MAKALAH STRATEGI KOMUNIKASI DALAM ASUHAN KEBIDANAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk
sosial, yang dalam kehidupan sehari- hari tidak bisa lepas dari kegiatan
interaksi dan komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan
manusia, apapun statusnya di masyarakat. Sebagai mahkluk sosial, kegiatan
sehari- hari selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan hidup.
Komunikasi adalah alat yang
digunakan sebagai tukar menukar informasi yang mempunyai tujuan tertentu.
Komunikasi merupakan kebutuhan fundamental bagi setiap manusia. Dalam
komunikasi tersebut terdapat hal – hal yang harus diperhatikan agar tercapai
komunikasi yang baik. Banyak komunikator dan komunikan yang tidak memperhatikan
bagaimana dan hal – hal apa yang harus dilakukan dalam berkomunikasi agar
tercapainya tujuan tertentu yang dicapai.
Dalam
praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan,
baik sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.
Upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan
bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik
kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang
berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan
untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling
kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian
bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai
dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah,
mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
penyebab angka kematian di Indonesia masih tinggi?
2. Apa
yang dimaksud sikap empati ?
3. Bagaimana
menciptakan atau membina hubungan baik pada klien ?
4. Apa
itu tingkah laku verbal dan tingkah laku nonverbal ?
5. Apa
saja bentuk mendengarkan sesuai dengan situasi yang dihadapi?
6. Apa
itu kontak mata ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan penyebab angaka
kmatian di Indonesia masih tinggi
2. Mendeskripsikan apa itu sikap empati
3. Mendeskripsikan menciptakan atau
membina hubungan baik pada klien
4. Mendeskripsikan tingkah laku verbal
dan tingkah laku nonverbal
5. Mendeskripsikan bentuk mendengarkan
sesuai dengan situasi yang dihadapi
6. Mendeskripsikan apa itu kontak mata
D. Manfaat
1. Agar
pembaca mengetahui penyebab angka kematian di Indonesia masih tinggi
2. Agar
pembaca mengetahui apa itu sikap empati
3. Agar
pembaca mengetahui menciptakan atau membina hubungan baik pada klien
4. Agar
pembaca mengetahui tingkah laku verbal dan tingkah laku nonverbal
5. Agar
pembaca mengetahui bentuk mendengarkan sesuai dengan situasi yang dihadapi
6. Agar
pembaca mengetahui apa itu kontak mata
BAB
II
ISI
Angka
kematian di Indonesia masih tinggi. Setiap tahun sejumlah 18.000 ibu meninggal
dunia, dua nyawa melayang setiap
satu jam,karena kehamilan dan atau persalinan. Kematian ibu ternyata tidak
hanya diikuti oleh tingginya angka kematian bayi tetapi juga meninkatkan jumlah
balita yang piatu baru (± 36.000 setiap tahun).
Risiko
kematian ibu akibat kehamilan,persalinan,dan nifas serta bayi, dapat dikurangi
bila ada upaya persiapan persalinan dan kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar. Salah satu ujung otmbak pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan
bayi adalah bidan. Namun, pada kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan
antenatal datang pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong oleh
dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu lebih percaya kepada dukun beranak
dibandingkan dengan bidan.
Salah
satu penyebab keadaan tersebut diatas
adalah rendahnya kualitas keterampilan komunikasi dan konseling tenaga
kesehatan (bidan). Penelitian
di Jawa Barat menyimpulkan bahwa keterampilan teknis medis semata tidak cukup
untuk memberikan pelayanan yang memuaskan ibu.
Kualitas
komunikasi bidan yang rendah akan berdampak terhadap transfer pesan kepada
klien yang kurang baik, bidan menjadi kurang peka dan kurang mampu menggali
kebutuhan dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak
puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan tersebut diragukan.
Dari
penelitian di Indonesia (Januari 1997 di dua propinsi yaitu Jabar dan Jateng)
tentang interaksi bidan-klien menunjukkan bahwa banyak bidan yang tidak
menggunakan keterampilan konseling yang baik, misalnya :
·
Para bidan cenderung mendominasi sesi
konseling (63% ucapan didominasi oleh bidan), kurang memberi kesempatan kepada
klien untuk berbicara panjang lebar atau mengungkapkan keinginan dan
perasaannya.
·
Para bidan lebih banyak mengajukan
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang sifatnya mengarahkan pada jawaban ya dan
tidak). 23 % ucapan bidan adalah pengulangan
kata-kata bidan itu sendiri.
Pelatihan keterampilan komunikasi
interpersonal/konseling (KIP/K) untuk bidan bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan bidan dalam bidang komunikasi interpersonal dan konseling sehingga
kualitas pelayanan pada ibu hamil dan melahirkan lebih baik.
A. Strategi
Komunikasi dalam Asuhan Kebidanan
a)
Sikap Empati
Empati
merupakan pengaruh dan interaksi diantara kepribadian-kepribadian. Empati atau
einfulung berarti ‘merasakan ke dalam’. Empati berasal dari kata Yunani
“pathos” berarti mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian
diberi awalan “in” menjadi simpati. Perbedaannya bila simpati berarti merasakan
bersama dan mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu pada
keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang.
Seseorang yang berempati sesaat melupakan atau kehilangan identitas dirinya
sendiri. Dalam proses empati yang mendalam dan misterius inilah berlangsung proses
pengertian, pengaruh, dan bentuk hubungan antar pribadi.
Ada tiga aspek dalam
empati menurut Pattorson (1980), yaitu :
1. Keharusan
bahwa konselor mendengarkan klien dan komunikasikan persepsinya kepada klien,
2. Ada
pengertian atau pemahaman konselor tentang dunia klien, dan
3. Mengkomunikasikan
pemahamannya kepada klien
Egan (1975, dalam Ivey et al, 1987)
membedakan dua tipe untuk memahami “emphatic understanding”, yakni :
1. Empati
primer: oleh Rogers. Membentuk fondasi dan atmosfer inti helping relationship, yakni mendengarkan semua pesan dan
meresponnya. Kemampuan paraphrasing dan merefleksikan perasaan konselor dengan
baik akan memulai dasar empati untuk memahami klien. Contoh perkataan: “ Sekarang saya bisa
merasakan betapa sedih Anda pada waktu itu”.
2.
Empati lanjutan (advanced accurate
emphaty) yakni memberi respon dan pemahaman terhadap hal yang tidak langsung
dikatakan klien. Dimana konselor memberikan lebih dari dirinya dan seringkali
membutuhkan upaya langsung untuk mempengaruhi klien. Karena informasi itu
selalu subjektif bagi interprestasi individu, konselor
harus menyusun kembali situasi,kepercayaan, atau
pengalaman untuk membantu klien melihatnya dari perspektif dan berbeda dan
mengecek apakah interprestasi itu sudah benar.
Sikap empati sangat penting bagi konselor,
karena dengan sikap ini seorang konselor akan mampu menciptakan hubungan baik
dengan klien, selain itu mampu merasakan
permasalahan yang dialami klien. Sehingga konselor dapat memberikan
alternative-alternative pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah secara
tersebut
b)
Menciptakan
/ membina hubungan baik dengan klien
Keterampilan
membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal dan
dasar dari proses pemberian bantuan. Hubungan yang baik akan memudahkan klien
memahami saran bidan sehingga mau mengikutinya. Klien merasa lebih puas dan
akan kembali lagi untuk memeriksaan diri ke bidan.
Sikap
dan prilaku dasar yang dibutuhkan oleh bidan agar tercipta hubungan baik :
·
S: Face your clients Squarely (menghadap
ke klien) dan Smile/nod at client (senyum/mengangguk ke klien)
·
O: Open
and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka
dan tidak ternilai)
·
L: Lean
towards client (tubuh condong ke klien)
·
E: Eye
contact ina cultural-acceptable manner (kontak mata/tatap mata sesuai cara yang
diterima budaya setempat)
·
R: Relaxed
and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
Contoh
prilaku atau respon positif bidan yang mendukung terciptanya hubungan
baik, menimbulkan perasaan nyaman pada klien misalnya :
·
Bersalaman dengan ramah
·
Mempersilakan duduk
·
Bersabar
·
Tidak menginterupsi / memotong pembicaraan
klien
·
Menjaga kerahasiaan klien
·
Tidak melakukan penilaian
·
Mendengarkan dengan penuh perhatian
·
Menanyakan alasan kedatangan klien
·
Menghargai apapun pertanyaan maupun
pendapat klien
·
Menghargai apapun pertanyaan maupun
pendapat klien
Dalam konseling, bidan yang baik adalah
bidan yang mementingkan hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud bila
selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerjasama dengan klien.
Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu
dijaga seterusnya.
Menurut Roger dalam Stuart G.W
(1998),hubungan yang terapeutik dengan:
·
Kejujuran
·
Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
·
Bersikap positif
·
Empati bukan simpati
·
Mampu melihat permasalahan dari kacamata
klien
·
Menerima klien apa adanya
·
Sensitif terhadap perasaan klien
·
Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu
klien atau diri konselor sendiri.
c)
Keterampilan
Observasi
Bidan
perlu mengamati tingkah laku pasien secara verbal dan non-verbal untuk
mengidentifikasi pesan-pesan yang tidak sejalan (sinkron) dan campur aduk.
Bidan perlu menggabungkan informasi kedalam tiga kategori.
1. Tingkah
laku non-verbal klien
Cara
menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indicator penting yang
mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada diri klien.
2. Tingkah
laku verbal klien
Kapan
klien beralih topik apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang
disampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.
3. Kesenjangan
pada diri klien
Seorang
bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa
ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non-verbal antara dua buah
pertanyaan, antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Meski
tingkah laku verbal dan non-verbal bisa berdiri sendiri tapi pada kenyataannya
verbal dan non-vebal tidak terpisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya
dari suatu tingkah laku. Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang
perlu diperhatikan :
1) Pengamatan
obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita “lihat” dan “dengar”. Misalkan
: jalan mondar-mandir tangan dikepal, dsb.
2) Interprestasi/penafsiran
adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita
dengar. Misalkan : kesal karena terlalu lama menunggu.
Kita dapat belajar lebih peka terhadap
tingkah laku non-verbal dan arti dari suatu tingkah laku verbal yang
ditampilkan seorang klien. Misalkan klien berkata bahwa hubungannya dengan
suami baik-baik (dengan raut kesedihan diwajahnya). Harus ditelaah lebih lanjut
arti dari ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) dengan ekspresi muka
(non-verbal).
d)
Keterampilan
Mendengar Aktif
Ada
4 bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi
yaitu:
1) Mendengar
pasif (diam)
Dilakukan antara lain bila klien sedang
menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi
perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila klien
berhenti
berbicara sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan
diri.
2) Memberi
tanda perhatian verbal
Seperti
: yaa, lalu, oh begitu, terus…, dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara
panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
3) Mengajukan
pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi
Dilakukan
bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misal :
Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami? Apakah maksud ibu dengan
perbuatan yang tidak layak itu?
4) Mendengar
aktif
Memberikan
umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
Mendengarkan
informasi yang disampaikan klien sangat penting. Sering kali kita mendengar
tapi tidak benar-benar mendengarkan. Mendengar
merupakan proses mendengar suara melalui alat pendengaran (telinga) tanpa ada
proses si pendengar dalam menyerap apa-apa yang didengar (HEAR-masuk kuping
kiri keluar kuping kanan)
e)
Kontak
Mata
Kontak mata adalah salah satu
penghubung nonverbal yang paling penting yang Anda miliki untuk berkomunikasi
dan berhubungan dengan orang lain yaitu pertemuan mata antara dua orang yang
mengekspresikan komunikasi nonverbal, kontak ini terjadi ketika dua orang
melihat satu sama lain secara langsung atau ketika dua orang melihat mata satu
sama lain pada saat yang sama yang biasanya ditampilkan melalui ekspresi wajah.
Kontak
mata adalah bentuk komunikasi non verbal dan diyakini memiliki pengaruh besar
pada perilaku sosial. Frekuensi dan interpretasi dari kontak mata bervariasi
antara budaya dan spesies. Kontak mata dan ekspresi wajah dan sosial yang
penting menyediakan informasi emosional.
Kontak mata merupakan aspek yang sangat
penting dalam berkomunikasi. Kontak mata menunjukan bahwa seorang konselor
menghormati kehadiran kliennya. Mata adalah cermin jiwa, kekuatan mata mampu
mempengaruhi seorang klien agar dapat terbuka tentang permasalahan yang
dihadapinya terhadap konselor. Kontak mata
memberikan
informasi sosial kepada orang yang sedang melakukan konseling. Terlalu banyak
kontak mata menunjukkan bahwa seorang tersebut memiliki sifat agresif.
Sedangkan jika terlalu kontak mata orang tersebut dianggap tidak mempunyai
minat pada orang yang diajak bicara.
Ada
4 cara untuk mempertahankan dan meningkatkan keterampilan kontak mata saat berkomunikasi (Tyastuti,
dkk, 2008 )
·
Berbicara dengan group
·
Berbicara dengan seorang individu
·
Mendengarkan seseorang
·
Menarik seseorang
Dalam berbagai kebudayaan pandangan mata
kerap kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat keseriusan perhatian,
mendengarkan , melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung, marah,
menguasai , membiarkan dan masa bodoh yang semuanya harus ditafsirkan dalam
konteks sosial budaya tertentu.
Jadi dapat
disimpulkan dalam melakukan komunikasi yang baik sebagai seorang pembicara atau
pendengar kita mengungkapkan sesuatu
melalui penglihatan dari awal hingga
akhir. Oleh
sebab itu peranan mata sebagai sight yang berkaitan dengan sejauhmana tingkat pemahaman dan pengetahuan terhadap
kosa kata yang kita miliki , memandang gagasan, maupun arah.
Adapun efek
negatif dari kontak mata,
yaitu:
·
Menimbulkan perasaan dalam diri konseli
bahwa dirinya diragukan
·
Menimbulkan kemarahan
·
Menimbulkan perasaan heran
·
Menimbulkan kebingungan pada diri sendiri
·
Menimbulkan perasaan terancam
·
Menimbulkan perasaan curiga
·
Gagal membuat kontak mata pada saat
perkenalan membuat orang tidak nyaman. Mengalihkan mata anda akan meninggalkan
kesan apakah orang ini malu, gugup, apakah ia menyembunyikan sesuatu.
Jadi,
kontak mata dapat membawa anda pada suatu hubungan. Penggunaan kontak mata yang
baik akan membuat anda sukses menjaling hubungan misalnya antara bidan dengan
klien. Kontak mata yang cukup dan sering adalah apa yang dibutuhkan dalam
mempertahankan hubungan yang saling memenuhi.
0 Response to "MAKALAH STRATEGI KOMUNIKASI DALAM ASUHAN KEBIDANAN"
Posting Komentar