Makalah Hernia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya
lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama
anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi
didalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal
dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi
yang keluar berupa bagian dari usus. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih
disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara
pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan
karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.
Penyakit
hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan yang
notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana
aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina
kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera
menghinggapinya.
Penjelasan
mengenai penyakit hernia dan proses keperawatannya akan dibahas pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Apa
dan bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
pada klien dengan hernia.
C. Tujuan
Mahasiswa
mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
pada klien dengan hernia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara
umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai
organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut
(Griffith, 1994).
Hernia
adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia
atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Hernia
inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat
paha). Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.
Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah efek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau
struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang
tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216)
B. Klasifikasi
Banyak
sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses terjadinya.
Berikut ini penjelasannya:
Macam-macam hernia:
a. Macam-macam
hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti :
1. Inguinal. Hernia inguinal ini dibagi lagi
menjadi :
· - Indirek/lateralis:
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut
atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali.
· - Direk/medialis:
Hernia ini melewati dinding abdomendi area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju
anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan
bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagianatas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien
terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posteriormaka
hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui
cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam
kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe
hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang
dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pasca operasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem
atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain
menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa
pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bilaprosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaanyang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul herniainguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus =
didapat).
c. Menurut
sifatnya, hernia dapat disebut:
1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi
hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong
hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peri tonium kantonghernia. Hernia ini juga disebut
hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio
=terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis
dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya
perlu mendapat pertolongan segera.
C. Etiologi
a. Hernia Inguinalis/Congenital
Hernia
inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat
hipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia tetapi diperlukan faktorlain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdominal yang meninggi secara kronik seperti batukkronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas sering disertai hernia inguinalis.
Secara
patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang
prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian
akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri
kolikabdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah).
Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan
n.iliofemoralis setelah apendiktomi.
Processus
vaginalis peritoneum persisten
· Testis
tidak sampai scrotum, sehingga processus tetap terbuka.
Penurunan
baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat
menutup dan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka.
Predileksi
tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah kiri terlebih
dahulu.
· Dapat
timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.
Hernia
indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan hidroceleb.
b. Hernia Femoralis
Umumnya
dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali laki-laki.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara patofisiologis
peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak pre peritoneal ke dalam
kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor
penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan
ikat karena usia lanjut.
Ada
factor predisposisi :
Kelemahan
struktur aponeurosis dan fascia tranversa
Pada
orang tua karena degenerasi/atropi
Tekanan
intra abdomen meningkat
Pekerjaan
mengangkat benda-benda berat
Batuk
kronik
Gangguan
BAB, missal struktur ani, feses keras
Gangguan
BAK, mis: BPH, veskolitiasis
Sering
melahirkan: hernia femoralis (karisyogya.blog.m3-access.com).
D. Patofisiologi
Hernia
berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari
proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah, sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan
ganggren.
E. Pathway
F. Penatalaksanaan
Medis
1. Terapi konservatif/non bedah meliputi :
- Penggunaan alat penyangga bersifat sementara
seperti pemakaian sabuk/korset padahernia ventralis.
- Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan
Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
2. Terapi umum adalah terapi operatif.
3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan
operasi herniografi efektif.
4. Jika suatu operasi daya putih isi Hernia
diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
5. Jika ternyata pada operasi dinding perut
kurang kuat sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut
setempat.
6. Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan
pendekatan dengan pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40o C.
7. Pengobatan dengan pemberian obat penawar
nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
8. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal
berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk
mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
9. Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.
G. Komplikasi
- Hernia berulang,
- Kerusakan pada pasokan darah, testis atau
saraf jika pasienlaki-laki,
- Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka
bedah,
- Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
- Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
- Fostes urin dan feses,
- Residip,
- Komplikasi lama merupakan atropi testis
karena lesi
G. Manajemen
Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian
pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
- Sirkulasi
Gejala
: riwayat masalah jantung, GJK, edemapulmonal, penyakit vascular perifer, atau
stasisvascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
- Integritas ego
Gejala
: perasaan cemas, takut, marah, apatis; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup. Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan
ketegangan/peka rangsang; stimulasi simpatis.
- Makanan/cairan
Gejala :
insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasukobesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan/periode puasa pra operasi).
- Pernapasan
Gejala
: infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
- Keamanan
Gejala
: alergi/sensitive terhadap obat, makanan ,plester, dan larutan; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan); Munculnya
kanker/terapi kanker terbaru; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi; Riwayat penyakithepatic (efek dari detoksifikasi
obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi); Riwayat transfuse darah/reaksi
transfuse.
Tanda
: menculnya proses infeksi yang melelahkan; demam.
- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
: pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas,
atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan
ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensialbagi penarikan diri pasca operasi).
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
Periode
post-operatif (Doenges, 1999).
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
- Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan
luka insisi bedah/operasi.
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
postoperasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum.
Diagnosa
perawatan Post Operasi (Doengoes 1999)
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengandiskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan
: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria
Hasil:
- Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
- Tanda-tanda vital normal
- Pasien tampak tenang dan rileks
INTERVENSI
- Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala
nyeri.
Rasional
: Mengenal dan memudahkan dalammelakukan tindakan keperawatan.
- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional
: istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
- Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional
: posisi yang tepat mengurangi penekanan danmencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
Rasional
: relaksasi mengurangi ketegangan danmembuat perasaan lebih nyaman.
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional
: analgetik berguna untuk mengurangi nyerisehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
luka insisi bedah/operasi.
Tujuan
: tidak ada infeksi
Kriteria
hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-
Luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal.
INTERVENSI
- Pantau tanda-tanda vital.
Rasional
: Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besarkemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yangmasuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
- Lakukan perawatan luka dengan teknik
aseptik.
Rasional
: perawatan luka dengan teknik aseptikmencegah risiko infeksi.
- Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif
sepertiinfus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional
: untuk mengurangi risiko infeksinosokomial.
- Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi
untukpemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional
: penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya
tanda-tanda infeksi.
- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional
: antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
postoperasi.
Tujuan
: pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria
hasil :
- Pasien mengungkapkan kemampuanuntuk tidur.
- Pasien tidak merasa lelah ketika bangun
tidur
- Kualitas dan kuantitas tidur normal
INTERVENSI
1. Mandiri
a. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur
sejenak, anjurkan latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada
sore hari.
Rasional
: Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang
dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi
berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
b. Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus
menerus.
Rasional
: Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
c. Evaluasi tingkat stres/orientasi sesuai
perkembangan hari demi hari.
Rasional
: Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
d. Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara
teratur.
Katakan
pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional
: Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan
: Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untukmemungkin pasien membuang
kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
e. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat,
mandi dan masase punggung.
Rasional
: Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk.
f. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan
berkemih sebelum tidur.
Rasional
: Menurunkan kebutuhanakan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama
malam hari.
g. Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang
jernih”.
Rasional
: Menurunkan stimulasisensori dengan menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.
2. Kolaborasia
a. Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi,
seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional
: Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk
kognitif dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang
membatasi manfaat yang maksimal.
b. Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam
(Halcion).
Rasional
: Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.
c. Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional
: Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat
ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudahdihambat dalam otak pasien dengan
DAT ini.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum.
Tujuan
: klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria
hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan
beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
lainya baik.
INTERVENSI
- Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional
: mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional
: tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan
dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
Rasional
: mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
- Setelah latihan dan aktivitas kaji respons
pasien.
Rasional
: menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia
adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia
atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Hernia
inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat
paha). Operasi hernia adalahtindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan
isihernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.
Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau
struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang
tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).
B. Saran
1. Dosen
: kiranya setelah mahasiswa persentase materi makalah ini, sebaiknya kembali
dijelaskan agar mahasiswa lebih memahami materinya.
2. Mahasiswa
: agar lebih aktif dalam forum diskusi.
0 Response to "Makalah Hernia"
Posting Komentar