Makalah Perkembangan Teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam
(natural science), merupakan pengetahuan yang mengkaji mengenai gejala-gejala
dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip. Ilmu alamiah Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip
dasar yang essensial saja.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut
kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh
perangkat-perangakat mesin, seperti computer, kendaraan, handphone, dan lain
sebagainya.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Meskipun ada dampak negatifnya atau kelemahan dari kemajuan IPTEK. Namun hal ini seolah diabaikan oleh manusia, faktanya tidak dipungkiri lagi IPTEK dikembangkan setiap waktu dan banyak pula pengaruhnya, baik yang positif maupun negatif.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Meskipun ada dampak negatifnya atau kelemahan dari kemajuan IPTEK. Namun hal ini seolah diabaikan oleh manusia, faktanya tidak dipungkiri lagi IPTEK dikembangkan setiap waktu dan banyak pula pengaruhnya, baik yang positif maupun negatif.
B.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Perkembangan teknologi masyarakat awal indonesia dengan mengetahui :
1. Pembagian Zaman
menurut arkeologi
2. Pengertian
Zaman Batu dan Zaman Logam
3. Pembagian Zaman
Batu dan Zaman Logam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Teknologi Antara Zaman Batu
Dan Tulang
Zaman Batu adalah masa zaman
prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak
memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga
digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai
alat memotong dan senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu
sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum,
yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh. Zaman Batu terjadi
sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di
samping kayu dan tulang. Zaman batu
ini dapat dibagi lagi atas :
a. Zaman batu tua (Palaeolitikum)
Zaman batu
tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut
mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat
sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus.
Ciri-ciri
:
-
Pola kehidupan meliputi meramu
tumbuh-tumbuhan, menangkap ikan dan berburu binatang. Pola hidup seperti ini
disebut food gathering.
-
Peralatan masih terbuat dari batu
atau tulang yang masih kasar.
-
Jenis alat yg dihasilkan dan
digunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih
-
Bertempat tinggal secara nomaden
(berpindah)
-
Belum mengenal arti seni
Peninggalan Zaman batu tua (palaeolitikum), ditemukan
didaerah :
-
Pacitan (berupa kapak genggam /
chopper) dan dsebut dengan Kebudayaan Pacitan.
-
Ngandong (Blora) berupa alat-alat yg
terbuat dari tanduk & tulang. Alat tersebut dikenal dengan Kebudayaan
Ngandong
b. Zaman batu madya /tengah
(mesolitikum)
Pada Zaman
batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan
terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini
juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung
kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras
Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).
Ciri-ciri :
-
Peralatan Masih terbuat dari batu
atau tulang yang masih kasar.
-
Jenis alat yg digunakan adalah peble
/ kapak Sumatra
-
Bertempat tinggal secara nomaden
(berpindah-pindah)
-
Mengenal seni yg berupa lukisan
didinding goa yg berbentuk cap tangan dan babi hutan Ditemukan Kjokken
Moddinger bukit-bukit kerang hasil
sampah dapur, banyak ditemukan dipesisir pantai timur Pulau Sumatera.
-
Sudah mengenal kepercayaan
Peninggalan
Flakes & Pebble ditemukan didaerah :Timor & Rote oleh Alfred Buhler.
Flakes yg ditemukan sudah bertangkai. Bandung (merupakan penemuan flakes
terbesar) meliputi Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, Banjaran &
Soreang ditemukan oleh Von Koenigswald dan disebut Kebudayaan Danau Bandung.
Doa Leang Patta E di Toala (Sulawesi Selatan) oleh Van Stein Callenfels dan
disebut Kebudayaan Toala.
Alat
Peninggalan zaman Mesolithikum :
-
Kapak genggam (peble)
-
Kapak pendek (hache Courte)
-
Pipisan (batu-batu penggiling)
-
Kapak-kapak tersebut terbuat dari
batu kali yang dibelah
-
Alat-alat di atas banyak ditemukan
di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
c.
Zaman batu
muda / baru (Neolitikum)
Alat-alat
batu buatan manusia Zaman batu muda/ baru (Neolithicum)
Pada zaman
ini udah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar
tenun dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam.
Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas)
dan ras Austromelanosoide (minoritas).
Ciri-ciri :
-
Pola kehidupan food producing mampu mengolah tanah dengan teknik sederhana
mulai dari membersihkan hutan, membajak sawah & menamaminya.
-
Peralatan sudah dihaluskan bahkan
diberi tangkai .
-
Jenis alat yg digunakan adalah kapak
persegi dan kapak lonjong
-
Sudah bertempat tinggal menetap
(sedenter)
-
Pakaian terbuat dari kulit kayu
& perhiasannya terbuat dari batu & manik-manik
-
Telah memiliki kemampuan bercocok
tanam
-
Sudah mengenal kepercayaan Animisme
dan Dinamisme
-
Mengenal perdagangan dengan system
barter.
-
Memiliki keterampilan membuat
peralatan dr tanah liat (tembikar).
-
Tembikar banyak ditemukan di daerah
Yogyakarta, Pacitan, Melolo (Sumba)
d.
Zaman batu
besar (megalitikum)
Disebut
Zaman batu besar (megalitikum), karena kebudayaan umumnya terbuat dari batu
dalam ukuran besar. Benda hasil kebudayaan Zaman batu besar adalah :
-
Menhir tugu yg terbuat dari batu besar untuk memuja
arwah nenek moyang. Ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah & Kalimantan
-
Dolmen Meja batu untuk meletakan sesaji yang akan
dipersembahkan kepada leluhur. Ditemukan di Sumatera Barat & Sumbawa
-
Kubur batu, tempat menyimpan mayat /
peti jenazah yg terdiri dari lempengan batu pipih. Ditemukan di Kuningan (Jawa
Barat)
-
Waruga Kubur batu / peti jenazah yg
berbentuk kubus. Ditemukan di Sulawesi Tengah & Utara
-
Sarkofagus Kubur batu / peti jenazah yg berbentuk lesung
dan terbuat dari batu utuh (tunggal) Ditemukan di Bali dan Jawa Timur
-
Arca Patung yg mengambarkan manusia
atau binatang Arca Zaman megalitikum ditemukan di Lamung, Jawa Tengah dan Jawa
Timur
-
Punden Berundak Batuan yg disusun
berundak-undak merupakan bangunan suci tempat memuja roh nenek moyang Ditemukan
di Lebak Sibedug (Banten)
2.3 Perkembangan Teknologi Antara Zaman Pantai
Dan Gua
a. Mesolitikum
Mesolitikum atau "Zaman Batu
Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia,
antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman
Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan
pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V.
Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan
zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada
masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam
secara sederhana.
Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di
tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche)
sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan
manusia pada zaman itu.
b. Paleolitikum
Paleolitikum adalah
zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang
lalu.Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM. Pada zaman
ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia,
manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun
20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan
Eropa. Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan
oleh Von Koenigswald) dan Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup secara
nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka
memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai
makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang
untuk membuat peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian dari kulit binatang.
Selain itu, mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan
dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
c. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah
sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur
Pulau Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun
1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu
bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua
hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan
telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan bahkan
ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling
beserta landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat
tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir.
Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda
kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam
Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut
terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain
yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang
berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper.
Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger,
diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa
Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).
d. Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa
menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal.
Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh
van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo
(Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga
disebut sebagai Sampung Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van
Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous roche
juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes
culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan
bangsa Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga
ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala.
Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan
inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala,
para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di
Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah
Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaa pebble
(alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes
(datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung
dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka,
BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes
yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda
perunggu.
2.4 Mengenal Api
Api adalah zat panas yang ditimbulkan
dari benda yang terbakar, berasal dari proses oksidasi sehingga berupa energi
berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang
gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata
manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
Api (warnanya-dipengaruhi oleh
intensitas cahayanya) biasanya digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan
bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat digunakan untuk keperluan
manusia (misal digunakan sebagai bahan bakar api unggun, perapian atau kompor
gas) atau tingkat pembakar yang keras yang bersifat sangat penghancur, membakar
dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia (misal, pembakaran pada
gedung, hutan, dan sebagainya).
Penemuan cara membuat api merupakan
salah satu hal yang paling berguna bagi manusia, karena dengan api, golongan
Hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat aman dari hewan buas,
memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga dirinya agar tetap
hangat.
2.5 Sebuah Revolusi
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.Di dalam
revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi
pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi industri di Inggris yang
memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah
sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan
hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan,
menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali
baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika,
menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi
merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang
ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap
elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana
revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi
tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya.
Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan
kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari
revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini
menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian
terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat.
Telah banyak tugu peringatan dan museum yang
melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah
menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia,
dan banyak negara lainnya.Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang
menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan
rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di
Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan
agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan
dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis
perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi
modern.Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai
perubahan politik.
Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu
revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini
ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi
foodproducing.Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan
berternak.Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan
hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian
hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka
untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan
sesudah itu ditinggalkan.
2.6 Ruang Lingkup Pola Hunian (Arsitektur)
Arsitektur adalah seni dan ilmu
dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup
merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur
juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
a.
Ruang Lingkup dan Keinginan
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura
(yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang),
bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan
(Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan
sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada
satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus
mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan
pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur
estetika maupun psikologis.
b.
Teori dan Praktek
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak
boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama
sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar arsitektur.
Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek
atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan
cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan
proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap
suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat
menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara
arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada
"bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang
pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan
kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam
pelaksanaan".
c.
Sejarah
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan
(kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan
bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan
primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju
dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek,
arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses
uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses.
Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan
tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga
kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat
rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang
menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat.
Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang.
Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun
bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam
masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai
arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan
aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius.
Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau
Vaastu Shastra dari India purba.
d.
Pembagian Arsitektur
Sepanjang sejarah manusia, Arsitektur hanya mengalami
satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya Arsitektur Modern
Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai
pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya Arsitektur dianggap sebagai
suatu ‘olah rasa’ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan
tidak ada rumusnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagi masyarakat sekarang, iptek
sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari
permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator
yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini
akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban
dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa
pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering
manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan
umat manusia
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas
maka penulis menyarankan agar solusi-solusi yang diterapkan bisa dilaksanakan
agar pada nantinya dapat menimimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
Sehingga IPTEK akan menjadi sangat bermanfaat bagi kita semua tanpa harus
mengorbankan salah satu pihak.
DAFTAR
PUSTAKA
0 Response to "Makalah Perkembangan Teknologi"
Posting Komentar