Makalah Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan BBL Dan Anak Praskolah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia
makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek adalah sesuatu yang mendasar
atau mengikat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sosial atau socius
yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Sehingga sosial mengandung
makna bahwa setiap anggotanya memiliki kepentingan dan perhatian yang sama
dalam mencapai tujuan bersama.
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar
berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena
aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Aspek sosial budaya ini berkaitan dengan bayi baru
lahir dana anak prasekolah yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya
dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
A.
Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak
prasekolah?
C.
Bagaimana solusi pendekatan melalui Agama?
D.
Bagaimana solusi pendekatan melalui kesenian tradisional?
E.
Bagaimana solusi pendekatan melalui paguyuban?
F.
Bagaimana solusi pendekatan melalui pesantren?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul
“Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi Baru Lahir dan Anak Prasekolah” yaitu:
A.
Mengetahui sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak
prasekolah
B.
Mengetahui solusi pendekatan melalui agama
C.
Mengetahui solusi pendekatan melalui kesenian tradisional
D.
Mengetahui solusi pendekatan melalui paguyuban
E.
Mengetahui solusi pendekatan melalui pesantren
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Sosial Budaya Bayi Baru Lahir dan Anak Prasekolah
Aspek
sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan pada bayi baru lahir
dan anak prasekolah ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir
dan anak prasekolah.
Mitos-mitos
yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan
dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal adalah bayi
baru lahir dari kehamilan yang normal. Mitos dan fakta yang berkembang sekitar
perawatan bayi baru lahir, yaitu sebagai berikut:
1. Mitos: Bayi baru lahir perlu
dipijat setiap hari
Fakta:
Pemijatan hanya berguna jika dilakukan dengan benar dan tepat. Sebaiknya yang
melakukan pijat adalah ibu si bayi sendiri. Tentu saja setelah mempelajari
teknik memijat bayi dengan baik. Perlu diperhatikan kondisi si kecil, apakah ia
sedang dalam keadaan nyaman dan sehat untuk dipijat. Selain itu perlu juga
diperhatikan bahan-bahan atau minyak yang digunakan untuk memijat dapat membuat
bayi alergi.
2. Mitos: membedong bayi dapat
memperkuat kaki atau membuat struktur kaki bayi menjadi lurus
Yang
sebenarnya adalah sentuhan kulit ke kulit membuat bayi baru lahir, terutama
bayi premature, lebih baik perkembangannya. Walaupun begitu, tidak diperlukan
untuk memijatnya setiap hari. Yang perlu dilakukan adalah perbanyak sentuhan
dan berkomunikasi dengan si kecil agar ia merasa nyaman dan aman.
3. Mitos: makanan dan minuman yang
manis membuat gigi berlubang
Fakta:
Bahwa gigi menjadi berlubang diakibatkan tiga hal, yaitu kuman, suasana asam
dan keduanya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila makanan yang
mengandung gula menetap pada sela gigi, kuman akan mengubahnya menjadi asam.
Kondisi asam disertai bakteri yang juga menjadi aktif pada suasana asam, adalah
penyebab utama dari gigi berlubang. Diawali dengan kerusakan pada lapisan email
gigi, jika dibiarkan lama kelamaan gigi menjadi berlubang. Hal-hal yang dapat
menyebabkan gigi berlubang antara lain adalah kebiasaan mengemut atau minum
susu dengan botol sampai tertidur. Makanan manis tidak secara langsung
menyebabkan gigi berlubang, tapi memudahkan pertumbuhan kuman penyebab
kerusakan gigi jika tidak rajin membersihkan gigi dan mulut.
4. Mitos: Jika anak rewel saat
diberi ASI artinya ASI sedikit dan harus diganti susu botol
Fakta:
ASI diproduksi sesuai dengan hisapan si bayi, jadi banyak sedikitnya ASI
ditentukan oleh bayi sendiri. Bayi yang banyak minum ASI akan membuat produksi
ASI meningkat. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah ASI sedikit.Bahwa kondisi
tertentu mungkin dapat mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu menyusui
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress atau tidak tenang saat menyusui,
sedang sakit dan sebagainya. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak nyaman
saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung masuk
ke dalam, ASI yang memancar terlalu kencang atau ia sedang tidak lapar, sedang
tidak enak badan dan sebagainya.
5. Mitos: Air susu ibu (ASI) sebagai
makanan yang komplit sampai usia si kecil satu tahun
Fakta:
ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi sampai sia berusia 6 bulan. Namun
semakin bertambahnya usia bayi, ASI tidaklah mengandung cukup kalori dan kurang
mengenyangkan seiring dengan makin aktifnya si kecil. Ada beberapa zat tambahan
yang dibutuhkan anak, misalnya zat besi dan vitamin C yang banyak didapat dari
sumber makanan. Jadi, anak tetap memerlukan makanan tambahan untuk kebutuhan
gizinya juga untuk menghindari resiko anemia.
1. Mitos:
Baby Walker membantu anak berlatih berjalan
Fakta: Justru sebaliknya, baby walker dapat menghambat
perkembangan motorik anak. Anak tanpa baby walker dapat lebih bebas bergerak,
berguling, duduk dan berdiri serta bermain di lantai yang merupakan dasar untuk
belajar berjalan. Penelitian pada saudara kembar menunjukan kembar yang
menggunakan baby walker mengalami gangguan motorik berjalan ketimbang
saudaranya. Baby walker tidak lagi disarankan karena menjadi penyebab utama
kecelakaan pada bayi usia 5-15 bulan.
2. Mitos:
Gurita mencegah perut buncit
Faktanya pemakaian gurita pada bayi—terutama bayi perempuan,
sama sekali tidak ada hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut anak Anda
tidak melar ketika ia dewasa. Ketika dilahirkan, semua bayi memang memiliki
perut yang ukurannya lebih besar daripada dada. Seiring pertambahan usia, perut
bayi akan kelihatan mengecil dengan sendirinya. Pemakaian gurita malah
sebaiknya dihindari karena membuat bayi Anda susah bernapas. Pasalnya, pada
awal kehidupan, bayi bernapas dengan menggunakan pernapasan perut sebelum ia
belajar menggunakan pernapasan dada. Pemakaian gurita yang menekan perut bisa
membatasi jumlah udara yang dihirupnya. Mitos ini tak benar, karena organ dalam
tubuh malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemas, volume
organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang
ada karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh
sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita maka ruangan
untuk pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan
gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan sehingga jantung dan
paru-paru bias berkembang. Bila gurita digunakan agar tali pusar bayi tidak
bodong, sebaiknya pakaikan hanya disekitar pusar dan ikatannya longgar. Jangan
sampai dada dan perut tercekik sehingga jantung tidak bias berkembang dengan
baik karena gurita yang terlalu kencang.
3. Mitos:
Pusar ditempel uang logam supaya tidak bodong
Faktanya pusar menonjol atau sering diistilahkan bodong pada
bayi adalah kondisi yang wajar. Sebab, otot dinding perut pada bayi masih lemah
sehingga bisa mempengaruhi bentuk pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding
perut, bentuk pusar juga akan mengalami perubahan. Pusar bayi bisa menonjol
akibat terlalu banyak menangis atau ‘ngulet’. Kondisi ini sering dialami bayi yang
alergi susu sapi atau formula. Atau, pada bayi ASI yang sensitif serta memiliki
bakat alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya. Misal, makanan laut,
cokelat, telur, kacang tanah, serta produk makanan yang mengandung susu.
4. Mitos:
Bedong agar kaki bayi tidak bengkok
Fakta: Tidak ada hubungan antara membedong dengan kekuatan
kaki atau struktur kaki bayi. Justru bayi akan lebih mudah bergerak untuk
melatih kaki dan tangannya, jika bedong dilakukan dengan longgar. Biarkan kaki
dan tangan bayi bebas bergerak. Membedong anak sekuat mungkin tidak ada
hubungannya sama sekali untuk meluruskan kaki bayi. Semua kaki bayi memang
bengkok pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan posisi bayi yang meringkuk di
dalam rahim. Nanti, dengan semakin kuatnya tulang anak dan kian besarnya
keinginan untuk bisa berjalan, kaki anak akan lempeng sendiri. Perkembangan
fisiologis kaki memang seperti itu.
10. Mitos: Bawang yang dicampur minyak dikenal
bias menurunkan panas
Faktanya
secara ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan minyak
yang mudah menguap dan menyerap panas.
11. Mitos: Upacara tedak siti (menginjak tanah)
saat bayi 6-7 bulan
Faktanya
secara ilmiah pun ternyata salah, karena pas dengan usia reflek menapak bayi.
Di permukaan badan terdapat putik saraf yang bias menjadi sensor tekanan. Saraf
ini tumbuh saat bayi 6-7 bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk
keseimbangan dan alat-alat keseimbangan untuk posisi berdiri. Tak heran jika di
usia ini bayi sudah mulai belajar menapak.
12. Mitos: Hidung ditarik agar mancung
Faktanya
ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung atau tidaknya hidung. Mancung atai tidaknya hidung seseorang ditentukan
oleh bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan.
13. Mitos: Bayi usia seminggu diberi makan
pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan
Faktanya
hal ini salah, karena pasalnya usus bayi diusia ini belum punya enzim yang
mampu mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi.
Akibatnya bayi jadi sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4
bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan makanan padat kedua yaitu bubur tim.
14. Tidak
boleh keluar rumah sebelum 40 hari
Mungkin yang tepat adalah jangan pergi ke tempat yang penuh
orang (crowded). Banyak orang berarti banyak kuman penyakit. Kalau kepadatan
pada suatu ruangan tinggi, maka penyakit pun tinggi. Misalnya ke mal atau
membawa bayi ke perhelatan. Ingat kekebalan bayi masih sangat rentan saat
usianya dibawah 40 hari. Jadi, dibawah setahun sebaiknya jangan dibawa ke mal,
kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.
15. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong
bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda
asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
16. Beri setetes kopi agar bayi tidak step
(kejang)
Pemberian
kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut
jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
17. Jangan memeras kencang-kencang saat
mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo
di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur
karena dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat
memeras pakaiannya, mungkin lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras
karena akan merusak pakaian si bayi yang kalau sudah koyak atau lepas
jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus membelikan pakaian yang
baru lagi.
18. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang
sakit
Tadinya
saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata
saya salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya,
saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh
yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi
saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup
mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan
karena ASI nya.
19. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat
Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung,
bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi
yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir
sebelum ASI keluar.
20. Kolostrum dianggap sebagai susu
yang sudah rusak
Masyarakat
tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik
diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada
yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin
pada bayi.
Aspek tumbuh kembang pada anak prasekolah dewasa ini
adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena
hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua
belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak
sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam, 2005).
Berikut ini
merupakan mitos yang berkembang berkaitan dengan tumbuh kembang anak
prasekolah.
1. Setiap anak
yang mengalami diare, demam dan rewel biasanya oleh orang tua sering
mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya :
Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara
2. Biasanya
kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi
terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula
sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh
gigi terlambat.
3.
Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental
dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu
ijuk dimuka anak tersebut.
4.
Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah
dan biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada
didalam rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang
menyebabkan anak tersebut sakit.
5.
Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.
6.
Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam. Hal
yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh.
Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun
sebaliknya. Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit
bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
7.
Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa
kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal
tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi lebih besar daripada
bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa, keluarnya panas melalui
kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan, dan tangan.
8.
Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tidak salah langkah.
a. Anak
kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah
sehat, padahal belum tentu benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya,
tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang
gemuk tersebut kurang darah alias mengidap anemia." Biasanya pada saat
lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin)
yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif
kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam
folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu
kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak
sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan
kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat
ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali.
Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk,
pendek, tinggi, dan lainnya.
b.
Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering kita lihat orang tua yang
sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan.
"Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak.
Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit
tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena
TBC," ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat
anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam
askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika
anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak
kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa.
Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan
termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai
1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.
c.
Vitamin membuat anak lebih cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi
prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami
perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.
BAB
III
SOLUSI
A.
Pendekatan melalui Agama
Dari permasalahan aspek sosial budaya yang
berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan
solusi pendekatan melalui agama. Agama memberikan petunjuk/pedoman pada umat
manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu juga
agama dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang
sedang dihadapi. Melalui pendekatan agama, bidan dapat mengadakan pengajian
bersama masyarakat yang kemudian diselingi dengan memberikan informasi mengenai
cara merawat bayi baru lahir dan anak prasekolah yang benar. Serta
mengklarifikasi tentang mitos yang berkembang di masyarakat seputar bayi baru lahir
dan anak prasekolah.
B.
Pendekatan melalui Kesenian Tradisional
Dari permasalahan aspek sosial budaya
berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan
solusi dengan pendekatan melalui Kesenian Tradisional. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian
tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan
saja, tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang
bidan praktik selain sebagai tenaga kesehatan, bidan juga dapat membuka
hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia dapat
menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan. Dalam perannya sebagai
peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu
daerah tempat penelitiannya tersebut. Melalui pendekatan Kesenian
tradisional: bidan dan ahli kesehatan lainnya dapat ikut dalam kesenian
tradisional misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya menampilkan
pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat awam tidak
salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada kebenarannya. Dan
juga memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para
ibu dan masyarakat di lingkungannya dapat mengerti benar.
C.
Pendekatan melalui Paguyuban
Dari permasalahan aspek sosial budaya yang
berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan
solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang
diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh
rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dari pamrih-pamrih
ekonomi.
Dalam
rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan
peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya
saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat
masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi dan mencari tahu apa
masalah yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan dengan bayi baru lahir
dan anak prasekolah, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di masyarakat
ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di
dalamnya.
D.
Pendekatan melalui Pesantren
Dari permasalahan aspek sosial budaya yang
berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan
solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman
agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan
umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok
pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah
tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya
tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di
lingkungan pondok pesantren.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat
melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek sosial budaya yang berkaitan
dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah serta mitos yang berkembang yang
tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.
BAB
IV
PENUTUP
E.
KESIMPULAN
Aspek
sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran
manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang
yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan pada bayi baru lahir
dan anak prasekolah ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir
dan anak prasekolah.
F.
SARAN
Dalam
menghadapi suatu kebudayaan pada masa bayi baru lahir dan anak prasekolah maka
kita memerlukan suatu perencanaan dan pemantauan kesehatan salah satunya dengan
penyuluhan agar kita dapat mengubah atau memperbaiki suatu keadaan dalam mitos
yang dapat merugikan ibu, bayi dan anak, karena bila tidak, dapat membahayakan
pertumbuhan dan keadaan bayi bahkan dapat dikatakan bahwa mitos-mitos yang
merugikan dan membahayakan bagi bayi dan anak. Tenaga kesehatan khususnya bidan
harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, beradaptasi dengan
budaya-budaya dominan yang ada di daerahnya. Dan memberikan penyuluhan tentang
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para ibu dan masyarakat di
lingkungannya dapat mengerti benar, serta harus meluruskan mitos yang
berkembang di masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan
sosial yang sudah ada di dalamnya.
0 Response to "Makalah Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan BBL Dan Anak Praskolah"
Posting Komentar