MAKALAH GERONTIK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keamanan merupakan keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi. Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada didalam lingkungan ini akan
mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cidera, memperpendek lama tindakan
dan hospitalisasi, meningkatkan kesejahteraan klien.
Jatuh merupakan salah satu bahaya yang
mengancam keamanan dan keselamatan terhadap manusia. Selain itu, 90% jenis
kecelakaan yang dilaporkan dan seluruh kecelakaan yang terjadi di RS adalah
jatuh. Dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas tentang asuhan
keperawatan apa yang bisa dilaksanakan untuk mencegah resiko jatuh terhadap
lansia.
Jatuh sering terjadi atau dialami
oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan didalamnya, baik faktor intrinsik
dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkoppe dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti
lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang
karena cahaya kurang terang, dan sebagainya. Jatuh adalah
kejadian yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Berdasarkan
survei di masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan seitar 30% lansia lebih
dari umur 65 tahun jatuh setipa tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami
jatuh berulang.
Reuben dkk (1996) mendapatkan
insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar 1/3
populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0.6/orang. Insiden di
rumah-rumah perawatan 3 kali lebih banyak. Lima persen dari penderita jatuh ini
mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kecelakaan
merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992. kematian akibat
jatuh sangat sulit didefinisikan karena sering tidak disadari oleh keluarga
atau dokter pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga merpakan akibat penyakit lain
misalnya serangan jantung mendadak.
Fraktur
kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia. Fraktur
kolum femoris merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses menua dan
osteoporosis. Wanita mempunyai resiko tinggi dibanding laki-laki untuk
terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh. Lansia yang sehat juga mempunyai
resiko lebih tinggi dibanding lansia yang lemah atau cacat untuk terjadinya
fraktur dan perlukaan akibat jatuh.resiko untuk terjadinya perlikaan akibat
jatuh merupakan efek gabungan dari penurunan respon perlindungan diri ketika
jatuh dan besar kekuatan terbantingnya. Sehingga
dalam mencegah jatuh pada lansia perlu dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik meliputi pola gerakan
yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik yang dapat
meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan
risiko jatuh.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
JATUH
1.
Pengertian
Pengertian
Jatuh Menurut Reuben (1996), jatuh merupakan suatu masalah yang sering terjadi
pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang mengakibatkan seseorag mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka. Banyak faktor yang berperan didalamnya, kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor
ekstrinsik meliputi lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda,
penglihatan kurang terang dan sebagainya. Jatuh merupakan factor risiko patah
tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density)
rendah. Keadaan inilah penyebab terbesar untuk patah tulang meliputi punggung,
pinggang, pergelangan tangan, pinggul dan lengan bagian atas (Watson, 2003).
2.
Faktor Resiko Jatuh Pada Lansia
Untuk dapat mengetahui faktor
resiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau
dibentuk oleh :
a.
Sistem sensorik : visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler,
dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan
pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena
adanya perubahan fungsi vestibulerakibat proses menua. Neuropati perifer dan
penyakit degenaratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif.
Gangguan sensorik tersebut mebnyebabkan hampir
sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji
klinik.
b.
Sistem saraf pusat (SSP). SSP akan memberikan respon motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, sering
diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik (Tinetti, 1992 dalam
Watson, 2003).
c.
Kognitif. Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan
meningkatnya resiko jatuh. Dengan adanya penurunan kemampuan kognitif, maka
kewaspadaan, status mental, dan emosional akan menurun, sehingga akan
mempengaruhi kesadaran, penilaian, gaya berjalan, keseimbangan, dan proses
informasi yang diperlukan untuk berpindah atau mobilisasi secara aman.
d.
Muskuloskeletal. Faktor ini berperan besar terhadap terjadinya jatuh.
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan. Hal ini
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan musculoskeletal yang
terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh kekakuan
jaringan penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan
visus/lapang pandang, kerusakan proprioseptif sehingga menyebabkan penurunan
range of motin (ROM) sendi, penurunan kekuatan otot terutama menyebabkan
kelemahan ekstremitas bawah, perpanjangan waktu reaksi, kerusakan persepsi
dalam dan peningkatan postural sway (goyangan badan)
(Watson, 2003).
Secara
umum faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1)
Faktor Intrinsik, dibagi menjadi 3
faktor yaitu :
a)
Faktor host (diri lansia). Diantaranya adanya disability, penyakit yang
sedang diderita, perubahan neuromuskuler, gangguan keseimbangan, gangguan
musculoskeletal (berjalan) dan reflek postural, perubahan akibat proses penuaan
(penurunan pendengaran, penurunan visus/penglihatan lainnya (katarak),
penurunan mental, penurunan fungsi indra yang lain, lambatnya pergerakan, hidup
sendiri), neuropati perifer dan berbagai penyakit seperti stroke dan TIA yang
mengakibatkan kelemahan tubuh sebagian, arthritis, Parkinson, kekakuan alat
gerak, depresi, gangguan sistem kardiovaskuler (syncope).
b)
Faktor aktifitas. Laki-laki dengan mobilitas tinggi, postur yang tidak
stabil, mempunyai risiko jatuh sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan yang tidak
aktif atau aktif, tetapi dengan postur yang stabil. Penelitian terhadap 4.862
penderita yang dirawat di rumah sakit atau panti jompo, didapatkan penderita
dengan risiko jatuh paling tinggi adalah penderita aktif, dengan sedikit
gangguan keseimbangan.
c)
Faktor obat-obatan. Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang
bermakna terhadap penderita. 4 obat atau lebih meningkatkan risiko jatuh. Jatuh
akibat terapi obat dinamakan jatuh iatrogenik. Obat-obatan yang meningkatkan
risiko jatuh, di antaranya obat golongan sedatif dan hipnotik yang dapat
mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan efek samping menyerupai
sindroma parkinson. Golongan Transquilizer mayor (misalnya phenothiazine),
antidepresan trisiklik, barbiturat, dan benzodiazepin juga meningkatkan risiko
jatuh.
d) Faktor
Ekstrinsik. Misalnya faktor lingkungan
terutama yang belum dikenal karena mempunyai risiko terhadap jatuh 22%,
sedangkan pada lingkungan yang sudah dikenal (di rumah) lebih banyak disebabkan
oleh faktor host (dirinya). Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang
kurang, peralatan rumah yang tidak stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur
atau toilet yang terlalu rendah, alat-alat atau perlengkapan rumah
tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil, tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda di lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya, obat-obat yang diminum (Kane, 1994 dalam
Nugroho, 2000).
3.
Pathway Jatuh
(Terlampir)
4.
Penyebab Jatuh Pada Lansia
Penyebab jatuh
pada lansia biasanya merupakan gabungan dari beberapa factor antara lain :
a.
Kecelakaan. Merupakan penyabab jatuh yang utama (30 - 50% kasus jatuh
lansia) misalnya terpelesat, tersandung. Gabungan antara lingkungan yang kurang
baik dengan kelainan-kelainan akibat
proses menua misalnya karena penglihatan kabur.
b.
Nyeri kepala atau vertigo, Penyakit vestibular, penyakit sistem
sistem saraf pusat.
c.
Sinkop, hilang kesadaran mendadak.
d.
Drop attacks, Kelemahan tungkai
bawah mendadak yang menybabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran.
e.
Hipotensi orthostatic, Hipovolemia atau cardiak output yang rendah, disfungsi
otonom, gangguan aliran darah balik vena, tirah baring lama, hipotensi akibat
obat– obatan, hipotensi postprandial (sesudah makan).
f.
Obat-obatan, missal Diuretik, antihipertensi, antidepresi golongan
trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia, alcohol.
g.
Proses penyakit, misal penyakit akut
: Kardiovaskular : aritmia, penyakit katup jantung (stenosis aorta), sinkop
sinus carotid, Neurologis : TIA, strok akut, gangguan kejang, penyakit
parkinson, spondilosis lumbar atau servikal (dengan kompresi pada korda
spinalis atau cabang saraf), penyakit serebelum, hidrosefalus tekanan normal
(gangguan gaya berjalan), lesisitem saraf pusat (tumor, hematomi subduraal).
h.
Idiopatik, tak ada penyebab yang
dapat diidentifikasi
(Watson,
2003).
5.
Manifestasi Klinis
a.
Cedera dan kerusakan fisik
b.
Fraktur
c.
Ansietas
d.
Hilangnya rasa percaya diri
e.
Depresi
f.
Hilangnya kemandirian (Nugroho, 2000)
6.
Komplikasi
Jatuh pada lansia
menimbulkan komplikasi-komplikasi sebagai berikut :
a.
Perlukaan (injury) : rusaknya jaringan lunak yang terasa sngat sakit
berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena, Patah
tulang (fraktur), pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista, Hematoma
subdural.
b.
Disabilitas
c.
Kematian (Watson, 2003)
7.
Pencegahan
Ada
tiga usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :
a.
Identifikasi faktor resiko. Pada setiap lansia perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan
assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal, dan penyakit sistemik
yang sering mendasari atau menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang
berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus
cukup tapi jangan menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, dan bersih dari
benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak
aman (lapuk, dapt bergeser sendiri). Peralatan rumah tangga sebaiknya
diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan atau tempat
aktivitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan
pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan
diberi pegangan di dinding. Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural,
hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif. Alat
bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau
walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan aman tidak mudah
bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.
b.
Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan. Lansia harus dievaluasi
bagaimana keseimbangan badannyadalam melakukan gerakan pindah tempat, pidah
posisi.penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko
jatuh, maka diperlukan bantuan latihan rehabilitasi medik. Penilaian gaya
berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan
kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan
benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstermitas bawah penderita
cukup untuk berjalan tanpa batuan.
c.
Mangatur / mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang
bersifat serangan akut yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan
rutin kesehatan lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan
dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas.
Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan
kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktifitas fisik
seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh
melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi
fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan
lansia tidak melakuakn aktifitas fisik yang sangat melemahkan atau beresiko
tinggi untuk terjadinya jatuh (Watson, 2003).
Menurut Watson
(2003) Beberapa metode pencegahan jatuh pada lansia
diantaranya :
a.
Latihan fisik. Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi,
dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang
melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya
adalah berjalan kaki.
b.
Managemen obat-obatan. Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik
dengan memperhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat, gunakan alat
bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan, kurangi pemberian
obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers,
hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi
klinis kuat, hentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
c.
Modifikasi lingkungan. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau
dingin untuk menghindari pusing akibat suhu di antara :
1)
Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam
jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2)
Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3)
Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4)
Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5)
Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
6)
Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
7)
Gunakan lantai yang tidak licin.
8)
Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
9)
Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
d.
Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1)
Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2)
Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3)
Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4)
Hindari olahraga berlebihan.
e.
Alas kaki. Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1)
Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2)
Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
3)
Pakai sepatu yang antislip
f.
Alat bantu jalan. Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan
keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau
faktor yang mendasarinya.
1)
Penggunaannya alat bantu jalan
memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan
langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika
alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini
haruslah direkomendasikan secara individual.
2)
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan
dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat
yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat
badan.
g.
Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
h.
Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
i.
Memelihara kekuatan tulang
1)
Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua
2)
Berhenti merokok
3)
Hindari konsumsi alkohol
4)
Latihan fisik
5)
Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6)
Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
8.
Pendekatan Diagnostik
Setiap
penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesment seperti dibawah ini : (Kane,
1994; Fischer, 1982)
a. Riwayat Penyakit ( Jatuh ). Anamnesis dilakukan baik terhadap
penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi :
a. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset,
tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok,
sedang makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin,
sedang menoleh tiba – tiba atau aktivitas lain
b. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri
kepala tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
c. Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism,
osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit
sensorik.
d. Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik,
autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.
e. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat –
tempat kegiatannya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan ( panas /
hipotermi )
2) Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising
3) Jantung : aritmia, kelainan katup
4) Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati
perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
5) Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi
problem kaki ( podiatrik ), deformitas.
c. Assesmen Fungsional. Dilakukan observasi atau pencarian terhadap
:
1) Fungsi muskuloskeletal dan keseimbangan : observasi pasien
ketika dari bangku langsung duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok
atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah.
2) Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan
alat bantu, memakai kursi roda atau dibantu
3) Aktifitas kehidupan sehari – hari : mandi, berpakaian,
bepergian, kontinens.
9.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan seperti the timed up-and-go test
(TUG), uji mengapai fungsional (functional reach test), dan uji keseimbangan
Berg (the Berg balance sub-scale of the mobility index) dapat untuk
mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis
bermakna yang menyebabkan seseorang beresiko untuk jatuh atau timbul
disabilitas dalam mobilitas. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu mengidentifikasi
faktor risiko dan menemukan penyebab/pencetus :
a.
Lakukan
pemeriksaan neurologis untuk medeteksi defisit neurologis fokal, adakah cerebro
vascular disease atau transient ischemic attack; lakukan brain CT scan jika ada
indikasi
b.
Darah perifer lengkap
c.
Elektrolit
(terutama natrium dan kalium), ureum, kreatinin, dan glukosa darah
d.
Analisis agas darah
e.
Urin lengkap dan kultur resistensi
urin
f.
Hemostase darah dan agregasi
trombisit
g.
Foto toraks,
vertebra dan pergelangan kaki (sesuai indikasi)
h.
EKG
i.
Identifikasi
faktor domisili (lingkungan tempat tinggal)
(Stockslager, 2007).
10.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah
terjadinya jatuh berulang dan mengatasi komplikasi yang terjadi, mengembalikan
fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita. Penatalaksanaan
penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi faktor risiko, penyebab
jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan
bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan factor
– factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit
akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana, dan langsung bisa menghilangkan
penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi
kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat
rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia. Pada kasus
lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya
pembatasan bepergian/aktifitas fisik, penggunaan alat bantu gerak. Pada penderita
dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi
difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya.
Sedangkan terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan seperti
stroke, fraktur kolum femoris, arthitis, parkinson difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi
penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait
training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Penderita
dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang
mendasari, menghentikan obat yang
menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan. Terapi
yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/ tempat kegiatan
lansia seperti di pencegahan jatuh.
Prinsip
dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah identifikasi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik, mengkaji dan
mengobati trauma fisik akibat jatuh; mengobati bebagai kondisi yang mendasari
instibilitas dan jatuh; memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai; mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup;
peganga; lantai yang tidak licin, dan sebagainya.
Latihan desensitisasi faal keseimbangan, latihan fisik (penguatan otot,
fleksibilitas sendi, dan keseimbangan), latihan Tai Chi, adaptasi perilaku (bangun
dari duduk perlahan menggunakan pegangan atau perabot untuk mencegah morbiditas
akibat instabilitas dan jatuh berikutnya (Stockslager, 2007).
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian klien dengan
resiko injuri meliputi :
pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal). Pengkajian Resiko
meliputi:
a.
Jatuh
1) Usia klien lebih dari 65 tahun
2) Riwayat jatuh di rumah atau RS
3) Mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran
4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi
roda, dll)
6) Penurunan status mental (disorientasi,
penurunan daya ingat)
7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif,
hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)
b. Riwayat kecelakaan. Beberapa orang
memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat
sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang
kembali
c. Keracunan. Beberapa anak dan orang tua sangat
beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek
pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.
d. Kebakaran. Beberapa penyebab kebakaran
dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi resiko
terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya
proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
e. Pengkajian Bahaya. Meliputi mengkaji
keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur,
pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman
atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah). Gangguan keamanan berupa
jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak
diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya
yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki,
oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang
terstuktur.
Selain
diatas kaji juga sebagai berikut ini :
a. Kaji
adanya kerusakan jaringan, misalnya robeknya arteri atau vena, atau tertariknya
jaringan otot.
b. Kaji
adanya fraktur atau patah tulang.
c. Kaji
adanya hematom subdural.
d. Kaji
apakah terjadi disabiliti.
e. Tanyakan
pada keluarga riwayat jatuh.
f. Penggunaan
alat bantu (misalnya: tongkat, walker)
g. Kaji
apakah ada gangguan penglihatan dan pendengaran.
h. Kaji
adanya penyakit kekuatan ektremitas bawah.
i. Kaji
penurunan status mental.
j. Tanyakan
pada keluarga apakah menggunakan medikasi tertentu.
k. Tanyakan
pada keluarga kondisi lingkungan.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi cedera/jatuh
yang berhubungan dengan perubahan mobilisasi, penataan lingkungan fisik di
rumah, penurunan sensori.
Tujuan : Klien
memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak
terjadi, Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam
lingkungan rumah akan berkurang.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan diharapkan
klien mampu :
1) Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang
dapat meningkatkan kemungkinan cidera
2) Mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu
3) Melaporkan penggunaan cara yang tepat
dalam melindungi diri dari cidera
Intervensi :
1)
Kaji
ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2)
Tulis
dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3)
Lakukan
modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll)
sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh
4)
Monitor
klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5)
Ajarkan
klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik,
memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang
aman)
6)
Kolaborasi
dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
b. Potensial
cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh.
Tujuan
: terjadi peningkatan keamanan pada lansia dan cedera fisik terhindarkan
KH
: cedera fisik berkurang, cidera fisik dapat dicegah
Intervensi
:
1) Biarkan lansia menggunakan alat Bantu
untuk meningkatkan keselamatan
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat
tidur ke kursi
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat
tidur, jika tidur
4) Bila mengalami masalah fisik, misalnya
rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalan
5) Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia
yang menggunakan obat penenang /diuretic
6) Menggunakan kacamata bila berjalan atau
melakukan sesuatu
7) Usahakan ada yang menemani, jika
berpergian
c. Gangguan
mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan sendi.
Tujuan
: mobilisasi fisik terpenuhi
KH
: lansia dapat berakrivitas secara mandiri, kekuatan sendi stabil
Intervensi
:
1) Orientasikan klien pada tempat yang
ditinggalinya saat ini
2) Kaji klien keterbatasan gerak lansia
3) Anjurkan klien menggunakan bel bila
membutuhkan bantuan
4) Berikan alas kaki yang tidak licin
5) Berikan pencahayaan yang adekuat
6) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada
klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
7) Anjurkan lansia memakai alat bantu dan
sesuaikan ukurannya
8) Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
(Kozier, 2004:679)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. KASUS
Tn.S
65 tahun tinggal berdua dengan seorang istrinya di rumahnya. Klien memiliki
riwayat glaukoma sejak 2 tahun yang lalu, sehingga klien harus menggunakan obat
tetes mata 2x sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan,
kehilangan penglihatan sebelah dan tidak bisa melihat dalam gelap. Dalam berjalan
klien dibantu alat gerak tongkat dan tampak berjalan pelan-pelan. Sehari-hari
klien mencari nafkah dengan berjualan balon gas. 2 minggu yang lalu klien jatuh
karena terpeleset di kamar mandi sehingga menyebabkan pergelangan kaki kanannya
terkilir dan bengkak kemerahan. Klien mengatakan tidak membawanya ke rumah
sakit atau pelayanan kesehatan terdekat karena takut kalau kenapa-napa dan
minimnya biaya sehingga hanya diberi obat gosok. Sampai sekarang kakinya masih
bengkak dan kemerahan, nyeri dan digerakkan sakit.
B. PENGKAJIAN
Tanggal
Pengkajian : 25
September 2013
2.
Identitas
Klien :
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Mojosongo,
Surakarta
Pekerjaan : Tukang balon
Dx.Medis : Terkilir
(Sprain)
Penanggung
jawab : Ny. S
Hubungan
dengan klien : Istri
3.
Riwayat
Keperawatan
• Riwayat Keluarga
Klien adalah seorang suami dari Ny.Y, dan
mempunyai 2 orang anak yang sekarang sudah menikah dan tinggal jauh di luar
kota. Selama 2 tahun ini kedua anaknya belum datang ke tempat Tn.X karena masih
sibuk bekerja. Tn.X mengatakan sangat kangen dengan cucunya dan ingin dapat
berjalan normal lagi sehingga bisa ke tempat cucunya.
• Riwayat Pekerjaan
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan
terhadap kebutuhan didapat dari hasil jualan balon di sekolah-sekolah dan
keliling desa-desa. Selama 10 tahun klien pernah bekerja di pabrik sebagai
buruh namun kemudian di PHK, klien juga pernah bekerja sebagai buruh di sawah
dan perkebunan teh, tukang tambal perabot RT.
• Riwayat Lingkungan Hidup (Tipe tempat
tinggal)
Jenis lantai
rumah :
marmer
Kondisi
lantai : Kering
Penerangan :
Cukup
Tempat tidur
:
Aman
Alat dapur : bersih tertata
pada rak-rak bambu
Kamar mandi :
bersih, sempit, agak licin
Kebersihan
lingkungan : bersih
Jarak jamban
dan sumur gali : 10 meter
Jumlah orang
yang tinggal dalam rumah : 2 orang
• Riwayat Rekreasi
Kebiasaan :
Bertanam sayur
Keanggotaan Organisasi : Posyandu lansia
Terakhir kali pada tahun 2011, anak tertua mengunjunginya.
• Sistem Pendukung
Puskesmas : mojosongo
Jarak dari rumah : 1 km
Rumah Sakit :
RSUD Dr. Oen Jarak 3 km
• DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :
Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat
Yang Lainnya : Mengaji setiap shalat magrib berakhir
• STATUS KESEHATAN
· Keluhan utama :
klien mengatakannya kakinya terasa nyeri.
Provocative/Paliative : terkilir dan jatuh
Quality/Quantity : panas, ngilu
Region : di daerah pergelangan kaki kanan
Severity Scale : 6 (dari skala 0-10)
Timing : 5-10 menit kambuh
· Status Kesehatan Sekarang
Klien
mengatakan pergelangan kaki kanannya terasa nyeri, kaku digerakkan, bengkak dan
kemerahan. Klien mengatakan hanya diberi obat gosok dan diurut serta tidak
diobatkan ke dokter atau puskesmas.
·
Status kesehatan
dahulu
Klien
mengatakan 2 tahun yang lalu mengalami sakit glaukoma menurut dokter yang memeriksanya di
puskesmas dan klien dberi obat tetes serta harus menggunakan obat tetes mata 2x
sehari. Klien mengatakan saat itu sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan
penglihatan sebelah dan tidak bisa melihat dalam gelap. Dalam berjalan klien dibantu
alat gerak tongkat dan tampak berjalan pelan-pelan. Sehari-hari klien mencari
nafkah dengan berjualan balon gas. 2 minggu yang lalu klien jatuh karena
terpeleset di kamar mandi sehingga menyebabkan pergelangan kaki kanannya
terkilir dan bengkak kemerahan. Dan tidak diperiksakan ke mantri atau puskesmas
terdekat karena alasan biaya.
·
Pemahaman
& Penatalaksanaan Masalah Kesehatan
Klien
menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang tidak peduli terhadap kesehatannya, karena jika sakit klien takut untuk berobat.
Dan sampai sekarang klien tidak mengetahui dengan pasti sakit dimatanya
tersebut yang ia tahu hanya penglihatannya berkurang.
·
Obat-obatan
Obat yang
dipakai sehari-hari hanya obat tetes mata jika habis ia ke puskesmas untuk
kontrol.
·
Alergi
Klien mengatakan tidak alergi terhadap obat maupun obat tertentu.
• Aktivitas Hidup Sehari-Hari
(ADL)
Oksigenisasi
: Baik, tanpa alat bantu
Cairan & Elektrolit : Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka
minum teh
Nutrisi : Baik,
menu nasi sayur lauk
Eliminasi
: BAB kadang lancar kadang tidak, BAK
dalam sehari 3-5 kali
Aktivitas : Terbatas,
sejak jatuh kakinya untuk berdiri lama sakit
Istirahat & Tidur
: Tidur siang kadang, tidur malam dari pukul 21.00-04.00
Personal
Hygiene : Dapat dilakukan secara
mandiri
Seksual : Sudah
tidak memiliki keinginan
Rekreasi :
Klien tidak pernah rekreasi kecuali berkebun dan nonton tv
• Psikologi, Kognitif dan
Perseptual
Konsep Diri :
Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansia
Emosi :
stabil
Adaptasi :
Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat sekitarnya
Mekanisme pertahanan diri : Baik
Tingkat kesadaran :
Composmentis
Demensia :
Tidak
Orientasi :
Normal
Bicara :
Normal
Bahasa yang digunakan :
jawa
Kemampuan membaca :
Bisa
Vertigo :
Tidak
Keadaan
umum : Baik
Tanda-tanda
vital : TD : 130/70
mmHg
N : 70 x/m
RR
:
20x/m
T : 36,3oC
TB
: 160 cm
BB : 60 Kg
C. Pengkajian Per Sistem
•
Pernafasan (B1: Breathing) :
Bentuk Dada : Simetris
Sekresi Dan Batuk : Tidak Ada
Pola Nafas : RR : 20 X/M Dan
Teratur
Bunyi Nafas : Vesikuler Di Semua
Lapang Paru
•
Cardiovascular (B2: Bleeding)
Nadi : 70 X/M Dan
Reguler
Bunyi Jantung
: Normal
Letak Jantung
: IC Teraba Pada ICS Ke 5 1 Jari Medial Dari Garis
Midclavicula
Pembesaran Jantung
: Tidak
Nyeri Dada : Tidak
Edema : Tidak
Clubbing Finger : Tidak
•
Persarafan (B3: Brain)
Tingkat Kesadaran : Composmentis GCS 14
Refleks : Normal
Koordinasi Gerak : Ya
•
Penginderaan (Persepsi Sensori)
1)
Mata (Penglihatan)
A.
Bentuk
: Normal, Simetris
B. Visus
Dan Lapang Pandang : Normal
C.
Pupil
: Isokor
D. Gerak
Bola
Mata
: Normal
E.
Medan Penglihatan
: Menyempit
F.
Buta Warna
: Tidak
2)
Hidung (Penciuman)
A.
Bentuk
: Normal, Simetris
B. Gangguan
Penciuman
: Tidak
3)
Telinga (Pendengaran)
A.
Aurikel
: Normal
B. Membran
Tympani
: Keruh
C.
Otorrhae
: Tidak
D. Gangguan
Pendengaran :
Ya
E.
Tinitus
: Ya
4)
Peraba :
Normal, Kering, Capillary Refiill > 2 Detik
5)
Perasa : Normal
•
Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Masalah Kandung
Kemih
: Sering
Produksi Urine
: 250 Ml/Hari
Frekuensi
: 4-6 X/Hari
Warna
: Kuning Jernih
Bau
: Amoniak
•
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
1)
Mulut Dan Tenggorokan
a.
Mulut
: Selaput Lendir Mulut Lembab
b.
Lidah
: Hiperemik
c.
Kebersihan
Rongga Mulut : Tidak Berbau
d.
Tenggorokan
: Sakit Menelan
e.
Abdomen
: Kenyal
f.
Pembesaran
Hepar
: Tidak
2)
Masalah Usus
Besar Dan Rectum/Anus : BAB1 X/Hari, Lembek, Kuning, Darah (-)
•
Otot, Tulang, Dan Integumen (B6: Bone)
1)
Otot Dan Tulang
a.
Kemampuan Pergerakan
Sendi Lengan Dan Tungkai (ROM) : Terbatas Eks. Bawah
b.
Kemampuan Kekuatan
Otot : Terbatas, Ada Sprain Kaki Kanan
2)
Integumen
a.
Warna Kulit
: Hiperpigmentasi
b.
Akral
: Hangat
c.
Turgor
: Tidak Elastik
d.
Tulang Belakang
: Agak Kiposis
•
Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan
dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia dan akan rentan terhadap
sakit.
C. ANALISA DATA
No
|
Symtoms
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS : klien
mengatakan 2 minggu yang lalu jatuh terpeleset di kamar mandi dan pergelangan
kaki kanannya terkilir serta terasa nyeri.
DO :
pergelangan kaki kanan kien tampak bengkak, kemerahan, menahan sakit saat
bergerak.
|
Resti
jatuh ulang
|
penurunan
sensori : penglihatan
|
2
|
DS : klien
mengatakan nyeri pada kakinya sejak 2 minggu yang lalu.
Provocative/Paliative : terkilir
dan jatuh
Quality/Quantity : panas
Region : daerah pergelangan
kaki kanan
Severity Scale : 6
Timing : 5-10 menit kambuh
DO : kaki klien tampak bengkak,
kemerahan, menahan nyeri saat begerak.
|
Nyeri
|
agen
injury fisik : spasme otot dan sendi
|
3
|
DS : klien
mengatakan aktivitasnya tertunda dan terganggu karena setiap bergerak kakinya
terasa sakit, namun klien berusaha mandiri dalam melakukan aktivitasnya.
Selama 2 minggu ini klien hanya berjualan di sekitar rumahnya dengan berjalan
pelan-pelan.
DO : -
|
Gangguan
mobilisasi fisik
|
penurunan
kekuatan sendi
|
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko tinggi jatuh ulang berhubungan
dengan penurunan sensori (penglihatan).
2.
Nyeri
berhubungan dengan spasme/tertariknya sendi dan otot.
3.
Gangguan
mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan sendi dan otot.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.Dx
|
Tujuan Dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gerontik dalam
waktu 1 minggu diharapkan resiko jatuh berulang tidak terjadi dengan kriteria
hasil : klien mampu mengidentifikasi bahaya lingkungannya, tindakan untuk
mencegah bahaya seperti berjalan hati-hati, memakai alat bantu jalan dan
penglihatan, penerangan yang cukup.
|
a.
Observasi
faktor-faktor penyebab jatuh klien.
b.
Latih
untuk menggunakan alat bantu secara benar dan sesuai kegunaan alatnya.
c. Penkes tentang resiko jatuh ulang berkaitan
faktor-faktor resiko jatuh, penyebab jatuh, modifikasi rungan untuk mencegah
jatuh, komplikasi jatuh, cara menanggani dan mencegah cidera/jatuh seperti (menggunakan pencahayaan yang
baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat
yang aman).
d. Kolaborasi
dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya,
serta kader kesehatan desa untuk pemantauan secara berkala keadaan klien.
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gerontik
dalam waktu 1 minggu diharapkan nyeri berkurang dan hilang dengan kriteria
hasil : klien menyatakan nyeri berkurang, klien tampak rileks, mampu
berpartisipasi aktif dalam aktivitas, TTV dbn (tidak ada peningkatan nadi, TD
dan RR).
|
a.
Kaji ulang
lokasi, intensitas dan skala nyeri.
b.
Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.
c.
Berikan
lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara
mandiri.
d.
Latihan
klien melakukan rentang gerak pasif/aktif.
e.
ajarkan
tehnik manajemen stress seperti relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi
visualisasi, sentuhan.
f.
Observasi
tanda-tanda vital.
g.
Kolaborasi
dalam pemberian analgetik
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gerontik dalam
waktu 1 minggu diharapkan ggu. mobilisasi fisik berkurang dengan kriteria
hasil : terdapat peningkatkan mobilitas fisik, klien mampu mempertahankan
posisi fungsionalnya dan terdapat peningkatan kekuatan/fungsi yang sakit
serta mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri.
|
a.
Anjurkan
klien mempertahankan tirah baringnya sampai kondisi kaki mungkin.
b.
Tinggikan
ekstermitas yang sakit
c.
Bantu
dalam latihan rentang gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tidak sakit.
d.
Berikan
dorongan pada pasien untuk melakukan ADL dalam lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan.
|
1.
IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam
|
No.Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
3
2
1
2
3
2
3
3
|
a.
Mengobservasi
faktor penyebab jatuh klien.
b. Mengobservasi tanda-tanda vital.
c.
Mengobservasi
ulang lokasi, intensitas dan skala nyeri.
d.
Memberi penkes
tentang resiko jatuh ulang berkaitan faktor-faktor resiko jatuh, penyebab
jatuh, modifikasi rungan untuk mencegah jatuh.
e.
Mengajari
tehnik manajemen stress latihan nafas dalam.
f.
Menganjurkan
klien mempertahankan tirah baringnya sampai kondisi kaki memungkinkan.
g. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
h. Melatih klien dalam melakukn latihan
rentang gerak aktif dan pasif pada ekstermitas yang sakit dan tidak sakit.
i. Memberikan dorongan pada pasien untuk melakukan adl
dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan.
|
DO : dari
hasil observasi didapat ada bebrapa faktor yang menyebabkan klien jatuh dan
beresiko jatuh lagi diantaranya lantai kamar mandi yang licin, penurunan
fungsi penglihatan, penerangan yang kurang/cukup.
DO : TD =
130/90 mmHg, RR = 24 x/menit, N = 88 x/menit, S = 37 0 C.
DO : nyeri
terjadi pada pergelangan kaki kanan, skala 4.
DS : klien menyadari dirinya sudah lansia dan rentan
terhadap sakit sehingga akan berusaha hati-hati dalam mencegah agar tidak
jatuh.
DS : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang obat
dan latihan relaksasi.
DO : Klien tampak mampu melakukan latihan rentang
gerak dan ROM aktif 180 0 derajat kecuali pada bagian pergelangan kakinya
terutam untuk fleksi ekstensi masih kaku dan klien mengatakan sakit.
DS : klien mengatakan akan selalu berusaha melakukan
aktivitasnya secara mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain agar bisa
bekerja lagi.
|
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi
lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan
secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung
(care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi.
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram. Masalah yang tersering dialami pada lansia terkait keselamatan dan keamanan
ini umumnya resiko jatuh/cidera. Dimana jatuh merupakan
salah satu geriatric giant yang terjadi pada usia lanjut, penyebab tersering
adalah masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan gait, sensorik, kognitif,
sistem syaraf pusat) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat
rumah tangga yang tua / tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata). Jatuh
sering mengakibatkan komplikasi dari memar dan keseleo sampai dengan patah
tulang bahkan kematian. Oleh karena itu, hal ini harus dicegah agar jatuh tidak
terjadi berulang-ulang pada lansia dengan cara identifikasi faktor risiko,
penilaian keseimbangan dan gaya berjalan serta mengatur / mengatasi faktor
situasional. Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjut sangat
penting dan lebih utama daripada mengobati akibatnya.
B. SARAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. Sehingga
sebagai perawat kita bisa melakukan penkes terkait resiko jatuh kepada para
lansia, senam lansia, posyandu lansia dan pemeriksaan rutin lansia setiap
bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
http://cinehel.wordpress.com/2012/05/26/asuhan-keperawaan-pada-lansia-dengan-resiko-jatuh/,
diakses 18 September 2013.
http://nsyadi.blogspot.com/2012/01/askep-pencegahan-jatuh-pada-lansia.html,
diakses 18 September 2013.
Kozier & Erb. 2004.
Pain Management.
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta
2003
0 Response to "MAKALAH GERONTIK"
Posting Komentar