Makalah Perkembangan Teknologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahuan yang mengkaji mengenai gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu alamiah Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang essensial saja.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat-perangakat mesin, seperti computer, kendaraan, handphone, dan lain sebagainya.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Meskipun ada dampak negatifnya atau kelemahan dari kemajuan IPTEK. Namun hal ini seolah diabaikan oleh manusia, faktanya tidak dipungkiri lagi IPTEK dikembangkan setiap waktu dan banyak pula pengaruhnya, baik yang positif maupun negatif.
B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Perkembangan teknologi masyarakat awal indonesia dengan mengetahui :
1. Pembagian Zaman menurut arkeologi
2. Pengertian Zaman Batu dan Zaman Logam
3. Pembagian Zaman Batu dan Zaman Logam

BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Perkembangan Teknologi Antara Zaman Batu Dan Tulang
          Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh. Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang.  Zaman batu ini dapat dibagi lagi atas :
a.    Zaman batu tua (Palaeolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus.
     Ciri-ciri :
-          Pola kehidupan meliputi meramu tumbuh-tumbuhan, menangkap ikan dan berburu binatang. Pola hidup seperti ini disebut food gathering.
-          Peralatan masih terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
-          Jenis alat yg dihasilkan dan digunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih
-          Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah)
-          Belum mengenal arti seni
Peninggalan Zaman batu tua (palaeolitikum), ditemukan didaerah :
-          Pacitan (berupa kapak genggam / chopper) dan dsebut dengan Kebudayaan Pacitan.
-          Ngandong (Blora) berupa alat-alat yg terbuat dari tanduk & tulang. Alat tersebut dikenal dengan Kebudayaan Ngandong
b.   Zaman batu madya /tengah (mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).
Ciri-ciri :
-          Peralatan Masih terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
-          Jenis alat yg digunakan adalah peble / kapak Sumatra
-          Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah)
-          Mengenal seni yg berupa lukisan didinding goa yg berbentuk cap tangan dan babi hutan Ditemukan Kjokken Moddinger  bukit-bukit kerang hasil sampah dapur, banyak ditemukan dipesisir pantai timur Pulau Sumatera.
-            Sudah mengenal kepercayaan
Peninggalan Flakes & Pebble ditemukan didaerah :Timor & Rote oleh Alfred Buhler. Flakes yg ditemukan sudah bertangkai. Bandung (merupakan penemuan flakes terbesar) meliputi Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, Banjaran & Soreang ditemukan oleh Von Koenigswald dan disebut Kebudayaan Danau Bandung. Doa Leang Patta E di Toala (Sulawesi Selatan) oleh Van Stein Callenfels dan disebut Kebudayaan Toala.
Alat Peninggalan zaman Mesolithikum :
-          Kapak genggam (peble)
-          Kapak pendek (hache Courte)
-          Pipisan (batu-batu penggiling)
-          Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah
-          Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
c.    Zaman batu muda / baru (Neolitikum)
Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu muda/ baru (Neolithicum)
Pada zaman ini udah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).
Ciri-ciri :
-          Pola kehidupan food producing  mampu mengolah tanah dengan teknik sederhana mulai dari membersihkan hutan, membajak sawah & menamaminya.
-          Peralatan sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai .
-          Jenis alat yg digunakan adalah kapak persegi dan kapak lonjong
-          Sudah bertempat tinggal menetap (sedenter)
-          Pakaian terbuat dari kulit kayu & perhiasannya terbuat dari batu & manik-manik
-          Telah memiliki kemampuan bercocok tanam
-          Sudah mengenal kepercayaan Animisme dan Dinamisme
-          Mengenal perdagangan dengan system barter.
-          Memiliki keterampilan membuat peralatan dr tanah liat (tembikar).
-          Tembikar banyak ditemukan di daerah Yogyakarta, Pacitan, Melolo (Sumba)
d.        Zaman batu besar (megalitikum)
Disebut Zaman batu besar (megalitikum), karena kebudayaan umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Benda hasil kebudayaan Zaman batu besar adalah :
-          Menhir  tugu yg terbuat dari batu besar untuk memuja arwah nenek moyang. Ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah & Kalimantan
-          Dolmen  Meja batu untuk meletakan sesaji yang akan dipersembahkan kepada leluhur. Ditemukan di Sumatera Barat & Sumbawa
-          Kubur batu, tempat menyimpan mayat / peti jenazah yg terdiri dari lempengan batu pipih. Ditemukan di Kuningan (Jawa Barat)
-          Waruga Kubur batu / peti jenazah yg berbentuk kubus. Ditemukan di Sulawesi Tengah & Utara
-          Sarkofagus  Kubur batu / peti jenazah yg berbentuk lesung dan terbuat dari batu utuh (tunggal) Ditemukan di Bali dan Jawa Timur
-          Arca Patung yg mengambarkan manusia atau binatang Arca Zaman megalitikum ditemukan di Lamung, Jawa Tengah dan Jawa Timur
-          Punden Berundak Batuan yg disusun berundak-undak merupakan bangunan suci tempat memuja roh nenek moyang Ditemukan di Lebak Sibedug (Banten)
2.3     Perkembangan Teknologi Antara Zaman Pantai Dan Gua
          a. Mesolitikum
Mesolitikum atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947). Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.
Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
b. Paleolitikum
Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM. Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa. Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
c. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir.
Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).
d.   Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaa pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
2.4     Mengenal Api
          Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses oksidasi sehingga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
          Api (warnanya-dipengaruhi oleh intensitas cahayanya) biasanya digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat digunakan untuk keperluan manusia (misal digunakan sebagai bahan bakar api unggun, perapian atau kompor gas) atau tingkat pembakar yang keras yang bersifat sangat penghancur, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia (misal, pembakaran pada gedung, hutan, dan sebagainya).
          Penemuan cara membuat api merupakan salah satu hal yang paling berguna bagi manusia, karena dengan api, golongan Hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat aman dari hewan buas, memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga dirinya agar tetap hangat.
2.5     Sebuah Revolusi
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat.
Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern.Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.
Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak.Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
2.6     Ruang Lingkup Pola Hunian (Arsitektur)
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
a.             Ruang Lingkup dan Keinginan
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
b.             Teori dan Praktek
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".
c.              Sejarah
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba.
d.             Pembagian Arsitektur
Sepanjang sejarah manusia, Arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya Arsitektur Modern Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya Arsitektur dianggap sebagai suatu ‘olah rasa’ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan tidak ada rumusnya.


BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia
3.2     Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis menyarankan agar solusi-solusi yang diterapkan bisa dilaksanakan agar pada nantinya dapat menimimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Sehingga IPTEK akan menjadi sangat bermanfaat bagi kita semua tanpa harus mengorbankan salah satu pihak.

DAFTAR PUSTAKA


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Perkembangan Teknologi"

Posting Komentar