pada multipara jika dalam anamnesa, ternyata persalinan-persalinan yang dulu
sukar (riwayat obstetric yang jelek).
3.
Jika terdapat kelainan letak hamil tua.
4.
Jika badan penderita menunjukkan kelainan seperti kyphose, scoliose, kaki
pendek sebelah/pincang, cebol.
5.
Kalau ukuran-ukuran luar sempit.
Jika
ada prasangka panggul sempit baiknya dikonsulkan kepada seorang dokter ahli.
Kita biasanya memeriksa dan mengukur panggul sekali dalam kehamilan ialah
dengan toucher karena ukuran-ukuran dalamlah yang menentukan luasnya jalan
lahir.
a.
Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan, yang diperiksa ialah :
1.
Conjugate diagonalis.
2.
apakah lineainnominata teraba seluruhnya/hanya sebagian.
3.
Keadaan sacrum apakah concaaf dalam arah atas bawah dari kiri k kanan.
4.
Keadaan dinding samping panggul apakah lurus/convergent.
5.
Apakah spinae ischiadicae menonjol
6.
Keadaan os pubis adakah exostose
7.
Keadaan arcus pubis.
b.
Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi:
1. Panggul
sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke
bawah.
2.
Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3.
Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg
s/d 3,9 kg.
c. Ukuran
panggul rata-rata dan terkategori normal:
1. Pintu atas panggul (pelvic
inlet) minimal memiliki diameter 22 cm.
2. Pintu tengah panggul (mid
pelvic) diameter minimalnya adalah 20 cm.
3. Pintu bawah panggul, panjang
diameter normalnya rata-rata minimal 16 cm.
d. Panggul
Luar :
1. Distansia
Spinarum: Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan, normalnya
23-26 cm
2. Distansia
Cristarum: Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri, normalnya
26-30 cm
3. Conjugata
Eksterna: Jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung prosessus spinosus ruas
tulang lumbal ke-V, normalnya 18-20 cm
4. Lingkar
Panggul: Dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara spina iliaca
anterior superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui
tempat-tempat yang sama di pihak yamg lain, normalnya 80-90 cm
e.
Panggul Dalam :
1. Conjugata
Diagonalis
2.
Promontorium, Linea Innominata
3. Spina
Isiadika, Kelengkungan Sakrum, Dinding Samping Pelvis
4. Arkus
Pubis, Mobilitas Tulang Coccygeus
4. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium merupakan
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau
menyingkirkan diagnosis lainnya. Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian
perubahan yang timbul pada penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme
biokimia tubuh (perubahan ini bisa penyebab atau akibat). Pemeriksaan
laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuh dan
jaringan guna membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati
pasien. Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit
(keluhan dan tanda), dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan
penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau
menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan
biakan darah pada demam tifoid, jika positif amat mendukung diagnosis, tapi
bila negatif tak menyingkirkan diagnosis demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan
lain (misalnya pemeriksan WIDAL) menyokong. Dalam diagnosis penyakit
kadang-kadang tidaklah mudah, terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis
penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan
kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak
selalu dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain. Menurut Henry dan
Howanitz, para dokter memilih dan mengevaluasi uji-uji laboratorium dalam
perawatan pasien sekurang-kurangnya satu dari alasan-alasan berikut ini:
1. Untuk menunjang diagnosis klinis
2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu
diagnosis atau penyakit
3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi
atau manajemen
4. Untuk digunakan sebagai panduan
prognosis
5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji
saring)
Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
laboratorium memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:
1. Skrining atau uji saring adanya penyakit
subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan
mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak
ada gejala atau keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk
memastikan penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan penanganan yang
akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja
dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang
dapat menyamarkan gejala klinis
4. Membantu pemantauan pengobatan
5. Menyediakan informasi prognosis atau
perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan
dengan terapi dan pengelolaan pasien.
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu
untuk memantau perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang
dilakukan agar dapat meminimalkan
komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara
berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau
penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan
8. Memberi ketenangan baik pada pasien
maupun klinisi karena tidak didapati penyakit
Berikut ini merupakan beberapa
contoh Pemeriksaan Laboratorium, yaitu :
1. Pemeriksan laboratorium dilakukan
melalui prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari
penderita, yang dapat berupa darah, urine (air kencing), faeces, sputum
(dahak), atau sample dari hasil biopsy.
2. Pemeriksaan Hematologi, dapat berupa:
Panel pemeriksaan demam, untuk mengetahui adanya penyakit infeksi yang dapat
menimbulkan demam.
3. Pemeriksaan fungsi hati dan pertanda
hepatitis, untuk mengetahui adanya radang hati dan adanya gangguan pada fungsi
hati
4. Pemeriksaan fungsi ginjal dan
pemeriksaan kimia darah, untuk faal ginjal
5. Pemeriksaan metabolisme gula, untuk
diagnosis dan follow up kadar gula darah
6. Pemeriksaan metabolisme lemak, untuk
mengetahui kadar lemak darah untuk mendeteksi resiko terhadap kejadian
penyakit.
7. Pemeriksaan elektrolit darah
8. Pemeriksaan Imunoserologi
9. Pemeriksaan Radiologi: meliputi
pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG), computed tomography (CT Scan),
magnetic resonance imaging (MRI), intravenous pyelography (IVP), dan
sebagainya. Dengan berbagai macam pemeriksaan radiologi ini dapat diketahui
adanya anomali organ, massa, peradangan, perdarahan, sampai pada penilaian
fungsi ekskresi dan kerusakan struktur organ.
10. Pemeriksaan urine
11. Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan, pemeriksaan
laboratorium pra-nikah
12. Pemeriksaan feses
13. Pemeriksaan analisa cairan otak
14. Pemeriksaan analisa getah lambung, duodenum, dan cairan empedu
15. Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti analisa sperma, batu
empedu, cairan pleura, batu ginjal, sputum.
Perlu diingat bahwa penentuan diagnosis suatu penyakit
harus dilihat pada penemuan klinis yang didapat, bukan hanya dari pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium hanya sebagai pemeriksaan penunjang
untuk diagnosis suatu penyakit.
5. Pengkajian
Emosional
a.
Trimester Pertama
Selama bulan pertama hingga ketiga, suasana emosi ibu hamil
biasanya gampang sekali berubah. Pergolakan emosi menyebabkan anda sensitif,
mudah menangis, gampang lelah, takut bila terjadi keguguran, lebih merasakan
“sakit” dari pada hamil. Perubahan emosi anda lebih disebabkan adanya aktifitas
hormonal yang meningkat pesat dan sebagai faktor fisik. Misalnya kelelahan,
mual, muntah, morning sickness atau perubahan bentuk tubuh.
b. Trimester
kedua
Pada usia kehamilan ini, emosi anda jauh lebih baik dan tidak
banyak keluhan yang anda rasakan pada trimester sebelumnya. Oleh karena itu,
periode ini bisa disebut periode keemasan. Anda mulai bisa menyesuaikan diri
dengan perubahan hormonal kehamilan. Selain itu, tidak banyak muncul keluhan
keluhan fisik. Inilah yang membuat anda bisa menjalani kehamilan dengan lebih
enak dan tidak sedramatis sebeumnya.
c.
Trimester tiga
Memasuki trimester akhir ini, kondisi perut anda akan semakin
besar dan mengakibatkan anda susah bergerak, cepat lelah, mudah lupa dan
gampang cemas. Emosi kembali sukar untuk dikendalikan, bahkan anda menjadi
lebih sensitif. Tetapi seiring bertambahnya usia kehamilan, anda menjadi lebih
siap mental untuk mempersiapkan persalinan dan kelahiran buah hati yang telah dilahirkan.
Tips Menghadapi Perubahan Emosi:
1. Mengetahui
perubahan emosi yang anda rasakan adalah normal dan bisa membantu
2. Berbagi
pengalaman dan perasaan dengan pasangan serta menjalani komunikasi yang lebih
terbuka
3. Makan
maknan yang bergizi sert berolahraga teratur juga bisa membantu anda untuk
membentuk pola pikir positif tentang kondisi anda
4. Mengikuti
kelas kehamilan bersama dengan pasangan
5. Berbagi
pengalaman dengan orang yang pernah mengalami kondisi serupa dengan anda
6.
Memperbanyak pengetahuan dan informasi tentang kehamilan dari buku, internet,
majalah atau sumber lain.
b. Pengkajian
Fetal
1. Gerakan
Janin
a.
Pengertian
Pola gerakan janin
adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,dimana gerakan janin yang
mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya
10 gerakan perhari dianggap lazim. Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada
usia kehamilan34-36minggu bagi wanita yang berisiko rendah mengalami insufisiensi
utero plasenta. Sedangkan pada wanita yang faktor resikonya telah
diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia kehamilan 28
minggu.Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas
tungkai dan tubuh janin yang menunjukan normalitas.Gerakan janin pada
grimigravida dirasakan pada kehamilan 18minggu, sedangkan pada multigravida
pada kehamilan 16 minggu.
b. Hal yang
mempengaruhi gerakan janin
a.
Kapan
gerakan muncul
b.
Usia
kandungan
c.
Kadar
glukosa
d.
Stimulus
suara
e.
Status
prilaku janin
f.
Penggunaan
obat-obatan dan kebiasaan merokok
g.
Hipoksia
h.
Asidemia
i.
Polihidramnion
j.
Oligohidramnion
c. Cara
menghitung gerakan janin
Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering
melaporkan penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktifitas janin
selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu menaruh perhatian terhadap
hal ini.Anjurkan klien untuk fokus pada aktifitas janin selama periode
waktusatu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi
baik,dan asupan cairan cukup.Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur
grafik dasar,maka dapat menggunakan metode count to ten (menghitung sampai10):
1. Jadwalkan satu
sesi perhitungan perhari
2. Jadwalkan sesi
pada waktu yang sama setiap hari
3. Catat berapa lama
biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali gerakan
4. Setidaknya harus
terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10 jam
Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan
dalam 10 jam maka hubungi bidan. Kelebihan metode ini yaitu: mudah digunakan,
singkat dan mudah diinterpretasi.
2. DJJ
a.
Pengertian
Denyut jantung janin
normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak sedang bersalin, atau
diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120 sampai 160
denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi detik jam dibawah
bantal.
b. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
1. Dengan menggunakan Stetoskop Pinard
a.
Tempat
mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari suara lain.
b.
Ibu
hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu
diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.
c.
Alat
disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.
d.
Mencari
daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan.Setelah daerah ditemukan,
stetoskop pinard di pakai bagian yang berlubang luas ditempatkan ke atas tempat
atau daerah dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang luasnyasempit ditempatkan
pada telinga kita, letakkan tegak lurus.
e.
Kepala
pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung janin. Bila
terdengar suatu detak, maka untuk memastik anapakah yang terdengar itu denyut jantung janin,
detak ini harus disesuai dengan detak nadi ibu. Bila detakkan itu sama dengan
nadi ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi detak aorta abdominalis
dari ibu.
f.
Setelah
nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin maka dihitung
untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinya denyut jantung janin itu.
2. Dengan menggunakan Doppler
a.
Nyalakan
doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan.
b.
Usahakan
jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telah ditentukan. Kegunaan jelly
adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan permukaan sensor.
c.
Tempatkan
sensor pada daerah yang akan didengarkan,kemudian tekan tombol start untuk
mendengarkan denyut jantung janin.
d.
Lakukan
penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol pengatur volume.
e.
Lihat
denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui monitor.
c. Cara menghitung denyut jantung janin
Menghitung denyut
jantung janin (DJJ) yaitu dengan mendengarkan 3x5 detik dikalikan dengan 4. Contohnya :
5 detik
|
5 detik
|
5 detik
|
Kesimpulan
|
11
|
12
|
11
|
- 4 (11 + 12 +11) = 136/menit.
Teratur dan janin baik.
|
10
|
14
|
9
|
- 4 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak teratur
dan janin asphyxia
|
8
|
7
|
8
|
- 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur dan janin asphyxia.
|
3. Non Stress
Test (NST)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ
dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama
aktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination (FAD; FAAD).
Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya
akselerasi yang menyertai gerakan janin.
a.
Tehnik pemeriksaan NST :
1. Pasien
berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini
berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya
hipotensi.
2. Sebelum
pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi
pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap
10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG).
3. Aktivitas
gerakan janin diperhatikan dengan cara:
a.
Menanyakan kepada pasien.
b. Melakukan
palpasi abdomen.
c.
Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).
4. Bila dalam
beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan perangsangan
janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan
memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan
alat khusus untuk keperluan tersebut).
5. Perhatikan
frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).
6. Setiap
terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah
terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
7. Perhatikan
variabilitas DJJ (normal antara 5 – 25 dpm).
8. Lama
pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
b.
Interpretasi NST
1. Reaktif:
a.
Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan
akselerasi sedikitnya 15 dpm.
b. Frekuensi
dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
c.
Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm.
2.
Non-reaktif:
a. Tidak
terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada
gerakan janin.
b. Frekuensi
dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
c.
Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan:
a.
Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang
kurang dari 15 dpm.
b. Frekuensi
dasar djj abnormal.
c.
Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.
Hasil NST
yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1 minggu
kemudian (spesifisitas 95% – 99%).Hasil NST yang non-reaktif disertai dengan
keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya
deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%.Hasil NST yang
meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai
sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi
lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada
kontraindikasi.
4. Amniosentesis
Amniosintesis
adalah metode untuk mendapatkan cairan amnion dengan memasukkan trocar halu dan
kanula yang steril ke dalam cavitas amnii melewati dinding abdomen dan dinding
uterus.Sel-sel fetus dilepaskan kedalam amnion dan dapat dikaji untuk penentuan
jenis kelamin dan kesehatan fetus.Untuk alasan yang sudah jelas, maka letak
plasenta harus ditetapkan sebelum amniosentesis. Kajian-kajian berikutnya akan
dilakukan pada specimen cairan yang di aspirasi antara umur kehamilan 14 sampai
18 minggu. Hasil analisis biasanya baru diperoleh setelah paling cepat 3
minggu.Dan uji dagnostik yang lebih baru telah dirancang untuk menghindari
hasil yang terlalu lama ini.
c.
Menentukan Diagnosa
1. Menetapkan
Normalitas Kehamilan
adalah kehamilan dimana ibu dalam keadaan sehat, tidak ada
riwayat obstetrik buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan serta hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira‑kira 280
hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40
minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas
(kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda
mempunyai prognosis buruk.
2. Membedakan
Antara Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Kemungkinan Komplikasi
Tidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan
yang disebutkan dibawah ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang
mengalami ketidaknyamanan tersebut.
a. Rasa
letih
Rasa letih sering
terjadi selama trimester pertama tanpa diketahui penyebabnya. Salah satu
sangkaan yang diajukan ialah penurunan awal dalam laju metabolik dasar pada
awal-awal kehamilan, tetapi mengapa hal itu terjadi tidaklah jelas. Untunglah
hal ini hanya merupakan ketidaknyamanan yang terbatas, biasanya akan lenyap
pada akhir trimester pertama. Namun, hal tersebut bisa mempunyai efek
meningkatkan intensitas respon psikologis yang dialami wanita selama masa
tersebut.
b.
Punggung Atas Sakit (bukan karena penyakit)
Sakit punggung bagian
atas bisa terjadi selama trimester pertama oleh karena pertambahan ukuran dan
akibat beratnya payudara, yang juga merupakan pertanda presumtif kehamilan.
c. Kram
Kaki
Alasan-alasan
fisiologis dari kram di kaki ini tidaklah jelas diketahui. Selama sekian tahun,
kram di kaki dianggap disebabkan oleh kurangnya atau terganggunya konsumsi
kalsium atau ketidakseimbangan dalam perbandingan kalsium-fosfor didalam tubuh,
tetapi semua penyebab ini sekarang tidak lagi dinyatakan demikian dalam
literatur-literatur saat ini.
Satu aliran lain
menganggap bahwa uterus yang membesar memberikan tekanan pada pembuluh-pembuluh
darah panggul, dan dengan demikian mempengaruhi sirkulasi, atau pada syaraf
saat mereka meresap melalui foramen obturator dalam perjalanannya ke tungkai
bagian bawah.
d. Edema Tungkai
Edema (penimbunan
cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena yang terganggu serta
tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan
sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada
pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau
berdiri serta pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring
menggeletak.
e. Varikositas/varises
Edema (penimbunan
cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena yang terganggu serta
tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan
sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada
pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau
berdiri serta pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring
menggeletak.
3.
Mengidentifikasi Tanda dan Gejala Penyimpangan dari Keadaan Normal
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya
penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Berikut ini merupakan tanda dan gejala bahaya yang menyimpang dari
keadaan normal atau mengarah pada komplikasi, yaitu:
1. Perdarahan
pervaginam
2. Sakit
kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang
3. Perubahan
visual secara tiba-tiba (mata berkunang-kunang)
4.
Pembengkakan pada wajah dan tangan
5. Sakit
abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat
6. Pergerakan
bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada pergerakan
4.
Mengidentifikasi Kemungkinan Kebutuhan Belajar
Pada setiap
kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali
tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segara
jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Dari beberapa pengalaman, akan
lebih baik memberikan pendidikan kepada ibu dan anggota keluarga khususnya
pembuat keputusan utama, sehingga si ibu akan didampingi untuk mendapatkan
asuhan. Enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal adalah:
a.
Perdarahan vagina
b. Sakit
kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang
c.
Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
d. Nyeri
abdomen yang hebat
e.
Bengkak pada muka atau tangan
f. Bayi
kurang bergerak seperti biasa
d.
Mengembangkan Perencanaan Asuhan yang Komprehensif
1. Menetapkan
Kebutuhan Test Laboratorium
Tujuan test laboratorium adalah untuk mendeteksi
komplikasi-komplikasi dalam kehamilan. Macam test laboratorium dalam asuhan
kehamilan yang merupakan kompetensi bidan adalah:
a. Tes
hemoglobin darah (Hb)
Tujuan: untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan untuk
mendeteksi anemia gravidarum.
b. Tes urin
protein
Tujuan: untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan untuk
mendeteksi pre eklamsia dalam kehamilan.
c. Tes
glukosa urin
Tujuan: untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan untuk
mendeteksi diabetes mellitus gravidarum
2. Menetapkan
Kebutuhan Belajar
Penuntun
belajar digunakan untuk melatih keterampilan dalam pencapaianelemen-elemen
kompetensi oleh mahasiswa secara individual.Mulai dari latihandi laboratorium
keterampilan sampai saat melaksanakan praktik klinik kebidanan.Bimbingan
keterampilan untuk mencapai kompetensi di laboratoriumketerampilan asuhan
kebidanan baru bisa dilaksanakan atau diikuti oleh seorangmahasiswa bila
mahasiswa tersebut telah mengikuti perkuliahan seluruh materikuliah asuhan
kehamilan (mata kuliah asuhan ibu I). Dalam perkuliahan tersebutmahasiswa
mendapat teori tentang teori tentang fisiologi kehamilan, pertumbuhankehamilan
dari bulan ke bulan, kebutuhan fisik dan psikologis ibu selamakehamilan,
perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil, perubahan fisik dan psikologis
ibu dalam masa kehamilan, teori tentang pendekatan dalam asuhankehamilan
(Manajemen Varney) dan dokumentasi asuhan kehamilan. Dalam perkuliahan juga
dilakukan demonstrasi dan simulasi keterampilan yangmendukung kompetensi yang
akan dilatih atau dipelajari.
3. Menetapkan
Kebutuhan untuk Komplikasi Ringan
Pengobatan yang diberikan oleh bidan pada
dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak
lanjut pengobatan sesuai advis dokter. Pemberian obat yang bersifat sementara
pada penyakit ringan diperbolehkan, sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang
sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter. Bidan diperkenankan
menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat dan sesuai
dengan protap. Berdasarkan Permenkes HK 02.02/149/ 2010 dalam beberapa kasus, bidan
dalam menghadapi ketidaknyamanan dalam kehamilan yang masih dalam batasan
fisiologis diperbolehkan memberikan pengobatan dengan obat-obat bebas, seperti vitamin, paracetamol dan asam mefenamat.
Pemberian asam folat sangat diperlukan pada kehamilan trimester 1 ini.
Pemberian tablet Fe diperlukan, namun bila ibu merasa mual, sebaiknya diundur
hingga mualnya hilang. Dalam menetapkan kebutuhan untuk pengobatan
komplikasi ringan dalam kehamilan harus berdasarkan Kep Menkes No 900 tahun
2002 tentang registrasi dan kewenangan praktik bidan dan standar pelayanan
kebidanan (SPK). Di antaranya yaitu penanganan abortus iminens, pre eklamsia,
Hyperemesis gravidarum dan anemia dalam kehamilan.
4. Menetapkan
Kebutuhan Konsultasi atau Rujukan pada Tenaga Profesional lainnya
Pelayanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan
tanggung jawab pelayanan oleh bidan kepada sistem pelayanan yang lebih tinggi
atau lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab pelayanan atau
menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan atau tanggung
jawab dokter. Dalam situasi dimana rujukan yang di lakukan oleh bidan kepada
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam pengalihan tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada dokter.
1.
Tujuan rujukan
a.
Agar setiap klien mendapat perawatan dan pertolongan yang lebih baik
b.
Menjalin kerjasama dengan cara merujuk klien atau mendapatkan perlengkapan
laboratorium yang memiliki fasilitas lebih lengkap upaya mendapatkan hasil test
laboratorium yang lebih meyakinkan.
2.
Hal-hal yang dapat dirujuk
a.
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi antar dokter
b.
Rujukan atas kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan nifas
c.
Merujuk klien yang sedang menghadapi kasus atau masalah reproduksi, seperti
kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
3.
Hasil informasi dari kegiatan rujukan
a.
Membahas secara lengkap data-data medis klien yang telah dikirim dan advis
rehabilitas kepada unit yang mengirim
b.
Menjalin kerjasama sistem pelaporan tentang data-data medis pada umumnya dan
data-data parameter pelayanan kebidanan khususnya mengenai kematian maternal
dan periental
5. Menetapkan
Kebutuhan untuk Konseling Spesifik atau Anticipatory Guidence
Konseling asuhan kehamilan merupakan suatu proses
pemberian bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap
muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang
dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Panduan antisipasi (anticipatory guidance) selama
periode antepartum sangat berhubungan dengan ketidaknyamanan yang umum
dirasakan selama kehamilan dan cara penangannannya, persiapan menjadi orang
tua, tanda bahaya, perubahan – perubahan secara fisik dan psikologis, serta
pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa informasi wajib diketahui, namun
tidak semua informasi harus diberikan sekaligus, sesuaikan dengan kebutuhan ibu
dan tanyakan kepada ibu hal – hal yang ingin ia ketahui. Joyce Roberts
menyarankan untuk menggunakan urutan prioritas sebagai berikut :
a. Informasi merupakan tanggapan dari pertanyaan tertentu
yang diberikan oleh ibu
b. Informasi penting yang wajib diketahui karena
berhubungan dengan keamanan diri dan bayinya
c. Panduan antisipasi
yang akan memfasilitasi upaya wanita untuk mrnghadapi kehamilannya
d. Informasi tambahan
yang berhubungan dengan perkembangan kehamilan, kebijakan institusi yang dapat
membantu tetapi tidak berkaitan dengan wanita itu sendiri
Dalam
menetapkan kebutuhan untuk konseling spesifik, harus di sesuaikan dengan
permasalahan yang dihadapi oleh ibu hamil berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang yang telah di lakukan oleh bidan. Beberapa
kebutuhan konseling yang perlu diberikan pada setiap ibu hamil pada kunjungan
awal adalah pendidikan kesehatan tentang:
a. Tanda
bahaya dalam kehamilan
b. Gizi pada
ibu hamil
c.
Persiapan persalinan
d. Imunisasi
TT
e.
Olahraga
f.
Istirahat
g. Kebersihan
h. Pemberian
ASI
i.
Aktifitas seksual
j.
Kegiatan sehari-hari dan pekerjaan
k. Obat-obatan
dan merokok
l.
Body mekanik
m. Pakaian dan sepatu
6. Menetapkan
Kebutuhan Konseling HIV/PMS
Konseling adalah kebutuhan proses komunikasi dengan
pembahasan masalah-masalah antara individu dengan konselor (orang yang sudah
mengikuti pembelajaran untuk mengatasi masalah PMS). Untuk menetapkan
kebutuhan konseling HIV/PMS hanya diberikan pada ibu hamil dengan riwayat
maupun resiko HIV/PMS.
AIDS adalah Penyakit Menular Seksual yang paling sering
didengar yang disebabkan oleh HIV (Human Imunodeficiency Virus), virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imun) tubuh, sehingga tubuh
menjadi lemah dalam melawan infeksi dengan kata lain kehadiran virus ini dalam
tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Selama ini
ketakutan orang tentang AIDS sangat besar karena sejauh ini belum dapat
disembuhkan oleh obat-obatan yang dapat membantu perawatan mereka tetapi
obat-obatan yang ada pada saat ini belum bisa menyembuhkan hanya dapat
menghambat kerja virus. Di Indonesia bayi maupun orang dewasa banyak yang sudah
mengidap penyakit AIDS karena itu kita harus waspada terhadap bahaya penularan
AIDS. Catatan khusus tentang HIV/AIDS:
1. Kita tidak bisa melihat apakah seseorang
terkena HIV/ AIDS hanya berdasarkan penampilannya.
2. AIDS tidak dapat dicegah dengan
obat-obatan, suntikan atau jamu-jamuan.
3. AIDS belum dapat disembuhkan dan dapat
berakibat kematian.
4. AIDS dapat menular dengan cara yang sama
dengan PMS yang lainnya.
5. Penampakan AIDS sama seperti penyakit yang
mengenai orang biasa, seperti TBC, Tumor, Radang paru, Infeksi saluran
pencernaan dll.
6. AIDS dapat dicegah dengan cara hanya
berhubungan seks dengan seorang pasangan yang juga hanya berhubungan seksual
dengan kita, atau dengan menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
7. Menetapkan
Jadwal Kunjungan Sesuai dengan Perkembangan Kehamilan
a.
Menurut WHO
Kunjungan
|
Waktu
|
Informasi penting
|
Trimester
pertama
|
Sebelum
minggu ke 16 (pada akhir bulan ke empat)
|
1.
Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
2.
Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa
3.
Mencegah masalah seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4.
Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5.
Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat, dsb)
|
Trimester
kedua
|
24-28
minggu (bulan ke-6 – 7)
|
Sama
seperti diatas, ditambah dengan kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi
(tanyakan ibu mengenai gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, kaji adanya
edema dan lakukan pemeriksaan urine)
|
Trimester
ketiga
|
32
minggu (bulan ke-8)
|
Sama
seperti diatas ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan
ganda
|
Trimester
ketiga
|
36
minggu (bulan ke-9)
|
Sama
seperti diatas, ditambah dengan deteksi adanya kelainan letak atau kondisi
lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit
|
b. Jadwal
kunjungan menurut Departemen Kesehatan
a.
Trimester I kehamilan : 1 kali kunjungan
b.
Trimester II kehamilan : 1 kali kunjungan
c.
Trimester III kehamilan : 2 kali kunjungan
c.
Jadwal kunjungan ulang sebaiknya
a.
Sampai dengan 28 minggu usia kehamilan, setiap 4 minggu
b.
Antara 28-36 minggu usia kehamilan, setiap 2 minggu
c. Antara 36 minggu sampai kelahiran, setiap
minggu
d. Menurut
NICE Antenatal Guideline tahun 2008
Jadwal kunjungan antenatal dapat disesuaikan dengan keadaan ibu, bagi
wanita nulipara dengan kehamilan normal 10 kali pertemuan dianggap sudah cukup
adekuat, bagi wanita multipara normal 7 kali pertemuan dianggap adekuat. Jadwal
kunjungan yang dianjurkan adalah :
1. Kunjungan ke-1/Booking
apointment : idealnya pada usia kehamilan 10 minggu
2. Kunjungan ke-2 :
pada usia kehamilan 16 minggu
3. Kunjungan ke-3 :
pada usia kehamulan 18 – 20 minggu
4. Kunjungan ke-4 :
usia kehamilan 25 minggu (pada wanita nulipara)
5. Kunjungan ke-5 :
usia kehamilan 28 minggu
6. Kunjungan ke-6 :
usia kehamilan 31 minggu (pada wanita nulipara)
7. Kunjungan ke-7 :
usia kehamilan 34 minggu
8. Kunjungan ke-8 :
usia kehamilan 38 minggu
9. Kunjungan ke-9 : usia kehamilan 40 minggu
10. Kunjungan ke-10 : usia
kehamilan 41 minggu
e.
Mengevaluasi Penemuan Masalah yang Terjadi, Aspek-aspek yang Menonjol pada
Wanita Hamil
e. Aspek menonjol pada
wanita hamil
1.
Amenorea (= tidak dapat haid). Gejala
ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting
diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya
kehamilan. dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
2.
Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek
terjadi umumnya pada bulan‑bulan pertama kehamilan, disertai kadang‑kadang oleh
emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness. Dalam
batas‑batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering, dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.
3.
Mengidam (mengingini makanan atau
minuman tertentu). Mengidam sering terjadi pada bulan‑bulan pertama akan
tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4.
Pingsan. Sering dijumpai bila
berada pada tempat‑tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat‑tempat
ramai pada bulan‑bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5.
Mammae menjadi tegang dan membesar. Keadaan
ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli
dan alveoli di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
6.
Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Pada
bulan‑bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makin timbul
lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk "dua
orang", sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
7.
Sering kencing terjadi karena
kandung kencing pada bulan‑bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang olch karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala
bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kemball
kandung kencing.
8.
Obstipasi terjadi karena tonus
otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
9.
Pigmentasi kulit terjadi pada
kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadang‑kadang tampak
deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Areolae
mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebih.
Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba di garis tengah
abdomen menjadi lebih hitam (= linea grisea). Pigmentasi ini terjadi karena
pengaruh darl hormon kortiko‑steroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.
10.
Epulis adalah suatu hipertrofi
papilla ginggiva . Sering terjadi pada triwulan pertama.
11.
Varises. Sering dijumpai pada
triwulan terakhlr. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki
dan betis. Pada multigravida kadang‑kadang varises ditemukan pada kehamilan
yang terdahulu, timbul kemball pada triwulan pertam2. Kadang‑kadang timbulnya
vanises merupakan gejala pertama kehamilan mucla.
f. Contoh masalah:
Deskripsi konstipasi
Konstipasi
adalah gangguan rasa nyaman yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan,
ini merupakan msalah nutrisi yang umum terjadi pada kehamilan Konstipasi cenderung terjadi pada kehamilan
akibat tekanan pada peristaltik usus dari uterus yang terus membesar, pengaruh
hormon relaksin plasenta, dan kemungkinan akibat menngkatnya kadar progesteron.
Konstipasi menyebabkan rasa begah dan penuh serta hilang nafsu makan.
g. Temuan Pengkajian
Konstipasi
1. Adanya
rasa begah dan penuh pada abdomen
2. Hilang nafsu makan
3. Perubahan pola eliminasi usus
h. Implikasi Keperawatan Konstipasi
1. Kaji nutrisi
klien dan pola eliminasi yang mungkin menjadi faktor penyebab
2. Anjurkan klien
untuk mengosongkan ususnya secara teratur
3. Anjurkan pada
klien untuk meningkatkan kandungan serat dalam makanan dengan mengkonsumsi buah
dan sayuran dan minum air dalam jumlah lebih dari biasanya setiap hari
4. Jika klien
mengkonsumsi suplemen besi oral, daripada melarang klien mengkonsumsi suplemen
tersebut yang berguna untuk menambah simpanan besi, lebih baik kita membantu
klien untuk konstipasi melalui cara lain
5. Ingatkan klien
untuk tidak mengkonsumsi obat umum untuk mencegah konstipasi, terutama minyak
mineral yang akan mengganggu absorpsi vitamin larut lemak yang diperlukan bagi
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu
6. Beri tahu
klien untuk menghindari enema karena tindakan ini dapat mencetuskan persalinan
7. Anjurkan klien
untuk menghindari obat-obatan yang dijual bebas selama kehamilan kecuali
diresepkan oleh dokter
8. Berikan
pelunak feses, laksatif ringan dan supositora sesuai instruksi
9. Nasehatkan
klien untuk menghindari makanan pembentuk gas, seperti kubis atau buncis,
sehingga flatus dapat dikontrol
f.
Anamnesa Kunjungan Awal
a.
Tahap preinteraksi
1. Menyambut klien
dengan ramah
2. Perawat mengenalkan diri
3. Mempersilakan klien duduk dan komunikatif
4. Perawat tanggap terhadap reaksi klien
5. Perawat sabar terhadap reaksi klien
b.
Tahap interaksi
1.
Mengkaji riwayat kehamilan sekarang
2.
Riwayat haid
a. HPHT
b. Gerakan janin dirasakan kapan
c. Tanda-tanda bahaya atau penyulit yang
dialami
d. Keluhan utama
e. Obat yang dikonsumsi/termasu jamu
f. Kekhawatiran khusus
3. Mengkaji riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu
a. Jumlah kehamilan
b. Jumlah anak yang lahir hidup
c. Jumlah kelahiran prematur
d. Jumlah keguguran
e. Riwayat persalinan dengan tindakan
(SC/Forcep/Vacum)
f. Riwayat perdarahan pada persalinan atau
pasca persalinan
4. Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita
Semarang dan lalu
a. Penyakit jantung
b. Hipertensi
c. Malaria
d. Penyakit kelamin
e. Diabetes
f. Lain-lain
5. Menanyakan riwayat perkawinan
6. Menanyakan respon klien dan keluarga terhadap
kehamilannya
7. Menanyakan riwayat KB
8. Menanyakan pola nutrisi dan eliminasi
9. Menanyakan pola aktifitas dan istirahat
10.
Menanyakan kebiasaan merokok, minuman keras, konsumsi obat
terlarang
11.
Dokumentasi
c.
Penampilan
1. Perawat menanyakan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang muda dimengerti
3. Memberikan perhatian pada setiap jawaban
4. Penuh percaya diri dan tidak ragu-ragu
g. Praktik
Pemeriksaan
1. Fisik dan
Leopold
e.
Pemeriksaan Fisik
f.
Kepala, muka dan leher
Lihatlah wajah atau muka pasien, adakah cloasma gravidarum,
pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah
periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia,
sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut.
g. Mulut
klien, perhatikan: pucat pada bibir, pecah-pecah, gigi berlubang, dan bau
mulut.
h. Dada dan
payudara
Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan
payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah
apakah payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau
bahkan masuk.
i.
Abdomen
Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada
perut ibu. Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak
dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri
dan denyut jantung janin.
j.
Pemeriksaan punggung dibagian ginjal
Tepuk punggung di
bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri,
mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.
k. Genetalia
Terdapat juga
tanda-tanda kehamilan pada genitalia yaitu sebagai berikut:
a.
Tanda “Chadwick” adalah warna ungu/biru pd vulva & vagina.
b.
Tanda “Goodell” adalah melemahnya serviks.
c.
Tanda “Hegar” adalah melemahnya isthmus uteri ( segmen bwh rahim ).
l.
Panggul
Cara pemeriksaan panggul yaitu dengan:
a.
Inspeksi, dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan
panggul.
b.
Palpasi, klien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul atau
tidak bila pada primigravida pada kehamilan 36 minggu atau lebih kepala belum
masuk pintu atas panggul (PAP).
c.
Perasat Osborn positif
d.
Pemeriksaan dengan menggunakan pengukuran ukuran panggul luar.
e.
Ekstremitas, periksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan pretibia dan
mata kaki, dengan cara menekan jari beberapa titik.
f.
Pemeriksaan lutut (patella), minta ibu duduk dengan tungkai tergantung bebas.
Jelaskan apa yang hendak dilakukan. Raba tendon dibawah lutut. Dengan
menggunakan hammer ketuklah tendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon ditekuk. Bila reflek lutut (-) kemungkinan klien
kekurangan B1. Bila gerakan berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkna
preeklamsia.
f.
Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan Leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan
setelah pembesaran uterus yang dapat membedakan bagian melalui palpasi.
a.
Leopold I
digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus uteri.
b. Leopold II
digunakan untuk menentukan letak punggung janin dan letak
bagian kecil pada janin.
c. Leopold
III
digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat dibagian
bawah dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum masuk PAP.
d. Leopold IV
digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut kedalam rongga panggul.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium merupakan pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis
lainnya. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan
kemungkinan penyakit yang menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah
pada demam tifoid, jika positif amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak
menyingkirkan diagnosis demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain
(misalnya pemeriksan WIDAL) menyokong. Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang
tidaklah mudah, terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya
masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan
yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak selalu dapat
menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain.
3. HB Sahli
Alat
cek hemoglobin HB Sahli Haemometer Superior atau haemoglobinometer adalah intstrumen
laboratorium untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah berdasarkan sastuan
warna (colorimetric). Metode yang digunakan adalah membandingkan warna sample
darah dengan warna merah standar. Warna sample darah didapatkan pada pemisahan
globin dari hemoglobin dengan penambahan HCL (asam klorida) untuk menghasilkan
asam hematin yang warnanya diukur oleh colorimetry. Pemeriksaan Hb adalah salah
satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
4. Urine
Reduksi
Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan
suami. Bila hasil pemeriksaan urin reduksi positif perlu di ikuti pemeriksaan
gula darah untuk memastikan adanya DMG. DMG pada ibu hamil dapat mengakibatkan
adanya penyakit berupa preeklampsi, polihidramnion,bayi besar (Saefudin, 2000).
5. Protein
Urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam
urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2 – 3 % di tujukan
pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki odema. pemeriksaan
urin protein ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.
B.
Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang
dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.
a.
Mengevaluasi Data Dasar
Data
dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuam klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Bidan mengevaluasi data dasar yang
dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan pertama, evaluasi
tersebut dapat dicermati pada table berikut ini:
Data Dasar
|
Pertimbangan untuk
|
Amenore
|
Diagnosis kehamilan
|
Tanggal menstruasi terakhir
|
Diagnosis kehamilan
|
Keluhan yang disampaikan pasien
|
Pemberian konseling
|
Hasil pemeriksaan fisik:
|
Diagnosis kehamilan
|
b.
Mengevaluasi Keefektifan Manajemen atau Asuhan
Tafsiran dari hasil
tindakan yang telah di ambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan
yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penelitian
ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai
tujuan.
1. Pengertian
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian
pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu
proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan
efisien.
2. Standar 7 langkah Varney, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data
dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c.
Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan
penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter
dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,
sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan
klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah
sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah II : Merumuskan
masalah/masalah kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Langkah III : Mengantisipasi
diagnosa/masalah kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini
bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi.
Langkah IV : Menetapkan
kebutuhan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan
dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu
maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
Langkah V : Merencanakan
asuhan secara menyaluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan
terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang
efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada
klien dan situasi klinik
c.
Pengkajian Data Fokus
Pengkajian adalah
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan, oleh karena itu pengkajian harus yang
akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan pada klien.
1. Riwayat
untuk Deteksi Komplikasi dan Ketidaknyamanan
a.
Riwayat
1. Menanyakan
bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan terakhirnya
2. Menanyakan
apakah pasien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan
terakhir
3. Gerakan
janin dalam 24 jam terakhir
b. Deteksi
ketidaknyamanan
1. Menanyakan
keluhan - keluhan yang biasa dialami oleh ibu hamil
2. Menanyakan
kemungkinan tanda - tanda bahaya yang dialami oleh ibu
2. Pemeriksaan
Fisik
Pada tiap kunjungan ulang antenatal pemeriksaan fisik berikut
dilakukan untuk mendeteksi tiap tanda-tanda keluhan ibu dan evaluasi pada janin
:
a. Janin
:
1. Denyut
jantung janin. Normal DJJ 120-160 kali per menit. Apabila kurang dari 120 x
atau menitdisebut bradikardi, sedang lebih dari 160 x per menit disebut
tathicardi.
2. Ukuran
janin
3. Dengan cara
Mc. Donald untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian dilakukan
penghitungan tafsiran berat janin dengan rumus( TFU dalam cm ) – n x 155 =
gram. Bila kepala diatas atau pada ishiadica maka n = 12. Bila kepala dibawah
spina ishiadica maka n = 11
4. Letak dan
presentasi
Letak dan presentasi dapat diketahui dengan menggunakan
palpasi. Salah satu cara palpasi yang sering digunakan adalah menurut Leopold.
a.
Leopold I : Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada
bagian fundus
b. Leopold II
: Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang dan bagian janin yang
teraba disebelah kiri atau kanan
c.
Leopold III : Untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah (presentasi)
d.
Leopold IV : Untuk menentukan apakah
bagian bawah janin sudah masuk panggul
b. Aktivitas/
gerakan janin
Dikenal adanya gerakan 10, yang artinya dalam waktu 12 jam
normal gerakan janin minimal 10 kali.
c. Ibu
1. Tekanan
darah
2. Berat badan
3. Tanda-tanda
bahaya
4. Tinggi
Fundus Uteri
5. Umur
kehamilan
6. Pemeriksaan
vagina
3. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium awal pada wanita dengan risiko ringan meliputi tes darah berikut :
golongan darah dan factor rhesus (Rh), skrining antibody, hitung darah lengkap
atau hematokrit, rapid plasma regain (RPR), atau
tes lain untuk mendeteksi sifilis, titer rubella, HBSAg, dan HIV. Banyak
klinisi juga melakukan kultur urine. Seiring kemajuan kehamilan, tes tambahan,
seperti skrining tripel serum maternal, juga diperlukan.
Laboratorium dan pemeriksaan terkait merupakan komponen
penting. Semua uji dan pemeriksaan dilakukan sebagai bagian sekrining rutin
yang bervariasi usia klien, status resikonya ( misalnya bila jika ia terpejan
penyakit menular seksual tuberkulosis ), dan apakah ia sedang hamil. Pada
tingkat minimal, untuk semua usia dan tanpa memindahkan status kehamilan klien,
suatu pengkajian harus dilakukan untuk manskrining inveksi vagina atau penyakit
menular seksual. Selain itu juga perlu dilakukan uji laboratorium dan
pemeriksaan terkait berikut :
1.
Hemoglobin atau hematokrit
2.
Kolestrol total
3.
Urinalisis
4.
Pap smear
Wanita yang berusia lebih tua juga harus
menjalani uji laboratorium dan penelitian terkait:
1.
Darah samar
2.
Mammografi
3.
Trigliserida dan profil lipid selain kolestrol plasma.
4.
Penelitian kelenjar tiroid
5.
Proktosigmoidoskopi (setiap 3-5 tahun)
d.
Mengembangkan Rencana Sesuai dengan Kebutuhan dan Perkembangan Kehamilan
1.
Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang
dialaminya.
2.
Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang
materi pendidikan kesehatan pada ibu.
3.
Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran
dan jika terjadi kegawat daruratan.
4.
Ajari ibu untuk mengenal tanda - tanda bahaya,
pastikan untuk memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya.
5.
Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kunjungan awal adalah suatu
kunjungan yang dilakukan pertama kali ibu hamil dari awal kehamilan hingga
minggu ke-36. Sedangkan kunjungan ulang yaitu setiap kali kunjungan antenatal
yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai persalinan.
B.
SARAN
Sebaiknya ibu hamil rajin
memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi dini jika terjadi komplikasi pada
kehamilannya, sehingga keselamatannya dan janinnya tidak terancam.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiyati, Yuni. 2010. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya.
Mufdalifah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Mochtar, Rustam. 2001. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Pantrikawati, Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).
Yogyakarta: Nuha Medika.
0 Response to "Makalah Askep Kehamilan Kunjungan Awal Dan Ulang"
Posting Komentar