Makalah Syok Hemoragik Pada Saat Persalinan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Kedaruratan dalam
pelayanan obsetetri dan ginekologi yang bisa berakibat fatal merupakan salah
satu kedaruratan yang tidak jarang terjadi. Jika diingat akan semua penyebab
utama kematian dalam obstetric, yaitu perdarahan, infeksi, gestosis, komplikasi
atau pengaruh sampingan anastesia pasca bedah, dan kegagalan jantung, maka
semua keadaan patologis ini terlebih dahulu diawali oleh syok yang jika tidak
terkendali dengan cepat akan berlanjut ke dalam stadium yang membahayakan jiwa.
Oleh karena itu, sangatlah penting mendalami sindroma syok agar mampu
mengantisipasi lebih awal segala sesuatunya daripada mencoba mengatasinya
setelah semuanya terlambat. Kata kunci dalam upaya mencegah kematian akibt syok
tak lain adalah pencegahan, antisipasi, deteksi dini dan ketepatan serta
kecepatan dalam mengambil tindakan.
Diagnosis syok dapat terjadi tanda dan gejala sebagai
berikut : nadi cepat dan lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan darah yang
rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, keringat atau kulit terasa dingin
dan lembab, pernapasan yang cepat (30 kali/menit atau lebih), gelisah, bingung,
atau hilangnya kesadaran, urin yang sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
Prinsip dasar penanganan syok bertujuan untuk melakukan penanganan awal dan
khusus dimana dapat menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan
sirkulasi darah, mengefisiensikan system sirkulasi darah dan tentukan penyebab
syok.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bertolak
dari permasalahan di atas maka Permasalahan yang diangkat adalah “Shock
Hemoragic”.
C.
BATASAN
MASALAH
Mengingat
luasnya permasalahan yang ada dan agar focus pada masalah, maka penulis
membatasi pokok bahasan pada pengertian, tanda dan gejala, serta penanganan
pada shock hemoragic.
D.
TUJUAN
Pembuatan
makalah ini mempunyai tujuan antara lain :
- Pengetahuan dan Pengalaman bagi pembacanya akan bertambah dan akhirnya meningkatkan mutu pengetahuan yang lebih baik.
- Mahasiswa dapat mengenal apa-apa saja gejala dan tanda pada shock hemoragic.
- Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penanganan pada shock hemoragik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Shock atau syok (rejatan) adalah kolaps akibat
kegagalan sirkualisi perifer yang akut dan biasanya terjai akibat trauma atau
perdarahan hebat. Penyebab utama syok adalah hemoragia antepartum dan
postpartum.
Tanda-Tanda Syok
|
|
Syok Awal
|
Syok Lanjut
|
Terbagun, sadar, cemas
|
Bingung atau tidak sadar
|
Denyut nadi agak cepat (110
permenit atau lebih)
|
Denyut nadi cepat dan lemah
|
Pernapasa sedikit lebih cepat (30
tarikan napas permenit atau lebih)
|
Napas pendek dan napas cepat
|
Pucat
|
Pucat dan dingin
|
Tekanan darah rendah-ringan
(sistolik kurang dari 90 mmHg)
|
Tekanan darah sangat rendah
|
Pengeluaran urine 30 cc perjam atau
lebih
|
Pengeluaran urine kurang dari 30 cc
perjam
|
B.
PATOFISIOLOGI
SINDROMA SHOCK
Semua macam syok, apa pun sebabnya, bersumber pada
berkurangnya perfusi jaringan dengan darah sebagai akibat gangguan sirkulasi
mikro. Suatu kesatuan sirkulasi mikro terdiri dari arteriol, metarteriol,
kapilar dan venula. Darah dari arteriol memasuki metarteriol, dari metarteriol
darah memasuki kapilar. Metarteriol mempunyai struktur antara arteriol dan
kapilar. Pada ujung kapilar di metarteriol didapat otot polos yang melingkari
kapilar (precapillary sphincter). Darah dari kapilar kemudian memasuki venula.
Keterangan gambar di atas :
1. arteriol
2. sfingter
prakapilar
3. metarteriol
4. venula
5. sfingter
prakapilar
Jumlah darah yang mengalir ke jaringan ditentukan oleh
besar kecilnya tahanan (resistence) dari arteriol-arteriol sirkulasi mikro,
sedangkan distribusi dan kecepatan darah dalam kapilar-kapilar diatur oleh otot
lingkar prakapilar (precapillary sphincters) yang menentukan jumlah kapilar yang membuka. Besar kecilnya
tahanan dalam pembuluh-pembuluh darah pasacakapilar ditentukan oleh keadaan
venula dan vena-vena kecil. Dalam keadaan normal aliran darah dalam suatu
kapilar adalah intermiten, hal ini disebabkan karena metarteriol dan sfingter
prakapilar mengadakan gerakan kontriksi dan dilatasi secara berganti-ganti
(vasomotion). Bila gerak pembuluh darah meningkat, maka konstriksi akan
menonjol dan aliran darah dalam kapilar akan mengurang. Sebaliknya, bila gerak
pembuluh darah mengurang, maka fase dilatasilah yang menonjol dan aliran darah
dalam kapilar akan bertambah.
Gerak pembuluh darah dalam sirkulasi mirko
dikendalikan oleh unsur-unsur lokal kimiawi dalam jaringan dan unsur-unsur yang
datang dari saraf. Pembuluh darah arteriol terutama dipengaruhi oleh unsur yang
datang dari saraf melalui susunan saraf simpatik, sebaliknya pembuluh-pembuluh
darah prakapilar dan otot lingkar prakapilar terutama dipengaruhi oleh keadaan
lokal kimiawi dalam jaringan.
Bilamana metabolisme dalam jaringan meningkat, dan timbul
suatu metabolisme yang anaerob seperti dalam syok, terjadilah peningkatan
tumpukan sampah metabolisme. Bahan-bahan ini mempunyai pengaruh mengurangi
tonus otot, pembuluh darah prakapilar dan dan sfingter prakapilar. Dengan
demikina timbul vasodilatasi, sehingga aliran darah kapilar meningkat,
sebaliknya bila aktifitas metabolic dala jaringan berkurang, metaboliter dapat
dalam konsentrasi yang lebih rendah, terjadilah vasokonstriksi
pembuluh-pembuluh darah prakapilar., sehingga aliran darah didalamnya menurun.
Pembuluh-pembuluh darah pascakapilar, seperti venula dan vena-vena kecil,
terutama berada dibawah pengaruh susunan saraf. Rangsangan simpatik yang
meningkat akan menimbulkan kontraksi ototpolos dari vena-vena kecildan venula
darai sirkulasi mikro.
Dengan demikian, kapasitasnya berkurang, sehinggan
meningkatkan pengaliran darah ke jantung. Sebaliknya penurunan tonus
pembuluh-pembuluh darah pascakapilar akan sangat mengurangi pengisian jantung
dan dapat mengakibatkan hipotensi yang berat.
C.
DEFINISI
SHOCK HEMORAGIC
Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh
darah yang bisa mengalir keluar tubuh (perdarahan eksternal) atau ke dalam
tubuh (perdarahan internal). Syok hemoragik adalah syok yang terjadi akibat
perdarahan dalam jumlah yang besar (500 ml). Banyak terjadi dalam obsetri,
disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan
perlukaan jalan lahir. Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan
mengganti segera darah yang hilang.
D.
SIRKULASI
SHOCK HEMORAGIC
Setelah terjadi pendarahan yang berat, volume darah
yang beredar menjadi sangat berkurang. Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi,
sehingga penderita jauh ke dalam keadaan syok. Setelah syok, terjadi
peningkatan kadar catecholamine dalam darah yang disertai vasokonstriksi
arteriola-arteriola dan venula-venula dalam sirkulasi mikro. Vasokonstriksi
pada pembuluh-pembuluh darah ini berlangsung karena rangsangan simpatik.
Akibatnya terjadi hipotensi, susunana saraf simpatik mendapat rangsangan dari
pusat-pusat vasomotor dalam medulla yang lebih dahulu dirangsang oleh
reseptor-reseptor regang (stretch receptors) yang berada dalam sinus karotikus
dan arkus aorta.
Dengan terjadinya vasokonstriksi arteriola-arteriola
dan venula-venula karena rangsangan simpatik, pembuluh-pembuluh tersebut
seolah-olah terperas, terjadilah suatu sympathetic squeezing. Pembuluh-pembuluh
darah dalam alat-alat vital tidak turut serta dalam sympathetic squeezing karena
aliran darah didalamnya hampir sepenuhnya diatur oleh unsur-unsur lokal. Akibat
kejadian-kejadian ini adalah mengurangnya aliran darah dalam daerah
splangnikus, uterus, ginjal, otot-otot dan kulit, sedangkan aliran darah dalam
jantung dan otak tetap. Terjadi semacam autotranfusi pada alat-alat vital.
Vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam sirkulasi mikro
menyebabkan tekanan hidrostatik dala kapilar-kapilar menurun. Keadaan ini
mengakibatkan perembesan cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang
intravaskular, peristiwa ini menambah volume darah yang beredar. Berkat
autotranfusi akibat terjadinya iskemia selektif alat-alat tubuh dan berkat
pengalliran cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang intravaskular, maka dalam
tingkat syok yang masih dikompensasikan, volume darah yang beredar curah
jantung (cardiac output) dapat dipertahankan, sehingga hipotensi dapat diatasi
dan perfusi jaringan terjamin. Dalam keadaan syok terjadi pula reaksi-reaksi
lain, seperti peningkatan produksi hormon antidiuretik oleh hipofisis dan
peningkatan produksi aldensteron oleh glandula surprarenalis, sehingga terjadi
penyimpanan air dan garam oleh ginjal, hal ini menguntungkan dalam
mempertahankan volume darah dalam sirkulasi. Dalam stadium syok hemoragi
reversible yang masih dini pemberian cairan dan elektrolit intravena
mempercepat homeostatis. Bila perdarahan berlangsung terus dan tidak
terkendalikan, maka volume darah yang beredar makin berkurang dan tekanan darah
tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan makin mengurangnya perfusi dengan darah,
hipoksia jaringan makin berat dan pengumpulan metabolit makin banyak. Meskipun
masih dalam pengaruh saraf simpatik, penumpukan metabolit pada akhirnya
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh-pembuluh darah prakapilar yang mengalami
dilatasi, kemudian disusul oleh pembuluh-pembuluh darah pascakapilar. Dengan
terjadinya vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah dalam sikulasi mikro ini,
tertimbunlah darah didaerah kapilar. Dengan demikian, volume darah yang
mengalir kembali ke jantung makin berkurang. Disparitas antara volume darah
yang beredar dengan kapasitas daerah vascular (vascular bed) makin besar,
sehingga hipotensi menjadi makin berat. Akibat tekanan darah diastolic yang
menurun, maka aliran darah dalam arteria koronaria berkurang, sehingga
menimbulkan anoksia pada otot jantung yang mengakibatkan kelemahan jantung.
Dalam perkembangan proses selanjutnya vena-vena kecil dan venula pascakapilar
tidak lagi menunjukan reaksi terhadap rangsangan simpatik. Sirkulasi mikro
dalam keadaan demikian sepenuhnya dalam pengaruh zat-zat vasodilator endogen.
Dalam fase terakhir dari syok hemoragi yang tidak reversible lagi terdapat
tanda-tanda kegagalan fungsi alat-alat tubuh vital.
E.
SHOCK
HEMORAGIC
a) Syok
hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
·
Syok reversibel
dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
Dalam tingkat ini kadar
katekolamin meningkat ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Tekanan darah masih normal atau mulai turun. Penanganan segera dapat mengatasi
syok dengan mudah.
·
Syok reversibel
lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
Vasokonstriksi
terus-menerus, bagian perifer tubuh dingin, tekanan darah turun, nadi cepat,
dan terjadi penumpukan darah dalm vena-vena didaerah tertentu. Jumlah darah
yang mengalir dalam peredaran darah umum dan yang ke jaringan berkurang. Untuk
penanganan diperlukan upaya dan jumlah cairan (atau darah) yang lebih banyak.
b) Syok
hemoragi dalam obsetri dapat dijumpai pada :
·
Antepartum :
plasenta previa, solusio plasenta. Hemoragi antepartum adalah perdarahan
sebelum melahirkan yang biasanya diklasifikasikan sebagai perdarahan apapun
dalam kehamilan sesudah usia kehamilan 24 minggu.
Perbedaan solusio
plasenta dan plasenta previa.
Solusio Plasenta
|
Plasenta Previa
|
|
Perdarahan
|
Merah tua s/d coklat hitam. Terus
menerus Disertai nyeri
|
Merah segar, Berulang Tidak nyeri, Tak tegang
|
Uterus
|
Tegang, bagian janin tak
teraba,Nyeri tekan
|
Tak tegang, Tak nyeri tekan
|
Syok/Anemia
|
Lebih sering, Tidak sesuai dengan
jumlah darah yang keluar.
|
Jarang, Sesuai dengan jumlah darah
yang keluar.
|
Fetus
|
40% fetus sudah mati, Tidak
disertai kelainan letak.
|
Biasanya fetus hidup, Disertai
kelainan letak.
|
Pemeriksaan
Dalam
|
Ketuban menonjol walaupun tidak
his.
|
Teraba plasenta atau perabaan fornik
ada bantalan antara bagian janin dengan jari pemeriksaan.
|
Penyebab hemoragi antepartum :
1. Pelepasan
mendadak plasenta yang letaknya normal (solusio plasenta)
2. Perdarahan
dari plasenta yang letaknya abnormal (plasenta previa)
3. Perdarahan
otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral, perdarahan otak
atau serebral ini dapat tejadi pada kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi
misalnya eklampsia dan hipertensi esensial.
4. Perdarahan
dengan jumlah kehilangan darah yang telihat jauh lebih sedikit dari pada jumlah
kehilangan , tanda-tanda klinis tidak sesuai dengan hasil pengukuran jumlah
darah yang hilang.
·
Intrapartum :
ruptura uteri
·
Postpartum :
perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena perdarahan, infeksi,
dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa kematian dalam kebidanan. Hemoragi
postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus
genitalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum ada 2
yaitu :
1. Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup
semua kejadian peradarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
2. Hemoragi
postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang terjadi antara 24 jam
setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.
Penyebab hemoragi postpartum primer :
1. Uterus
atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan)
2. Trauma
genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau
gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk seksio
sesarian, episiotomy)
3. Koagulasi
intravaskular diseminata
4. Inversi
uterus
Penyebab hemoragi postpartum sekunder :
1. Fragmen
plasenta atau selaput ketuban tertahan
2. Pelepasan
jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi serviks, vagina, kandung
kemih, rektum
3. Terbukanya
luka pada uterus (setelah seksio sesarian atau ruptru uterus)
Faktor yang menempatkan maternal
pada risiko tinggi Hemoragi Postpartum
|
||
Terjadi
sebelum kehamilan sekarang
|
Muncul
selam kehamilan sekarang
|
Muncul
saat persalinan
|
Primigravida
|
Plasenta previa
|
Persalinan induksi
|
Paritas tinggi (4+)
|
Abrupsi plasenta
|
Persalinan macet/lama
|
Fibroid
|
Polihidramnion
|
Persalinan presipitas
|
Plasent tertahan
terdahulu, PPH terdahulu
|
Kehamilan ganda
|
Kelahiran dengan korsep
|
Pembedahan terdahulu
pada uterus termasuk seksio sesarian terdahulu
|
Kematian intrauterin
|
Seksio sesarian
|
Persalinan lama/macet
terdahulu
|
eklampsia
|
Anestesi umum/epidural
|
Penyakit yang diderita
(diabetes, jantung, kelainan pembekuan darah)
|
Hepatitis
|
Korioamnionitis
|
Anemia
|
Setiap kondisi yang
berkaitan dengan anemia (seperti malaria, infeksi cacing tambang)
|
Koagulasi intravaskular
diseminata
|
F.
PENANGANAN
SHOCK HEMORAGIC
Pada syok hemoragi tindakan esensial adalah
menghentikan perdarahan dan menganti kehilangan darah. Setelah diketahui adanya
syok hemoragi, penderita dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam
poisi terlentang biasa dengan kaki sedikit tinggi (30˚). Dijaga jangan sampai
penderita kedinginan badannya. Setelah kebebasan jalan nafas terjamin, untuk
meingkatkan oksigenisasi dapat diberi oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui
jalan nafas. Sampai diperoleh persediaan darah buat tranfusi, pada penderita
melalui infus segera diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCl 0,9%,
ringer laktat, dekstran, plasma dan sebagainya. Sebagai pedoman dala menentukan
jumlah volume cairan yang diperlukan, dipergunakan ukuran tekanan vena pusat
(CVP) dan keadaan diuresia. CVP dapat dipergunakan untuk menilai hubungan
antara volume darah yang mengalir ke jantung dan daya kerja jantung. Tinggi CVP
pada seseorang yang sehat yang berbaring adalah 5-8 cm air. Tekanan akan
menurun jika volume darah itu menjadi kurang dan akan menarik dengan
berkurangnya daya kerja jantung. Dengan demikian, CVP penting untuk memperoleh
informasi tentang keseimbangan antara darah yang mengalir ke jantung dan
kekuatan jantung, serta untuk menjaga jangan sampai pemberian cairan dengan
jalan infus berlebihan. Selama CVP masih rendah pemberian cairan dapat
diteruskan akan tetapi jika CVP lebih dari normal (15-16 cm air), hal itu
merupakan isyarat untuk menghentikan atau saat untuk menggurangi pemberian
cairan dengan infus. Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai pedoman pemberian
darah. Kadar hematokrit normal 40%, dan pada perdarahan perlu diberi darah
sekian banyak, sehingga hematokrit tidak kurang dari 30%. Jika dianggap perlu
kepada penderita syok hemoragi diberi cairan bikarbonat natrikus untuk mencegah
atau meanggulangi asidosis. Penampilan klinis penderita banyak member isyarat
mengenai keadaan penderita mengenai hasil perawatannya.
·
Terapi :
1. Tindakan
umum
Letakkan penderita datar
punggunya, tinggikan kedua tungkai : “ posisi pisau lipat”. Cegah agar tidak
kedinginan (selimut, bantal), berikan oksigen.
2. Hemostatis
Pada suatu kedaruratan,
tergantung atas penyebabnya, pembuluh darah atau serviks yang ruptura diklem,
uterus ditekan bimanual, tekan aorta. Dalam banyak hal, tidak mungkin
mengefektifkan hemostatis ditempat praktek dokter (kehamilan prematur, ektopik,
ruptura uteri, hematoma supralevator)
3. Pergantian
volume
Berikan larutan koloid
(haemaccel, plasmafucin, plasmagel, macrodex): maksimum 1500 ml (ekspander
plasma). Berikan setengah atau dua pertiga larutan elektrolit : 1000-4000 ml
(pengganti ekstrasel). Tranfusi darah : ganti perdarahan yang banyak dengan
drah lengkap.
4. Kendalikan
gangguan mikrosirkulasi dan tetapkan sentralisasi
Berika Hydergine
mula-mula sampai 1,2 mg, kemudian 0,6 mg IV. Berikan Rheomacrodex (10%) :
maksimum 10 ml/kg berat badan, tetapi hati-hati pada insufisiensi ginjal.
5. Hilangkan
nyeri
Hanya bila diperlukan,
kemudian berikan Demerol dalam dosis kecil : maksimum 50 mg per dosis.
6. Penatalaksanaan
koagulasi
Selalu curiga kelainan
pembekuan darah bila darah yang mengalir dari genitalia tidak membeku atau
membeku sangat lambat
7. Memantau
fungis ginjal
Pada prinsipnya pasang
kateter “indwelling”. Ukur pengeluaran air seni setiap jam.
8. Penatalksanaan
jantung
Pada jantung yang tidak
rusak sebelumnya dan pada penderita tua : Kombetin (strofantin) 0,25-0,5 mg IV
atau Lanoxin (digitoksin) 0,25 mg IV.
9. Tindakan
klinis
Intubasi, pernapasan
dikontrol. Koreksi keseimbangan asam-basa, kemungkinan osmoterapi (Mannitol)
Streptokinase dalm syok hemoragi yang cepat progresif.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Shock hemoragic
adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar (500 ml).
disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan
perlukaan jalan lahir. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
·
Syok reversibel
dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
·
Syok reversibel
lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
Syok hemoragi dalam
obsetri dapat dijumpai pada :
·
Antepartum :
plasenta previa, solusio plasenta.
·
Intrapartum :
ruptura uteri
·
Postpartum :
perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir.
Penanganannya
adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah yang hilang.
DAFTAR
PUSTAKA
Heller, Luz. 1997. GAWAT DARURAT GINEKOLOGI DAN OBSTETRI. Jakarta : EGC.
DSOG., Chalik, dr. TMA. 1997. HEMORAGI UTAMA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI. Jakarta : Widya Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Rab, Prof. Dr. H. Tabrani. 1999. PENGATASAN SHOCK. Jakarta : EGC.
MPH., Mochtar, Prof. Dr. Rustam.
1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta : EGC.
WHO. 2001. SAFE MOTHERHOOD MODEL HEMORAGI POSTPARTUM. Jakarta : EGC.
0 Response to "Makalah Syok Hemoragik Pada Saat Persalinan"
Posting Komentar