MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan
tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal
tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Misalnya jika
masyarakat menghargai kekayaan material dari pada
kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan
yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok
dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Bentuk-bentuk kongkrit
lapisan-lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan banyak. Namun secara
prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu
dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu
sama lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia
dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian
adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian
sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi
masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam
masyarakat tersebut.
Filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan
bahwa zaman dahulu di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya
sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman
itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang
mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang
mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak
memiliki sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang
rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat
dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial (social
stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas
atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas
bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat
berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau kelompok dalam suatu
organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat itu
akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada
sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya kehidupan bersama dalam
suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan
seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan
budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit
teknologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan
masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk
lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu
ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama
lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia
dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian
adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian
sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi
masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam
masyarakat tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.
Apa yang
dimaksud dengan stratifikasi sosial?
2.
Apa saja
dasar-dasar stratifikasi sosial?
3.
Apa unsur-unsur
yang ada stratifikasi masyarakat?
4.
Bagaimana
sifat-sifat tratifikasi sosial?
5.
Bagaimana proses
terbentuknya stratifikasi sosial?
6.
Apa fungsi strafikasi social?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui dan
memahami stratifikasi sosial.
2.
Mengetahui dasar-dasar stratifikasi sosial
3.
Mengetahui unsur-unsur yang ada stratifikasi
masyarakat.
4.
Mengetahui sifat-sifat stratifikasi sosial
5.
Mengetahui proses terbentuknya stratifikasi sosial
6.
Mengetahui fungsi stratifikasi sosial
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota
masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal
dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis.
Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap
individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
B.
Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan
Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1. Ukuran
kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai
kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat
dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan persawahan
dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa siapa yang
bisa untuk membeli hewan ternak itu adalah hanya
orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan
dengan adanya hewan ternak tersebut si pemilik
atau peternak bisa membiayai untuk kebutuhan hidupnya.
2.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan
menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang
tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.
3. Ukuran
kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas
dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa
pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang
yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berperilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu
pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam
gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang,
misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar
yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,
sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, membuat ijazah palsu dan seterusnya.
C.
Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
1. Kedudukan
(Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial
2. Peranan
(Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seperti peranan peternak kambing sebagai penggerak roda perekonomian yang
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
D. Sifat-sifat Stratifikasi Sosial
1. Ascribed
Ascribed
status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras,
kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja
keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses karena keuletan dan kegigihannya
sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dll.
3. Assigned
Assigned
status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku,
ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
Bentuk
stratifikasi sosial diantaranya sebagai berikut :
·
Sistem Kasta (tertutup)
Sistem kasta memilki karakteristik sistem kelas yang horizontal (strata)
yang merefresentasikan area-area fungsional yang terdapat dalam masyarakat.
Area-area tersebut meliputi religi (agama), pendidikan, pemerintahan dan
bisnis. Masing-masing area kemudian disusun berdasarkan atas tingkat
kepentingan fungsional dalam masyarakatnya.
·
Sistem Estate (tertutup)
Bentuk kedua
dari stratifikasi sosial adalah sistem estate yang pada dasarnya juga
berdasarkan pada sistem kelas tertutup, tetapi lebih luas bila dibandingkan
dengan sistem kasta. Sistem estate mencapai masa kejayaannya pada masa
feodalisme di eropa dan masih digunakan oleh beberapa negara yang tetap
mempertahankan sistem aristokrasi atau kepemilikan tanah secara turun temurun
(feodalis Eropa). Istilah ”estate” berasal dari istilah feodal Eropa.
·
Sistem Kelas (terbuka)
Status sosial
yang mereka peroleh dari ukuran ekonomi yaitu seberapa besar kekayaan yang
dipunyai. Ketiga kelas tersebut adalah kelas atas (kelas kaya), kelas bawah
(kelas miskin) dan kelas yang ketiga, yang berada diantara kelas kaya dan kelas
miskin tersebut yakni kelas menengah. Contoh dalam
dunia peternakan seperti para peternak kambing yang terdiri dari beberapa
lapisan/stratifikasi baik kelas atas maupun kelas bawah, karena rata-rata peternak
kambing di pedesaan keadaan ekonominya masih jauh dari mencukupi.
E.
Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi
Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian,
kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya.
Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki
tersebut, pasti akan meni mbulkan lapisan-lapisan dalam
masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap
sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya
bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama
sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai
anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena
penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu
dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak
mempunyai ketrampilan apapun.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi,
sesuai dengan kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah
demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk
meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, pokok-pokok sebagai
berikut dapat dijadikan
pedoman :
Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem
pertentangan dalam masyarakat. Sistem
demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu
yang menjadi objek penyelidikan.
Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup
unsur-unsur antara lain:
·
Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti
misalnya;penghasilan, kekayaan, keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan)
wewenang dan sebagainya. Sistem
pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
·
Kriteria sistem
pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
·
Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan
pada suatu organisasi mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
·
Solidaritas diantara individu-individu atau
kelompok-kelompok yang menduduki kedududkan yang sama dalam system sosial
masyarakat seperti;
1)
Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik,
keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya)
2)
Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap
dan nilai-nilai
3)
Kesadaran akan kedudukan masing-masing
4)
Aktivitas sebagai organ kolektif
Stratifikasi
sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
·
Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang
dibawa individu sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin,
keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
·
Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama
dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik, Perusahaan,
Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses
pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.
Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya
adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas
tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam
stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan
mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas
vertikal intragenerasi, dan mobilitas antar generasi. Berkaitan dengan
mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi
terbuka dan stratifikasi tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap
anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang
satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan,
jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa
mengubah penampilan serta strata sosialnya
menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi
lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan
sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang
tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota
masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang
lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu
seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru
dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti
petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup
besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas
sosial sangat kecil.
F.
Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut
:
·
Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti
menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan wewenang pada
jabatan, pangkat, kedudukan
seseorang.
·
Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada strata yang
diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, Misalnya: Pada
seorang yang menerima anugerah penghargaan gelar kebangsawanan, dan lain sebagainya.
·
Kriteria sistem
pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui kualitas pribadi keanggotaan
kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan, wewenang atau kekuasaan.
·
Penentuan lambang-lambang
(Simbol status) atau kedudukan, seperti
tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
·
Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
·
Alat solidaritas di antara individu-individu/ kelompok
yang menduduki system sosial yang
sama dalam masyarakat.
Fungsi Stratifikasi Sosial di
dalam bidang Peternakan : Mempermudah dalam proses penyuluhan maupun proses
penggolongan, apakah itu penggolongan berdasarkan ekonomi maupun pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi
tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak
akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang
yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang
bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya
dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah
karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi
stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan, kekuasaan,
ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya hukum rimba,
dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas
bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu:
metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang
mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah
kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.
Disamping
adanya pendekatan, dalam stratifikasi juga ada teori. Ada 5 teori yang harus
kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah
kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme,
teori Kelangkaan yang mengarah
kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial,
sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
B. Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun
lebih bersifat terbuka dalam melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan
sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi. Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi
sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis
dan merasa cukup dalam hal ini sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan
Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Robert M. Z. Lawang,
Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (
Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
realitas sosial. (Jakarta:
PT
RajaGrafindo., 2003).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.yogyakarta,andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka jakarta,1989.
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka jakarta,1989.
Prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan 2004
jakarta pt bumi aksara.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah Dasar-Ilmu Sosial Dasar-Ilmu
Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA
Press, 2011).
Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi.
Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.
0 Response to "MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL"
Posting Komentar