Makalah gugus fungsi alkana
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
tentang kimia organik diawali sejak pertengahan abad 17. pada waktu
itu, tidak dapat dijelaskan perbedaan antara senyawa yang diperoleh dari
organisme hidup (hewan dan tumbuhan) dengan senyawa yang diperoleh dari
bahan-bahan mineral. Senyawa yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan
sangat sulit diisolasi. Ketika dapat dimurnikan, senyawa-senyawa yang
diperoleh tersebut sangat mudah terdekomposisi dari pada senyawa yang
diperoleh dari bahanbahan mineral.
Banyak
ahli kimia pada masa itu hanya menjelaskan perbedaan senyawa organik
dan senyawa anorganik dalam hal bahwa senyawa organik harus mempunyai
energi vital (vital force) sebagai hasil dari keaslian mereka
dalam tubuh makhluk hidup. Salah satu akibat dari energi vital ini
adalah para ahli kimia percaya bahwa senyawa organik tidak dapat dibuat
maupun dimanipulasi di laboratorium sebagaimana yang dapat dilakukan
terhadap senyawa anorganik. Teori vitalitas ini kemudian mengalami
perubahan ketika Michael Chevreul (1816)
menemukan sabun sebagai hasil reaksi antara basa dengan lemak hewani.
Lemak hewani dapat dipisahkan dalam beberapa senyawa organik murni yang
disebut dengan asam lemak. Untuk pertama kalinya satu senyawa organik
(lemak) diubah menjadi senyawa lain (asam lemak dan gliserin) tanpa
intervensi dari energi vital.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang medasari penulisan makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian gugus fungsi?
2. Apa saja gugus fungsi yang termasuk dalam senyawa organik?
3. Reaksi apa sajakah yang dapat terjadi pada senyawa organik?
4. Apa saja produk-produk petanian yang diolah dengan proses organik?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian gugus fungsi organik.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan gugus fungsi organik, struktur kimia, dan contohnya.
3. Mahasiwa mampu menjelaskan reaksi yang dapat terjadi pada senyawa organik.
4. Mahasiswa mengetahui produk-produk pertanian organik yang telah beredar di pasaran serta menyebtkan keunggulannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gugus Fungsi
Kimia
organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi,
reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh
karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti
nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang. Sedangkan yang dimaksud dengan
gugus fungsional adalah konfigurasi spesifik atom-atom yang umumnya
berikatan dengan kerangka karbon molekul organik dan umumya terlibat
dalam reaksi kimiawi. Persenyawaan dengan gugus fungsional yang sama akan mempunyai sifat kimia yang sama.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai senyawa, baik senyawa
organik maupun anorganik. Senyawa organik sangat banyak jenisnya,
sehingga perlu adanya penggolongan senyawa organik. Penggolongan
senyawa organik didasarkan pada jenis gugus fungsi yang dimiliki oleh
suatu senyawa. Gugus fungsi akan menentukan kereaktifan kimia dalam
molekul. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami
reaksi kimia yang sama.
Gugusfungsi
|
Golongan senyawa organik
|
C-C ikatantunggal
|
R3-CH2-CR3alkana(R = H/ alkil)
|
C=C ikatan rangkap
|
R2C = CR2alkena
|
C C ikatan ganda tiga
|
RC CR alkuna
|
-X ikatan halide (X= F, Cl, Br, I)
|
R-X haloalkana
|
OH gugus hidroksil
|
R-OH alkohol
|
OR gugus alkoksil
|
R-O-R’ eter
|
-C=O gugus karbonil
|
R-CO-R’ keton
|
-COH gugus aldehid
|
R-COH aldehid
|
-COOH gugus karboksilat
|
R-COOH asamkarboksilat
|
-COOR’ gugus ester
|
R-COOR’ ester
|
1. Alkana dan Alkil
Alkana termasuk senyawa alifatik jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap. Rumus alkana : CnH2n + 2. Rumus alkil : CnH2n + 1
Sumber senyawa alkana : minyak bumi, batubara, gas alam. Sifat fisik alkana yaitu
non polar ketika terjadi tarik-menarik antar molekul lemah, tidak larut
dalam air, larut dalam senyawa organik (non polar) dan sedikit polar.
Pada suhu kamar dan tekanan 1 atm :
Adapun bau khas alkana ditentukan oleh pajang rantai alkana, yaitu :
C1 – C4 = gas (tidak berbau)
C5 – C17 = cair (berbau bensin)
C18 – dst = padat (tidak berbau)
Perlu
diketahui bahwa titik didih senyawa rantai lurus > titik didih
senyawa rantai bercabang. Begitupun dengan massa atom relatifnya : Mr
>> → titik didih >>.
Sedangkan sifat kimia alkana dan alkilnya antara lain :
- Kurang reaktif dibanding senyawa organik yang memiliki gugus fungsi.
- Tidak bereaksi dengan asam (stabil)
- Dapat bereaksi dengan halogen. Contoh : CH4 : metana, CH3 : metil, C2H6 : etana, dan C2H5 : etil.
2. Alkena ( CnH2n )
Alkena
adalah termasuk senyawa alifatik jenuh karena memiliki ikatan rangkap.
Ikatan rangkao yang dimiliki alkena yaeitu rangkap 2. Gugus fungsi
alkena dapat digambarkan sebagai – C = C –.
Tatanama alkena :
a. Nama
alkena yang mengandung satu ikatan rangkap mempunyai nama dari alkana
yang sesuai dengan mengganti ankhiran –ana menjadi -ena.
b. Bila terdapat dua atau lebih ikatan rangkap namanya menjadi alkadiena, alkatriena dan sebagainya.
c. Tempat ikatan rangkap dinyatakan dengan nomor atom karbon yang mendahului sesuai dengan alkana.
Contoh alkena :
CH2 =CH – CH2 – CH3 : 1-butena
3. Alkuna ( CnH2n )
Alkena
termasuk ke dalam senyawa alifatik tak jenuh karena memiliki ikatan
rangkap. Ikatan rangkap yang dimiliki alkuna yaitu ikatan rangkap 3.
Gugus fungsi alkuna daat digambarkan sebagai : – C ≡ C –.
Tatanama
a. Sama dengan tatanama pada alkena, akhiran –ena digati –una.
b. Aturan selanjutnya sama dengan aturan pada alkuna, yag perlu diingat bahwa pada alkuna memiliki ikatan rangkap 3.
Contoh :
CH3 – CH2 – C ≡ C – CH3 : 2 pentuna
4. Alkohol ( CnH2n + 1 OH )
a. Sifat Alkohol
Sifat
fisis pada alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif
tinggi. Pada suhu kamar, alkohol suku rendah berbentuk cairan yang
bersifat cair, suku sedang berupa cairan kental, sedangkan suku tinggi
berbentuk padatan. Sifat kimia pada gugus OH merupakan gugus yang cukup
reaktif sehingga alkohol mudah terlibat dalam berbagai jenis reaksi.
Reaksi dengan logam aktif misalnya logam natrium dan kalium membentuk
alkoksida dan gas hidrogen. Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk
gas karbondioksida dan uap air. Jika alkohol dipanaskan bersama asam
sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas molekul air) membentuk
eter atau alkena.
Alkohol
primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat
tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Oksidasi parsial alkohol akan
menghasilkan aldehid jika digunakan alkohol yang berlebihan, dan aldehid
bisa dipisahkan melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Oksidasi
alkohol sempurna akan menjadi asam karboksilat. Alkohol sekunder
dioksidasi menjadi keton. Jika dilihat kembali tahap kedua reaksi
alkohol primer, akan terlihat bahwa ada sebuah atom oksigen yang
disisipkan antara atom karbon dan atom hidrogen dalam gugus aldehid
untuk menghasilkan asam karboksilat. Untuk alkohol sekunder, tidak ada
atom hidrogen semacam ini, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat. Jika
diperhatikan dengan apa yang terjadi dengan alkohol primer dan
sekunder, akan terlihat bahwa agen pengoksidasi melepaskan hidrogen dari
gugus -OH, dan sebuah atom hidrogen dari atom karbon terikat pada gugus
-OH. Alkohol tersier tidak memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat
pada atom karbon tersebut. Reaksi antara alkohol dengan logam natrium
menghasilkan gas hidrogen. Reaksi ini dapat digunakan untuk menentukan
senyawa dengan rumus umum CnH2n+2O termasuk alkohol atau eter.
Berdasarkan letak ikatan –OH pada atom C, alkohol dibedakan menjadi :
- Alkohol primer : gugus –OH terikat pada atom C primer
- Alkohol sekunder : gugus –OH terikat pada atom C sekunder
- Alkohol tersier : gugus –OH terikat pada atom C tersier
b. Tatanama
Alkohol
dapat dipandang sebagai turunan alkana, dimana satu atom H dari alkana
diganti dengan gugus hidroksil ( OH ). Sehingga nama alkohol diambil
dari alkana dimana akhiran –a diganti dengan akhiran –ol, sedangkan
letak gugus OH terikat dinyatakan dengan angka. Atau diambil nama
radikal alkil + alkohol.
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – OH : 1 propanol = propil alkohol
c. Sifat-sifat fisik alkohol
1) Cairan encer, mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
2) Alkohol mempunyai titik didih tinggi dibanding alkana yang jumlah atom C sama, karena antar molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen.
d. Kegunaan Alkohol
1) Etanol
didapatkan pada minuman keras, dalam jumlah kecil menyebabkan pembuluh
darah dan tekanan darah menurun. Dalam jumlah besar menyebabkan
keracunan, merusak hati dan menyebabkan kematian.
2) Etanol digunakan sebagai pelarut yang baik.
3) Gasohol adalah campuran etanol dengan gasolin dipakai untuk bahan bakar.
4) Spiritus adalah campuran metanol + etanol + zat warna metilen blue.
5) Etanol 70% dipakai untuk desinfektan.
6) Metanol dikenal sebagai alkohol kayu, merupakan racun dapat menyebabkan kebutaan, kehilangan kontrol dan menimbulkan kematian.
7) Metanol juga sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar pembuatan formaldehid.
5. Eter ( R – O – R’)
a. Tatanama
Nama
eter, mula-mula disebutkan dulu nama alkil pertama kemudian alkil kedua
diikuti kata eter. Alkil pertama adalah huruf awalnya terletak lebih
depan dalam urutan abjad. Eter dapat dipandang sebagai turunan alkana
dimana sebuah atom H-nya diganti dengan gugus alkoksi : CnH2n+1 O.
Sehingga nama eter mula-mula disebutkan dulu nama alkoksi, alkil yang
lain disebutkan senama alkana yang bersangkutan.
Contoh :
CH3 – O – CH3 : dimetil eter = metoksi metana
CH3 – CH2 – O – CH3 : etil metil eter = metoksi etana
CH3 – CH2 – O – CH2 – CH3 : dietil eter = etoksi etana
b. Perbedaan antara alkohol dan alkoksi alkana / eter
ALKOHOL
- dapat bereaksi dengan logam alkali
- dapat dioksidasi menjadi aldehid/keton
- dapat bereaksi dengan PCl5 atau PCl3 membebaskan HCl
- titik didih relatif tinggi karena adanya ikatan hidrogen
ALKOKSI ALKANA / ETER
- tidak dapat bereaksi dengan logam alkali
- tidak dapat dioksidasi
- dapat bereaksi dengan PCl5 jika dipanaskan tapi tidak membebaskan HCl
- titik didih relatif rendah
c. Kegunaan eter
Dalam
kehidupan sehari-hari, eter sering digunakan sebagai pelarut zat-zat
organik dan dalam dunia medis berfungsi untuk obat bius.
6. Alkanal (–C=OH)
a. Tatanama
Nama alkanal (aldehid) berasal dari nama alkana yang bersangkutan dengan mengganti akhiran –ana dengan –al.
Contoh :
( pentanal (IUPAC) = valeraldehida (Trivial) )
( butanal (IUPAC) = butiraldehida (Trivial) )
Isomer pada alkanol bisa disebabkan perbedaan posisi gugus fungsi (isomer posisi) dan pada rantai karbonnya.
b. Kegunaan
a. Larutan
40% formaldehid disebut formalin digunakan untuk pengawet preparat
anatomi. Formaldehid bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal
dan padat.
b. Formaldehid dengan fenol berpolimerisasi membentuk plastik.
c. Formaldehid untuk pembuatan lem kayu.
d. Asetaldehid adalah bahan baku DDT
7. Alkanon (–C=O)
a. Tatanama
Nama alkanon (keton) berasal dari alkana yang bersangkutan dengan mengganti akhiran –ana dengan akhiran –anon.
Contoh :
( 4-metil, 2-pentanon )
Isomer
pada alkanon terjadi karena perbedaan posisi gugus karbonil dan rantai
karbonnya, juga dijumpai isomer fungsional dengan aldehida.
b. Kegunaan
1) Bahan yang penting bagi berbagai sintesis
2) Bahan pembuatan kosmetik (cat kuku, parfum, dsb)
3) Bahan dasar pembuatan kloroform, iodoform
c. Perbedaan aldehida dan keton
ALDEHIDA
a. Bereaksi dengan reagen Fehling menghasilkan endapan merah bata, Cu2O.
b. Bereaksi dengan reagen Tollens menghasilkan cermin perak, Ag.
c. Bereaksi dengan reagen Benedict menghasilkan endapan merah bata, Cu2O.
d. Dioksidasi menjadi asam karboksilat.
KETON
a. Tidak bereaksi dengan reagen Fehling.
b. Tidak bereaksi dengan reagen Tollens.
c. Tidak bereaksi dengan reagen Benedict.
d. Sukar dioksidasi.
8. Asam Alkanoat / Karboksilat (–COOH)
a. Tatanama
1) Asam
karboksilat alifatik diberi nama mengikuti nama alkana dengan jumlah
atom C yang sama dengan mengganti akhiran –ana menjadi –anoat.
2) Atom C pada gugus –COOH selalu diberi nomor satu.
3) Nama
trivial (biasa) asam karboksilat seringkali diturunkan dari nama
seumbernya. Untuk menyebutkan letak substitusinya atom-atom karbon
diberi tanda α, β, γ, dan seterusnya.
4) Atom C alfa adalah atom C yang terletak langsung dibelakang gugus –COOH.
b. Sifat-sifat
Berupa zat cair tidak berwarna, berbau merangsang dan jika terkena kulit akan melepuh.
Karena mengandung gugus aldehid, asam format dapat bereaksi dengan reagen Tollens maupun Fehling
Mudah dioksidasi membentuk gas CO2 dan H2O.
9. Ester (–COO–R)
Ester adalah hsil reaksi asam karboksilat dan alkohol. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi.
a. Tatanama
Nama ester diawali dengan nama alkil dari alkohol diikuti nama asam asalnya (alkil alkanoat).
Contoh :
: Etil etanoat (IUPAC) = Etil asetat (Trivial)
: Metil propanoat (IUPAC) = Metil propionat (Trivial)
: Etil butanoat (IUPAC) = Etil butirat (Trivial)
b. Sifat Ester
1)
Banyak ester dari alkohol suku rendah dengan asam karboksilat suku
rendahnya berbau jharum / buah sehingga digunakan sebagai essence dan
parfum.
2) Lebih mudah menguap dibandingkan alkohol dan asamnya, sedikit larut dalam air.
3) Ester bereaksi dengan air (hidrolisis).
+ R – OH → + H2O
Hidrolisis ester kebalikan dari esterifikasi.
10. Haloalkana ( R – X )
Halogen alkana adalah turunan alkana yang sama atom H-nya diganti gugus halogen (Cl, Br, I).
a. Tatanama
1) Gugus halogen disebut terlebih dahulu sebelum gugus (cabang) yang lain.
2) Sedangkan aturan yang lain sama dengan alkana.
b. Kegunaan
1) Kloroform (CHCl3) : sebagai obat bius lokal tetapi sangat beracun
2) Tetra klor metana (CCl) :
3) Sebagai pelarut
4) Pembersih minyak dan lemak
5) Bahan pemadam kebakaran
6) Monoklor etana (CH3CH2Cl) : obat bius lokal
B. Reaksi-reaksi Senyawa Organik
Berdasarkan
panjang rantaaia dan gugus fungi yang dimiliki masing-masing senyawa
kaarbon, banyak reaksi yangdapat terjadi pada atom karbon. Reaksi-reaksi
yang terjadi pada atom karbon antara lain yaitu :
1. Reaksi Substitusi : Penggantian gugus atau atom yang terikat pada atom karbon.
Reaksi
pertukaran gugus fungsi terjadi saat atom atau gugus atom dari suatu
senyawa karbon digantikan oleh atom atau gugus atom lain dari senyawa
yang lain. Misalnya reaksi alkana dengan Cl2 dengan adanya radiasi
ultraviolet menghasilkan alkil klorida. Satu atom Cl dari Cl2
menggantikan posisi H pada alkana, dan dua produk baru terbentuk.
Suatu
reaksi subtitusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari
pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi.
Subtitusi dapat terjadi pada karbon jenuh maupun tidak jenuh.
Secara umum mekanismenya :
Beberapa reaksi substitusi
1) Reaksi alkila halida dengan basa kuat
2) Reaksi alkohol dengan PCl3
3) Reaksi alkohol dengan logam Natrium
4) Reaksi klorinasi
5) Reaksi esterifikasi (pembentukan ester)
6) Reaksi saponifikasi (penyabunan)
2. Reaksi Adisi : Reaksi pemutusan ikatan rangkap
Terjadi
ketika dua reaktan bergabung satu sama lain menghasilkan produk baru
tanpa adanya atom yang pergi. Reaksi antara suatu alkena dengan HBr:
Reaksi
adisi terjadi jika senyawa karbon yang mempunyai ikatan rangkap
menerima atom atau gugus atom lain sehungga ikatan rangkap berubah
menjadi ikatan tunggal. Reaksi adisi terjadi dari ikatan tak jenuh
(ikatan rangkap) menjadi ikatan jenuh (ikatan jenuh). Molekul
tidak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari pereaksi tanpa
melebihi angka koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan rangkap
dua dan rangkap tiga karbon-karbon dan rangkap dua karbon-oksigen
merupakan jenis struktur yang paling umum yang mengalami reaksi adisi.
3. Reaksi Eliminasi : Reaksi pembentukan ikatan rangkap
Reaksi
eliminasi merupakan kebalikan dari reaksi adisi, terjadi ketika reaktan
tunggal menghasilkan dua produk pecahan. Beberapa atom dipisahkan dari
sebuah molekol untuk membentuk ikatan ganda atau siklis. Secara umum
reaksi eliminasi mengikuti persamaan sebagai berikut.
Bila
suatu alkil halida direaksikan dengan suatu basa kuat, terjadi suatu
reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom
atau ion-ion dari struktur-strukturnya. Produk organik dari suatu reaksi
eliminasi alkil halida adalah alkena. Dalam reaksi eliminasi ini, unsur
Hidrogen dan X keluar dari dalam alkil halida ; oleh karena itu reaksi
ini disebut reaksi dehidrohalogenasi. (awalan de- berarti “minus” atau
“hilangnya”).
Contohnya adalah reaksi alkil halida dengan basa menghasilkan asam dan alkena.
C. Produk-produk Pertanian Organik
Pertanian
organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan pabrik. Tujuan utama
pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama
bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta
tidak merusak lingkungan. Berikut ini merupakan contoh-contoh produk
pertanian organik :
1. Pupuk Organik
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari
limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan
cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun
hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah
bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai
contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan
tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak.
Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang,
darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah
pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan
sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota
yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak
dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas.
2. Sayuran Organik
Tanaman
organik dapat dihasilkan melalui penanaman tanpa bahan kimia tetapi
dengan menggunakan bahan organik yang ada di lingkungan sekitar.
Penggunaan bahan organic diantaranya pemupukan dengan menggunakan
kompos, pupuk kandang, guano dan pupuk hijau yang berasal dari tanaman
orok-orok, kacangkacangan, turi serta gamal. Pada umumnya semua tanaman
dapat dapat diusahakan secara organik. Hanya saja ada tanaman yang peka
terhadap hama dan penyakit sehingga perlu pemeliharaan yang intensif.
Dalam skala agribisbisnis, pemilihan jenis tanaman harus
mempertimbangkan permintaan pasar atau jenis yang dilakukan di pasar.
Jenis sayuran yang laku di pasaran misalnya bawang merah, wortel,
selada, cabai dan tomat. Keunggulan tanaman atau sayuran organic
dibandingkan dengan non organic adalah produk yang dihasilkan rasanya
lebih manis dan harganya relative lebih mahal. Sayuran yang telah
diproduksi secara organik antara lain :
a. Horenso
Horenso (Spinacia oleraceae L.) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
bayam
jepang termasuk dalam famili Chenopodiaceae. Spesies ini kemungkinan
berasal dari Iran Utara, Afganistan dan Turkmenistanmerupakan sayuran
penting di daerah temperate. Di Asia, horenso lebih sering dikonsumsi
setelah dimasak sebentar, sedangkan di Eropa horenso sebagian besar
dikonsumsi dalam bentuk makanan beku. Di Indonesia, sentra penanaman
horenso terbatas pada daerah dataran tinggi di Pulau Jawa dan dijual
atau diekspor pada pembeli yang biasanya berasal dari Jepang, Korea dan
Taiwan.
b. Toma
Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill) termasuk tanaman setahun (annual) yang
berarti umur tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Tanaman
ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter.
Tomat memiliki batang berwarna hijau yang cukup kuat, biasanya berbentuk
persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak
rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau.
c. Sawi
Tanaman
sawi yang dimasak sebagai pelengkap makanan pokok memiliki banyak
manfaat yang diantaranya untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,
memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein,
lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
3. Biopestisida
Tingkat
ketergantungan pertanian Indonesia terhadap pestisida kimia akan
membawa dampak negatif pada upaya ekspansi komoditas pertanian ke pasar
bebas, yang seringkali menghendaki produk bermutu dengan tingkat
penggunaan pestisida yang rendah. Dengan demikian secara
berangsur-angsur harus segera diupayakan pengurangan penggunaan
pestisida kimia buatan pabrik dan mulai beralih kepada jenis-jenis
pestisida hayati yang aman bagi lingkungan.Biopestisida merupakan
pestisida yang bersumber pada bahan-bahan alami seperti tumbuhan, hewan, dan mikroba; pada umumnya mudah terurai dan spesifik sehingga lebih aman dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Biofungisida
Salah
satu jenis biopestisida adalah biofungisida, yaitu: ”fungisida
antijamur patogen yang menyerang berbagai penyakit tanaman yang mampu
mengendalikan serangan penyakit tanaman akibat jamur patogen”. Kebijakan
global pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi
pertanian pada gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia yang
tingkat ketergantungan petaninya pada pestisida kimiawi masih tinggi.
Ketergantungan tersebut akan melemahkan daya saing produk pertanian
Indonesia di pasar bebas.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah mengenai kimia organik diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Gugus fungsi yang terasuk ke dalam golongan senyawa alifatik antara lain alkana, alkena dan, alkuna.
2. Senyawa turunan alkana antara lain yaitu alkohol, eter, aldehid, keton, ester, asam karboksilat, dan alkil halida.
3. Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa organik antara lain reaksi substitusi, reaksi adisi, dan reaksi eliminasi.
4. Produk-produk pertanian organik dapat berupa pupukm organik, sayuran organik, biopestisida, dan biofungisida.
5. Sayuran
yang telah dibudidayakan secara organik seperti bayam jepang, sawi dan
tomat memiliki manfaat yang jauh lebih baik bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Hoffman, R.V., 2004. Organic Chemistry An Intermediate Text, 2nd edition. New Mexico : John Willey and Sons Inc.
McMurry, J., 1984. Organic Chemistry. California : Wadsworth Inc.
Pine S H., J B. Hendrickson, D J Cram dan G S. Hammond. 1988. Kimia
Organik. Bandung : ITB Bandung.
0 Response to "Makalah gugus fungsi alkana "
Posting Komentar