Makalah Sindaktili
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu kelainan bawaan sejak lahir adalah
sindaktili yakni kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga
telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa.
Sindaktili
merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak
tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Dalam
keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di
antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah
sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya,
jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.
Jari
yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk dengan jari tengah, jari` tengah dengan
jari manis, atau ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran.
Lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Sindaktili ?
2.
Apa etiologi Sindaktili ?
3.
Bagaimana patofisiologi Sindaktili ?
4.
Apa manifestasi klinik Sindaktili ?
5.
Bagaimana penatalaksanaan Sindaktili ?
6.
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Sindaktili ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa
dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal yaitu Sindaktili.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat
menjelaskan :
a. Pengertian Sindaktili
b. Etiologi Sindaktili
c. Patofisiologi Sindaktili
d. Manifestasi klinik Sindaktili
e. Penatalaksanaan Sindaktili
f. Asuhan keperawatan pada klien dengan Sindaktili
D. Metode
Penulisan
Metode
penulisan makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan
literatur dari beberapa sumber.
E. Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II :
Tinjauan teoritis tentang Sindaktili dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Sindaktili
BAB III : Penutup yang teridiri dari
kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN SINDAKTILI PADA BALITA DAN
DEWASA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Sindaktili merupakan kelainan jari berupa
pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti
kaki bebek atau angsa (webbed fingers).
Sindaktili merupakan
kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari
tidak terpisah, dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi hubungan satu, dua,
atau lebih jari-jari. Hubungan jari-jari dapat terjadi hanya pada kulit dan
jaringan lunak saja, tetapi dapat pula terjadi hubungan tulang dengan tulang.
(Muttaqin, 2008)
Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang
membawa “perintah” kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati, sehingga
kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut
mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah
menjadi lima jari.
Jari yang sering mengalami pelekatan adalah
jari telunjuk dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau
ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran.
2. Etiologi
Kebanyakan
akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi
janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang
dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan
genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan. Kemungkinannya dapat
diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama
hamil.
Penyebab langsung sindaktili sering kali sukar
diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya sindaktili
antara lain :
a. Kelainan
Genetik dan Kromosom
Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas sindaktili
pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa,
tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
Dengan adanya
kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran , maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.
b. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik
pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ
tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ.
c. Faktor
Obat
Beberapa
jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali, walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan ; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
d. Faktor Radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali
akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi
yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi
pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi
yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis
sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
e. Faktor
Gizi
Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan
dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada
penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.
f. Faktor-Faktor
Lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga
dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab
kelainan kongenitai tidak diketahui.
3. Patofisiologi
Pada awal
perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki adalah normal. Pada sekitar
16 minggu kehamilan, apoptosis (kematian sel) berlangsung dan enzim
menghilangkan selaput tersebut. Pada beberapa janin, proses ini tidak
terjadi sepenuhnya antara semua jari tangan atau kaki sehingga selaput
tersebut menetap.
Sindaktili
(jari-jari saling berlekatan) yang disebabkan gen homozigot (karier) melakukan
perkawinan dengan sesamanya, kemungkinan anaknya adalah :
P : Ss (normal karier) >< Ss (normal
karier)
G : S dan s
F1 :
SS = sindaktili
Ss = normal karier
Ss = normal karier
ss = normal
Dari
perkawinan tersebut, kemungkinan anaknya yang normal dan yang menderita
sindaktili adalah 3 : 1.
4. Manifestasi
Klinis
Bentuknya ada
yang pelekatannya hanya sepertiga dari panjang jari, atau sepanjang jari saling
melekat. Pelekatan juga bisa hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon
(jaringan lunak), bahkan pada kedua tulang jari yang bersebelahan. Kelainan ini
dapat mengganggu proses tumbuh-kembang karena jari yang dempet menghambat
pertumbuhan jari dari gerakan jari-jari lain di sampingnya. Bila tidak diatasi,
dapat mengganggu perkembangan mental anak. Kadangkala dilakukan cangkok kulit
untuk menutup
sebagian luka, sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit yang lebih lama
dibandingkan operasi penanganan polidaktili.
5. Penatalaksanaan
Penanganan sindaktili dapat berupa tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukan kelainan kongenital pada bayi
baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis
kemungkinan faktor penyebab langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
Cara mengatasinya dengan melakukan operasi
pemisahan pada jari-jari yang saling melekat atau menyatu. Operasi pemisahan
jari-jemari dilakukan setelah anak berumur antara 12-18 bulan. Bila ada
beberapa jari yang melekat, operasi pemisahan dilakukan satu persatu untuk
menghindari komplikasi pada luka dan sistem perdarahan jari yang dipisahkan.
Penatalaksanaan yang
sering dilakukan adalah tindakan operasi dengan memisahkan jari-jari yang
kemungkinan memerlukan skin graft.(Muttaqin,
2008)
B. KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Identitas
a.
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2.
Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
Paliatif atau Provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana penyakit tersebut dirasakan oleh klien, Regional
(R) yaitu penyakit tersebut menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi ketidaknyamanan atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan penyakit tersebut.
c. Riwayat
kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan
keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
sindaktili.
3.
Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun
objektif melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
c. Pengkajian Fisik :
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang diantaranya amati kenormalan
susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui
adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan. Skelet tubuh di kaji mengenai adanya deformitas tulang dam
kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat
dijumpai. Pemendekan ekstermitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis harus di catat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan adanya fraktur tulang.
Bisa teraba krepitus ( suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen
tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut ( Smeltzer, 2002)
4. Diagnosa
Keperawatan
a. Pre Operasi
1)
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
2)
Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
3)
Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal
b. Post Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2)
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3)
Resiko tinggi terhad ap
infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4)
Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
5. Intervensi
Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Ansietas
berhubungan dengan rencana pembedahan.
Hasil Yang
Diharapkan :
•
Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan
dengan mereka.
•
Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
•
Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi :
a)Informasikan
pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi.
R/ : Kembangkan
rasa percaya /
hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan yang
asing.
b)
Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
R/ : Rasa takut
yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang
berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat
anestesi.
c)Validasi
sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
R/ : Mengidentifikasi
rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara
realistis, misalnya kesalahan identifikasi / operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.
d)
Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan dokter,
anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
R/ : Mungkin
diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang / teratasi.
2) Kurang
pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil Yang
Diharapkan :
•
Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan harapan pasca
operasi.
•
Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
•
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a)
Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi.
b)
Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal
dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju
untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan
konsep.
c)
Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat
memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d)
Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan dan
prosedur pra operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus,
pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan
kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien
dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi
3) Harga diri rendah
berhubungan dengan kelainan kongingetal
Hasil yang diharapkan :
·
Mengungkapkan penerimaan diri
·
Komunikasi terbuka
·
Pemenuhan peran yang signifikan
·
Keinginan untuk melawan orang lain
Intervensi :
a) Pantau pernyataan pasien tentang
penghargaan diri
b) Tentukan rasa percaya diri pasien dalam
penilaian diri
c) Ajarkan keterampilan untuk bersukap
positif melalui bermain peran, conroh peran, diskusi, dan sebagainya
d) Berikan informasi tentang pentingnya konseling
dan ketersediaan sumber-sumber di komunitas
b. Post Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Hasil Yang
Diharapkan :
• Mengatakan
bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.
• Tampak
santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Intervensi :
a)
Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).
R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna
dalam pengawasan keefektifan obat.
b)
Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.
R/ : Membantu
untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri /
rasa tidak nyaman.
c)Berikan
posisi yang nyaman.
R/ : Posisi
dapat membantu mengurangi nyeri.
d)
Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.
R/ : Terapi
analgetik dapat mengurangi nyeri.
2)
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Hasil Yang
Diharapkan :
• Mencapai
penyembuhan luka.
• Mendemonstrasikan
tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Intervensi :
a)
Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.
R/ : Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses
penyembuhan.
b)
Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses
penyembuhan luka / berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih serius.
c)
Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya
evolusi dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus /
adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya perdarahan,
infeksi).
d)
Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik
aseptik yang ketat.
R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan
kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi
(pengikisan kulit).
e)
Gunakan teknik aseptik saat merawat luka / jahitan.
R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi
infeksi bakterial pada luka jahitan.
f)
Perhatikan intake nutrisi klien.
R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan
luka.
3) Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Hasil Yang
Diharapkan :
•
Mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk
mengurangi potensial infeksi.
•
Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi :
a)
Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan
aseptik.
R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk
mencegah infeksi.
b)
Uji kesterilan semua peralatan.
R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa
kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket, dan
teknik pengiriman.
c)
Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu
terjadi.
R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak
personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga
meningkatkan resiko infeksi.
d)
Berikan antibiotik sesuai petunjuk.
R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila
dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
4) Kurang
pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil Yang
Diharapkan :
•
Mengutarakan pemahaman proses penyakit / harapan pasca operasi.
•
Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
•
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a)
Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi.
b)
Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal
dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju
untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan
konsep.
c)
Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat
memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d)
Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual : pembatasan dan
prosedur pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan
diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan
control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien
dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindaktili
merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak
tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers).
Kebanyakan
akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi
janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi
ibu selama masa kehamilan.
Pada awal
perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki adalah normal. Pada
sekitar 16 minggu kehamilan, apoptosis berlangsung dan enzim menghilangkan
selaput tersebut. Pada beberapa janin, proses ini tidak terjadi sepenuhnya
antara semua jari tangan atau kaki sehingga selaput tersebut menetap. Sindaktili
(jari-jari saling berlekatan) yang disebabkan gen homozigot (karier) melakukan
perkawinan dengan sesamanya.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua
dapat mengetahui konsep dasar penyakit sindaktili dan asuhan
keperawatan penyakit sindaktili.
0 Response to "Makalah Sindaktili "
Posting Komentar