MAKALAH DASAR – DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN INTERAKTIF EDUKATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Interaksi
yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar
kita dapat dirubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi
yang dapat di sebut interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan
untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Dalam
hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut , karena
kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau di sengaja. Kesadaran dan
kesenjangan melibatkan diri dalam proses
pembelajaran dalam diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai
interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah
interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik
berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi
belajar mengajar pasti bertujuan . tujuan ini menentukan cara dan bentuk
interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu
proses menguji srtategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan
belajar pada siswa .interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua
arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya ,sehingga interaksi itu merupakan
hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus
berproses dalam ikatan tujuan pendidikan .karena itu ,interaksi edukatif adalah
suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang
berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Jelaskan
pengertian dari interaksi edukatif ?
2. Sebutkan
komponen dan ciri-ciri dalam interaksi edukatif ?
3. Apa
saja prinsip-prinsip dan tahap-tahap dalam interaksi edukatif ?
4. Sebutkan
model model dalam interaksi edukatif ?
5. Apa
CBSA dalam interaksi edukatif dan pola pelaksanaannya ?
6. Bagaimana
interaksi edukatif itu dikatakan berhasil ?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian interaksi edukatif
2. Memahami
komponen dan ciri ciri interaksi edukatif
3. Mengetahui
tentang prinsip dan tahapan dalam interaksi edukatif
4. Mengerti
dan memahami berbagai model interaksi edukatif
5. Mengetahui
CBSA dalam interaksi edukatif
6. Mengetahui
tingkat keberhasilan interaksi edukatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif adalah interaksi yang
berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran
.interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain ,sudah mengandung maksud maksud tertentu yakni untuk mencapai
tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Dalam interaksi edukatif ada dua buah
kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain
pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri dan anak didik belajar dengan
gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar , tetapi juga belajar memahami
suasana psikologi anak didik dan kondisi kelas.
Dalam mengajar, guru perlu memahami
gaya-gaya belajar anak didik. Kerelevansian gaya-gaya mengajar guru dengan
gaya-gaya belajar anak didik akan memudahkan guru menciptakan interaksi
edukatif yang konsif. N.A Ametembun, (1985) mengatakan bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam
prosesnya tercipta keselarasn, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen
itu, yaitu guru dan anak didik.
Banyak kegiatan yang harus guru lakukan
dalam interaksi edukatif, diantaranya memahami prinsip-prinsip interaksi
edukatif, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode, alat, dan alat
bantu pelajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi setelah akhir
kegiatan pelajaran. Semua kegiatan yang di lakukan guru harus di dekati dengan
pendekatan sistem. Sebab pengajaran adalah suatu sistem yang melibatkan
sejumlah komponen pengajaran. Tidak ada satu pun dari komponen itu dapat guru
abaikan dalam perencanaan pengajaran, karena semuanya saling terkait dan saling
menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Interaksi edukatif
adalah hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Dalam kegiatan
interaksi edukatif ada 2 yaitu :
1.
Kegiatan
guru, antara lain :
a.
Memahami
prinsip-prinsip interaksi edukatif
b.
Menyiapkan
bahan dan sumber belajr
c.
Memilih
metode, alat dan alat bantu pengajaran
d.
Memilih
pendekatan
e.
Mengadakan
evaluasi setelah akhir pengajaran
2.
Kegiatan anak didik
Guru mempunyai
gaya sendiri dalam mengajar dan anak
didik belajar dengan gayanya sendiri, selain mengajar guru juga belajar memahami suasana psikologis anak
didik dan kondisi kelas.
Dalam interaksi edukatif
:
1.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing
2.
Guru
harus berusaha anak didik aktif dan kreatif
3.
Menciptakan
interaksi edukatif yang kondusif
B.
PRINSIP
PRINSIP INTERAKSI EDUKATIF
Dalam
rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik, dikebangkan
beberapa prinsip dalam interaksi edukatif, dengan harapan mampu menjembatani
dan memecahkan masalah yang sedang guru hadapi dalam kegiatan interaksi
edukatif .prinsip tersebut harus dikuasai oleh guru agar dapat tercapai tujuan
pengajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.
Prinsip
Motivasi
Agar setiap anak
dapat memiliki motivasi dalam belajar. Apabila anak didik telah memiliki
motivasi dalam dirinya disebut motivasi intrinsik, sangat memudahkan guru
memberikan pelajaran , namun apabila anak tersebut tidak meilikinya, guru akan
memberikan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yangbersumber dari luar diri anak
didik tersebut dan dapat berbentuk ganjaran, pujian , hadiah dan sebaginya.
2.
Prinsip
Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Bila
ingin bahan pelajaran mudah dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak, guru
harus memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari lingkungan
kehidupan mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan dengan pengalaman dan
pengetahuan anak didik akan memudahkan
mereka menanggapi dan memahami
pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik memusatkan
perhatiannya.
3.
Prinsip
Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian
Tertentu atau Fokus Tertentu
Pelajaran yang
direncanakan dalam suatu pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang
terpisah dalam suatu pelajarn. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah
dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian . Titik pusat akan :
a.
tercipta
melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan
b.
Merumuskan
pertanyaan yang hendak dijawab
c.
Merumuskan
konsep yang hendak ditemukan
d.
Membatasi
keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta
e.
Memberikan
arah kepada tujuannya
4.
Prinsip
Keterpaduan
Keterpaduan dalam pembahasan dan
peninjauan akan membantu anak didik dalam memadukan perolehan belajar dalam
kegiatan interaksi edukatif.
5.
Prinsip
Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Salah satu indikator keandaian
anak didik banyak ditemukan oleh kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah
belajar dan anak didik akan cepat tanggap dan kreatif.
6.
Prinsip
Mencari, Menemukan dan Mengembangkan
Sendiri
Guru yang bijaksana akan
membiatkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan
sendiri informasi.
Kepercayaan anak didik untuk
selalu mencari dan menemukan sendiri informasi adalah pintu gerbang kearah CBSA
yang merupakan konsep belajar mandiri
yang bertujuan melahirkan anak didik yang aktif – kreatif.
7.
Prinsip
Belajar Sambil Bekerja
Artinya belajar sambil melakukan
katifitas lebih banyak mendatangkan hasil untuk anak didik sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan lama
tersimpan di dalam benak anak didik.
8.
Prinsip
Hubungan Sosial
Hal ini untuk mendidik anak
didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan. Kerja sam memberikan kesan bahwa
kondisi sosialisasi juga diciptakan di
kelas yang akan mengakrabkan hubungan anak didik denga anak didik lainnya dalam
belajar.
9.
Prinsip
Perbedaan Individual
Sudut
pandang untuk melihat aspek perbedaan
anak didik adalah segi bilologis,
intelektual dan psikologis.Semua perbedaan ini memudahkan guru melakukan
pendekatan edukatif kepada setiap anak didik.
Banyak kegagalan guru menuntaskan penguasaan anak didik
terhadap bahan pelajaran salah satunya disebabkan karena guru gagal memahami sifat anak didik
secara individual.
C.
TAHAP
TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
R.D.
Conners, mengidentifikasi tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi
tiga tahap:
1. Tahap Sebelum Pengajaran
Dalam tahap ini guru harus menyusun
program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan
(cawu),program satuan pelajaran (satpel), dan perencanaan program pengajaran.
Dalam merencanakan program-program tersebut di atas perlu dipertimbangkan
aspek-aspek yang berkaitan dengan :
a.
Bekal bawaan anak didik
b.
Perumusan tujuan
pembelajaran
c.
Pemilihan metode
d.
Pemilihan pengalaman –
pengalaman belajar
e.
Pemilihan bahan dan
peralatan belajar
f.
Mempertimbangkan jumlah
dan karakteristik anak didik
g.
Mempertimbangkan jumlah
jam pelajaran yang tersedia
h.
Mempertimbangkan pola
pengelompokan
i.
Mempertimbangkan prinsip
– prinsip belajar
2. Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung
interaksi antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik, anak
didik dalam kelompok atau anak didik secara individual.Tahap ini merupakan
tahap pelaksanaan apa yang telah direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu di
pertimbangkan dalam tahap pengajaran ini, yaitu :
a. Pengelolaan
dan pengendalian kelas
b. Penyampaian
informasi
c. Penggunaan
tingkah laku verbal non verbal
d. Merangsang
tanggapan balik dari anak didik
e. Mempertimbangkan
prinsip – prinsip belajar
f. Mendiagnosis
kesulitan belajar
g. Memperimbangkan
perbedaan individual
h. Mengevaluasi
kegiatan interaksi
3. Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan
kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik.
Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesuadah mengajar, antara lain :
a. Menilai
Pekerjaan anak didik
b. Menilai
pengajaran guru
c. Membuat
perencanaan untuk pertemuan berikutnya
D.
KOMPONEN
KOMPONEN INTERAKSI EDUKATIF
Komponen
komponennya antara lain :
1. Tujuan
Tujuan merupakan hal
pertama kali yang harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi edukatif. Sebab,
tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran
dibawa oleh guru .dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyelidiki tindakan
mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.
2. Bahan
pelajaran
Bahan pelajaran adalah
unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif ,sebab tanpa bahan pelajaran
proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima pelajaran .selain
itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.
3. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Karakteristik metode yang
memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru menggunakan metode yang bervariasi.
Faktor faktor yang perlu di pertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai
berikut (djamarah,1996:184) :
a)
Tujuan dengan berbagai
jenis dan fungsinya
b)
Anak didik dengan
berbagai tingkat kematangannya
c)
Situasi dengan berbagai
keadaannya
d)
Fasilitas dengan berbagai
kualitas dan kuantitasnya
e)
Pribadi guru dan
kemampuan profesinya yang berbeda-beda
4. Alat
Alat adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat
material dan non material biasanya dipergunakan dalam kekuatan interaksi
edukatif .alat non material berupa : suruhan, perintah, larangan dan nasihat.
Alat material berupa : globe, papan tulis, spidol, gambar, diagram dan video.
5. Sumber
Sumber belajar dapat
diperoleh disekolah , internet ,masyarakat dsb.
Pemanfaatan sumber
penajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya dan kebijakan
kebijakan lainnya.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan
guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai
seperangkat instrumen penggali kata seperti tes perbuatan, tes tertulis, dan
tes lisan.
E.
CIRI CIRI
IMTERAKSI EDUKATIF
Ciri ciri interaksi
edukatif adalah sebagai berikut :
a) Ada
tujuan yang ingin dicapai
b) Ada
bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
c) Ada
pelajar yang aktif mengalami
d) Ada
guru yang melaksanakan
e) Ada
metode untuk mencapai tujuan
f) Ada
situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik
g) Ada
penilaian terhadap hasil interaksi
F.
MODEL
MODEL INTERAKSI EDUKATIF
Beberapa
metode yang dapat digunakan antaranya :
1. Metode
problem solving
Metode problem solving merupakan metode
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan ,yang kemudian
dicarikan penyelesaiannya dengan dimulai dari mencari data sampai kesimpulan.
Pada metode problem solving harus
mengikuti langkah langkah sebagai berikut :
a)
Adanya masalah yang jelas
untuk dipecahkan
b)
Mencari data atau
keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
c)
Menetapkan jawaban
sementara dari masalah tersebut,
d)
Menguji jawaban sementara
tersebut,
e)
Menarik kesimpulan
Keunggulan-keunggulan
metode proplem solving adalah :
1)
Pemecahan masalah
merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran
2)
Pemecahan masalah dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa
3)
Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4)
Pemecahan masalah dapat
membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata
5)
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
Kelemahan-kelemahan
metode problem solving adalah :
a)
Menentukan suatu masalah
yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa ,tingkat sekolah
dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru.
b)
Proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan
sering terpaksa mengambil waktu pelajaran,
c)
Mengubah kebiasaan siswa
belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar
dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang kadang memerlukan berbagi sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
2. Metode
demonstrasi atau eksperimen
Menurut wina sanjaya
metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu
terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan menyajikan
pelajaran dengan lebih konkret sehingga materi pelajaran yang disampaikan akan
lebih berkesan bagi siswa dan membentuk pemahaman yang mendalam dan sempurna.
Keunggulan keunggulan
metode demonstrasi adalah :
1)
Perhatian murid dapat
dipusatkan terhadap hal hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang
penting itu dapat diamati
2)
Dapat membimbing murid
kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama
3)
Ekonomis dalam jam
pelajaran di sekolah
4)
Dapat mengurangi
kesalahan kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan,
karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
5)
Karena gerakan dan proses
dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan2 yang banyak
Kelemahan kelemahan metode demonstrasi
adalah :
1)
Metode ini memerlukan
ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu
pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif
2)
Fasilias seperti
peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
3)
Demonstrasi memerlukan
kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup
panjang ,yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
Menurut
syaiful bahri djamarah dan azwan zain, metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran ,dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang di pelajar.
Dari
metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan.
3. Metode
diskusi
4. Metode
ceramah
G.
CBSA
DALAM INTERAKSI EDUKATIF
Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active learning (SAL) bukan
disiplin ilmu atau teori, melainkan merupakan cara, teknik atau dengan kata
lain disebut teknologi.
Sebagai konsep , CBSA adalah suatu
proses kegiatan interaksi edukatif yang subjeknyaadalah anak didik yang
terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga ia betul – betula berperan
dan berpartisipasi aktif dala melakukan kegiatan belajar. Pengertian ini
menempatkan anak didik sebagai inti dalam kegiatan interkasi edukatif.
Jadi, yang dimaksud dengan CBSA adalah
salah satu strategi interaksi edukatif yang menuntut keaktifan dan partisipasi
anak didik seoptimal mungkin, sehingga anak didik mampu mengubah tingkah
lakunya secara lebih efektif dan efisien.
1. Penerapan
CBSA dalam Interaksi Edukatif
CBSA yang diharapkan diterapkan dalam kegiatan interaksi
edukasi harus tercermin dalam perencanaan
dalam wujud satuan pelajaran. Satuan eplajaran berisi komponen tujuan
pembelajaran , bahan pelajaran, pelajaran berisi komponen tujuan pembelajaran , bahan pelajaran, KBM, alat dan
sumber pelajaran dan evaluasi.
Guru yang mengajar dengan penekanan CBSA harus
memikirikan hal – hal yang akan dilakukan serta menuangkannya secara tertulis
ke dalam satuan pelajaran. Merumuskan pelajaran harus diatur agar menantang
anak didik aktif mempelajarinya. Kegiatan belajar anak didik ditetapkan dan
diurutkan secara sostematis sehingga memberi peluang kegiatan belajar bersama,
kegiatan belajar kelompok dan kegiatan belajar mandiri atau perorangan. Metode
mengajar , alat dan sumber belajar diusahakan dan dipilih oleh guru agar menunbuhkan
belajar aktif anak didik, bukan mengajar aktif guru dan menempatkan guru
sebagai pembimbing dan fasilitator bagi anak didik. Guru juga sudah menyiapkan
daftar pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut anak didik mencurahkan
pemikirannya secar optimal, bila perlu diberikan tgas-tugas yang harus
dikerjakan oleh anak didik di kelas atau dirumah.
Ketrampilan
proses adalah suatu pendekatan dalam proses interaksi edukatif .ketrampilan
proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami,
menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang
telah dicapai anak didik .
Pendekatan
CBSA dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dalam bentuk bentuk :
1) Pemanfaatan
waktu luang
2) Pembelajaran
individual
3) Belajar
kelompok
4) Bertanya
jawab
5) Belajar
mandiri
6) Umpan
balik
7) Pendayagunaan
lingkungan masyarakat
8) Pameran
hasil karya siswa
9) Mempelajari
buku sumber
H.
PENILAIAN
KEBERHASILAN
Keberhasilan interkasi edukatif
biasanya di ukur dengan tes prestasi (hasil belajar).Berdasarkan tujuan dan
ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat di manfaatkan untuk penilaian
berikut :
a
. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk menguur satu
atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap anak didik terhadap pokok
bahasan tersebut.
Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu
b. Tes
Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh
gambaran daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak
didik.
Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor
c. Tes
Sumatif
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap
anak didik terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran,
Tes ini bertujuan untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar tertentu.
Hasil
tes ini daigunakan untuk kenaikan kelas, menyusun rangking atau sebagai
ukuran mutu sekolah
Tingkat
keberhasilan
Setiap interaksi edukatif selalu
menghasilkan prestasi belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat
mana prestasi belajar yang telah dicapai.
Untuk
mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses
belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk mengetahui
keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai
berikut:
a. Istimewa
/ maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai
siswa,
b.
Baik
sekal i/ optimal: apabila sebagian besar (85% s/d 94%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai siswa,
c.
Baik
/ minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75% s/d 84% dikuasai
siswa
d.
Kurang
: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai siswa.
Program perbaikan
Taraf atau tingkat keberhasilan proses
interaksi edukatif dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya
berhubungan dengan perbaikan proses interaksi edukatif itu sendiri.
Ada dua point yang dapat dilihat dari
hasil tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar :
a. Apabila
75 % anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai tingkat keberhasilan minimal, optimal atau maksimal,
maka dapat dilanjutkan ke proses belajar
untuk pokok bahasan yang baru
b. Apabila 75 % anak didik kurang (dibawah taraf
minimal ) dalam mencapai tingkat
keberhasilan , maka proses belajar mengajar berikutnya adalah perbaikan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas
dapat di simpulkan bahwa dalam Interaksi Edukatif adalah bagaimana guru harus
berusaha agar anak didik aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus
terlena dengan menerapkan gaya mengajar tradisional. Karena gaya mengajar
seperti itu sudah tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan modern.
Pendidikan modern menghendaki
penerapan CBSA (cara belajar siswa aktif) dalam kegiatan interkasi edukatif.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing dan anak didik yang lebih
aktif, kreatif dalam belajar.
3.2 Saran
Melihat dari pembahasan
tentang Interaksi Edukatif di mana peran seorang pendidik sangat penting untuk
terciptanya interaksi secara baik. Untuk itu kepada guru maupun calon guru agar
lebih memperhatikan serta belajar bagaimana bisa menjadi seorang pendidik yang
lebih baik dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo
Supriyono. 1991. Psikologi
Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Guru
Dan Anak Didik Dalam Interkasi Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta
Hasibuan,J.J.Drs.,Dip.Ed. Drs.
Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Nurhayati B. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Badan
Penerbit UNM. Makassar
Wingkel.2004.Bimbingan dan Konseling
di Institusi Pendidikan. Jakarta:PT.Gramedia
0 Response to "MAKALAH DASAR – DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN INTERAKTIF EDUKATIF"
Posting Komentar