Makalah Obstruksi Usus Halus dan Usus Besar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran
usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi
usus halus merupakan suatu kondisi penyumbatan
patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi usus besar
merupakan suatu kondisi penyumbatan patologis akinbat adanya kelainan mekanik
atau nonmekanik pada usus besar. Obstruksi usus besar dapat disebabkan oleh
neoplasma atau kelainan anatomi,seperti volvulus , hernia inkaraserata,striktur
atau obstipasi. Kelainan nonmekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi
pseudo-obstruksi (McCowan , 2009)
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran
umum tentang penyakit Obstruksi Usus besar dan usus halus dan bagimana
cara melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit obstruksi usus halus dan usus besar..
C.
Tujuan
Tujuan kami
membuat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai
penyakit obstruksi usus besar dan usus halus dan bagaimana cara melakukan
asuhan kepada klien dengan penyakit obstruksi usus besar dan usus halus.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A Konsep
Dasar
1. Anatomi Fisiologi
a.
Usus halus (usus kecil)
Usus
halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M
sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal), dan lapisan serosa (Sebelah
Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Fungsi usus halus
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap
protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohirat
diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.
b. Usus dua belas jari (Duodenum)
Panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri.Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian
dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
c. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering
ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas
jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
“kosong”.
d.Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian
terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
e.
Usus Besar (Kolon)
Panjangnya
± 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Usus
besar terdiri dari :
1) Kolon
asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum
sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm.
2) Kolon
transversum.Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang
± 28 cm.
3) Kolon
desendens (kiri).Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
4) Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri
yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
f.
Usus Buntu (sekum)
Usus
buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis
reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing (Syaifuddin.
2006).
2. Pengertian
a. Obstruksi usus
adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001).
b. Obstruksi merupakan
suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
c. Obstruksi usus
merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan
makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
d. obtruksi usus halus
adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan mekanik pada
usus halus.
e. obstruksi usus besar
adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan mekanik atau
non mekanik pada usus besar.
f. Ileus adalah
gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72).
Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan, obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu
blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat
secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan.
3. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi :
a. Obstruksi
paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus)
Suatu keadaan dimana
otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke bawah (gangguan peristaltik).
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai
darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2
sampai 3 hari.
b. Obstruksi mekanik
atau mekanikal obstruksi
Obstruksi atau sumbatan
yang terjadi di intraluminal atau intramural akibat tekanan pada dinding usus.
Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat
obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi).Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi,
tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah,
iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata
yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, menyebabkan gangren dinding
usus (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72-73).
4. Etiologi
a. Mekanis
1) Adhesi atau
perlengketan pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan abdominal
sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa melilit pada
sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu kusut atau menekan segmen itu
sehingga bisa terjadi segmen tersebut mengalami supply darah yang kurang.
2) Tumor atau
polip. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
3) Hernia. Hernia bisa
menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami strangulasi dari kompresi
sehingga bagian tersebut tidak menerima supply darah yang cukup. Bagian
tersebut akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
4) Volvulus.
Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya bisa menyebabkan
gangrene dan perforasi jika tidak segera ditangani karena terjadi gangguan
supply darah yang kurang .
5) Intususepsi.
Intussusepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari usus ke dalam lumen
usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum bagian distal
dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam lumen cecum.
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik.
Tidak
ada gerakan peristaltis bisa diakibatkan :
a) Pembedahan abdominal
dimana organ-organ intra abdominal mengalami trauma sewaktu pembedahan
b) Elektrolit
tidak seimbang truma hypokalemia
2) Lesi medula
spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf pada sakral 4,
misal pada penderita spina bifida.
3) Enteritis
regional
4) Ketidakseimbangan
elektrolit
5. Patofisiologi
Patofiologi usus halus
yaitu Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus akan meningkatkan di latasi
usus proksimal serta akan memberikan manifestasi akumulasi sekresi dan udara
pada saluran gastrointestinal. Di latasi usus ini merangsang aktivitas sel-sel
sekretorit untuk menghasilkan lebih banyakakumulasi cairan. Kondisi ini akan
meningkatkan peristaltik baik di atas dan di bawah lesi obstuksi. (khan,2009)
Respon muntah merupakan kondisi awal
terjadi jika tingkat obstruksi pada bagian proksimal, kondisi meningkatkan
distensi usus halus menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal. Hal ini dapat
menyebabkan kompresi mukosa limfatik menjadi limfedema pada dinding usus.ketika
tekanan hidrostatik intralumen tinggi , maka akan meningkatkan tekanan
hidrostatik kapiler dan akan
menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air, elektrolit, dan protein masuk ke
dalam lumen intestinal. Kehilangan cauran dan kondisi dehidrasi yang bterjadi
kemudian bisa bertambah berat dan berkonstribusi terhadap resiko morbiditas dan
kematian. (shieds 1965) .
Patofisiologi usus besar yaitu obstruksi mekanis dan
pseudo-obstruksi dari usus besar menyebabkan pelebaran usus di bagian proksimal
dari lesi obstruksi. Hal ini menyebabkan edema mukosa dan gangguan aliran darah
vena dan arteri ke usus. Edema dan iskemia usus meningkatkan permebilitas
mukosa usus, yang dapat mengakibatkan translokasi bakteri, sepsis ,dehidrasi,
dan gangguan elekrolit. Iskemia yang berlanjut pada nekrosis dinding usus akan
meningkatkan resiko perforasi dan peristonitis.
7. Manifestasi
Klinik
a. Obstruksi usus halus
1) Gejala awal
biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian epigasterium yang
cenderung bertambah sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat intermiten
(hilang timbul). Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari
usus halus (jejunum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konsten
atau menetap.
2) Klien dapat
mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat
flatus.
3) Umumnya gejala
obstruksi berupa konstipasi yang berakhir pada distensi abdomen, tetapi pada
klien obstruksi partial bisa mengalami diare.
4) Pada obstruksi
komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong ke arah mulut.
5) Apabila
obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin
kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya
distensi abdomen.
6) Jika obstruksi usus
terjadi terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat
dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi, suhu tubuh biasanya normal, tapi kadang – kadang dapat meningkat.
Demam menunjukkan obstruksi strangulata.
7) Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat.
Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah
dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat
dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.
b. Obstruksi usus
besar
1) Nyeri perut yang
bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah.
2) Muntah muncul
terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien dengan obstruksi di
sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu – satunya selama
beberapa hari.
3) Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat
dari luar melalui dinding abdomen.
4) Klien mengalami
kram akibat nyeri abdomen bawah
(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 339)
8. Komplikasi
a. Nekrosis usus
b. Perforasi usus dikarenakan obstruksi
yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
c. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam
rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada
intra abdomen
d. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang
tidak tertangani dengan baik dan cepat.
e. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi
dan kehilangan volume plasma
f. Abses sindrom usus pendek dengan
malabsorpsi dan malnutrisi
g. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
h. Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat
terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen
dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam
darah (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 77).
9. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal,
ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan
serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolic bila muntah berat, dan metabolic asidosis
bila ada tanda – tanda syok, dehidrasi dan kitosis.
b. Pemeriksaan
foto polos abdomen
Dapat memperlihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas antara air dan udara atau
gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan tangga, terutama pada obstruksi
bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam dinding
usus. Udara bebas pada foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
c.
Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara
klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT scan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan pada dinding usus
(obstruksi komplet, abses, keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum.
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. Pemeriksaan
radiologi dengan barium enema
Pemeriksaan ini
mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang
tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
e. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini akan
mempertunjukkan gambaran penyebab dari obstruksi.
f. Pemeriksaan
MRI
Teknik ini digunakan
untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.
g. Pemeriksaan
angiografi
Angiografi mesenteric
superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
intususepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi
(Suratun &
Lusianah, 2010, hlm 340 – 341)
10. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1)
Penderita dipuasakan.
2)
Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
3) Koreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
a)Terapi
Na+, K+, komponen darah
b)
Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
c)
Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4) Dipasang
kateter urin untuk menghitung balance cairan.
5)
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
7)
Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke
ujung.
8) Ostomi
barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
b.
Medications
Antibiotics
broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic apabila nyeri.
(Medlinux.com).
c.
Surgery
Bila
telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di perhatikan :
a) Berapa
lama obstruksinya sudah berlangsung.
b) Bagaimana
keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya
maupun kondisi sebelum sakit.
c) Apakah
ada risiko strangulasi.
Indikasi intervensi bedah
a) Obstruksi usus dengan prioritas tinggi
adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi kolon.
b) Operasi dilakukan setelah rehidrasi
dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.
c) Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui
laparotomi.
Kewaspadaan
akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong
dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24
jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada
umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus.
1) Koreksi
sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata
non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan
operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
3)
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat
dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen
usus, misalnya pada carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan sebagainya.
5) Pada
beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap,
baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Obstruksi usus adalah
gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera
memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus merupakan penyunbatan disaluran
usus dank arena adanya kelaina anatomi pada usus. Etiologi dari obstruksi ada
dua yaitu secara mekanis dan nonmekanis. Tanda dan gejala obstruksi usus
halus gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang
cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang
timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus. Sedangkan untuk obstruksi
usus besar nyeri perut yang bersifat
kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya
jauh lebih rendah. Klasifikasi terbagi menjadi dua yaitu Obstruksi paralitik
(ileus paralitik atau paralitic ileus) dan Obstruksi mekanik atau mekanikal
obstruksi. Komplikasi obstruksi usus Perforasi usus
dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen, Syok dehidrasi terjadi
akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
DAFTAR PUSTAKA
Closky, Bulaceck G. 2000. Nursing intervention classification (NIC).
Mosby: Philadelphia
Dermawan, dkk. 2010. Keperawatan
medika bedah sistem pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta: Salemba
Medika.
Johnson. 2000. Nursing outcome classification (NOC).
Mosby: Philadelphia
Nettina,
Sandra M. 2001. Pedoman
praktik keperawatan.
Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC.
0 Response to "Makalah Obstruksi Usus Halus dan Usus Besar "
Posting Komentar