MAKALAH KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada abad
ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana.
Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha
(Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin
(1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan
Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin
oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim
di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku
Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi
kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana
Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore ?
1.2.2
Dimana
Letak Kerajaan Ternate Tidore?
1.2.3
Bagaimana
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore ?
1.2.4
Kapan
Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ?
1.2.5
Kapan
Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui dimana letak Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.2
Untuk
mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.3
Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.4
Untuk
mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.5
Untuk
mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate Tidore.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore
Masuknya Islam ke Maluku
erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa
menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang
disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh
Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan
Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku
sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku
Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi
kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku Dalam perkembangan
selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di
kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan
Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga
daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian
timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore,
sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi,
dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan Ternate Kerajaan
Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku Persaingan di
antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan
ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi pemimpin dalam
persekutuan tersebut, yaitu:
a.
Uli-Lima
(persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi
dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan
dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b.
Uli
Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera
Jailalo sampai ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan
Sultan Nuku Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan
Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagia
timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh
sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil
lainnya di Indonesia.
2.2 Letak
Kerajaan Ternate Tidore
Secara geografis
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan
Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah
terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah
menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga
setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan
untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk
menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi
aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.
2.3 Aspek
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore
a. Kehidupan
Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di
antaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara
dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo
atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis
langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan
Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika
datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua
bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan
kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur
melalui Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis
tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat
kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng
Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat
dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate,
semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa
Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara terang-terangan menentang
politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat
Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit
menentang Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi
kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Pada
tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi
tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa
di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi
ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah
melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
b. Kehidupan
Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan
rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda
banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain
itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
c. Kehidupan
Sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan
untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga
ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan
Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku
terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu,
tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk
memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan
sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya
orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah
yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang
yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal
ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat
Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum
berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda.
Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan
sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
d. Kehidupan
Budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas
perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat
Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
2.4 Masa
Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate
a. Masa
Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate.
Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah
Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama
Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang
kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah
Syekh Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate
dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda
kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu,
baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran
rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau
Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat
menjajah kembali.
b. Masa
Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan
Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah
tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah
diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
2.5 Masa
Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore
a. Masa
Kejayaan Kerajan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate.
Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah
Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama
Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang
kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah
Syekh Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate
dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda
kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu,
baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran
rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau
Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat
menjajah kembali.
b. Masa
Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan
Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah
tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah
diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada abad
ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana.
Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha
(Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin
(1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan
Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin
oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim
di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku
Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi
kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat
penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di
daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil
rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
3.2 Saran
Dari
keberadaanya Kerajaan Ternate & Tidore di wilayah nusantara pada masa yang
lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita.
Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama –
sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan
kita semua
DAFTAR PUSTAKA
http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm
http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaan-islam-di-Sulawesi/
http://mynewblogova.blogspot.com/2015/04/makalah-sejarah-indonesia-kerajaan.html
http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://kudasarjana.blogspot.com/2013/11/makalah-sejarah-kerajaan-ternate-dan.html
0 Response to "MAKALAH KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE"
Posting Komentar