Makalah Syok Hipovolemik Fix


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi,2006).
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan) (sherwood, )
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisacedera.(Az Rifki, 2006).
Syok merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengancepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok palingsering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akutakibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadiakibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aorticabdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain iniadalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalahterfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yangtimbul seputar cara penanganannya.Kebanyakan trauma merbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun 1900an telahmemberi kesan yang angat signifikan pada perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik.
Ketika Perang Dunia I, W.B. Cannon merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi cairan sehingga penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan. Pemberian kristalloid dan darah digunakan secara ekstensif ketika Perang Dunia IIuntuk menangani pasien dengan keadaan yang tidak stabil. Pengalaman yang di dapat semasa perang melawan Korea dan Vietnam memperlihatkan bahawa resusitasi cairan dan intervensi pembedahan awal merupakan langkah terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan traumayang menimbulkan syok hemoragik. Ini dan beberapa prisip lain membantu dalam perkembangan garis panduan untuk penanganan syok hemoragik kaibat trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah mempersoalkan garis panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi tentang cara penanganan syok hemoragik yang paling optimal

1.2  Rumusan masalah
1.      Apakah definisi Syok Hipovolemik?
2.      Apakah klasifikasi Syok Hipovolemik?
3.      Apakah Manifestasi Klinis Syok Hipovolemik?
4.      Apakah patofisiologi Syok Hipovolemik?
5.      Apakah Komplikasi Syok Hipovolemik?
6.      Apakah penatalaksaan Syok Hipovolemik?
7.      Apakah pemeriksaan penunjang Syok Hipovolemik?
8.      Apakah Syok Hipovolemik?
9.      Apakah Asuhan Keperawatan Syok Hipovolemik?

1.3 Tujuan  masalah
Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :
1.      Mahasiswa dapat memahami definisi Syok Hipovolemik
2.      Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Syok Hipovolemik
3.      Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Syok Hipovolemik
4.      Mahasiswa dapat memahami Manifestasi Klinis Syok Hipovolemik
5.      Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Syok Hipovolemik
6.      Mahasiswa dapat memahami Komplikasi Syok Hipovolemik
7.      Mahasiswa dapat memahami penatalaksaan Syok Hipovolemik
8.      Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang Syok Hipovolemik
9.      Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Syok Hipovolemik

BAB II
KONSEP DASAR

2.1   Definisi
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan).
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).

2.2   Etiologi
Menurut Toni Ashadi (2006), Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:

1.      Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2.      Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar. Misalnya : fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3.      Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada: Gastrointestinal : peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis, Renal : terapi diuretik, krisis penyakit addison Luka bakar (kombutsio) dan anafilaksis

2.3   Manifestasi Klinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.   
 syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
1.      Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2.      Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3.      Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4.      Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

2.4   Patofisiologi
           Syok hipovolemik dapat disebabkan kehilangan cairan eksternal seperti hemoragi, atau perpindahan cairan internal seperti pada dehidrasi hebat, edema berat, atau asites. Volume intravaskular dapat menurun baik melalui kehilangan cairan dan perpindahan cairan antara kompartemen intravaskular dan interstisial.
          Urutan peristiwa dalam syok hipovolemik dimulai dengan penurunan dalam volume intravaskular. Hal ini diakibatkan oleh penurunan arus balik darah vena ke jantung dan akibat lanjut penurunan pengisian ventrikular. Penurunan pengisian ventrikular mengakibatkan penurunan volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan dari jantung) dan penurunan curah jantung. Ketika curah jantung menurun, tekanan darah juga turun, dan jaringan tidak dapat diperfusi secara adekuat (Smeltzer & Bare 2001, h.303) 


2.5   Pemeriksaan Penunjang
1.      Pada anamnesis Pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat atau orang yang mengetahui kejadiannya, cari : Riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam perut), Riwayat penyakit jantung (sesak nafas), Riwayat infeksi (suhu tinggi), Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
2.      Pemeriksaan fisik Kulit
3.      Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia). Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal) Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
4.       Tekanan darah
5.      Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septic)
6.      Status jantung
7.      Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba.
8.      Status respirasi
9.      Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
10.  Status Mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma. Fungsi Ginjal Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
11.  Fungsi Metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea. Sirkulasi Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik. Keseimbangan Asam Basa
Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru). Pemeriksaan Penunjang Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.

2.6   Penatalaksanaan medis
1.      Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
2.      Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan.

2.7  Penatalaksanaan Pre Hospital
Jaga jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut tekan dan penggian tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien tetap hangat, lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selam menunggu bantuan medis. Periksa denyut nadi, suhu dan pernapasan setiap 5 menit sekali.

2.8  Komplikasi
a.    Gagal jantung Gagal ginjal
b.    Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
c.    Kerusakan otak irreversible
d.    Dehidrasi kronis
e.    Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1      Pengkajian
a.       Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya  nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.      Pengkajian Primer
1.      Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
2.      Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
3.      Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time (CRT)
4.      Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya  ganggun verbal, motorik dan sesorik serta refleks pupil.
C.     Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
1.      Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2.       Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3.      Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4.      Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5.      Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan komunikasi
6.      Persepsi diri
7.      Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8.       Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
9.      Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10.  Nilai-Nilai Kepercayaan
11.  Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12.  Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta gejala-gejala yang menyertai Pertumbuhan dan Perkembangan
3.2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh yang menghambat expensi paru
2.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
3.      Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3.3. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
1.
Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh yang menghambat expensi paru
setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan  dengan kriteria hasil :
1.      status pernfasan
-          frekuensi pernafasan ( 5 )
-          Irama pernafasan ( 5 )
-          Kedalaman inspirsi ( 5 )
-          Suara Aukultasi nafas ( 5 )
-          Volume tidal ( 5 )
-          Kepatenan jalan nafas ( 5)
-          saturasi oksigen (5 )
-          tes faal paru ( 5 )
2.      keparahan syok Hipovolemik
-          penurunan tekanan nadi perifer ( 5 )
-          penurunan tekanan sistolik ( 5 )
-          penurunan tekanan darah diastolic ( 5 )
-          Aritmia ( 5 )
-          Nyeri dada ( 5 )
-          Ronkhi paru ( 5 )
-          nadi lemah dan halus ( 5 )
-          meningkatnya laju nafas ( 5 )
-          lesu ( 5 )

1.      Lakukan BHSP
2.      Menejemen Jalan nafas
-          buka jalan nafas dgn teknis chin lift atau thrursut.
-          posisikan pasien untuk memasimalkan venntilasi
-          masukan alat NPA atau OPA
-          laukan fisioterapi dada
-          buang secret dengan memotivasi pasien untuk melaukan batuk atau menyedot lendir
-          motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
-          gunaan tehnik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak.

3.      Menejemen syok
-          Monitor Tanda-Tanda Vental
-          Posiskan pasien untuk mendapatkan perfusi jaringan
-          monitor tekanan oksimetri
-          berikan oksigen atau ventilasi mekanaik
-          monitor EKG
-          ambil gas darah arteri dan monitor oksigenasis
-          monitor timbulnya gejala gagal nafas.
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan  dengan kriteria hasil :
1.                  perfusi jaringan : perifer
-          pengisian kapiler jari ( 5 )
-          pengisian kapiler jari kaki ( 5 )
-          suhu kulit ujung kaki dan tangan( 5 )
-          kekautan denyut nadi karotis ( kanan ) ( 5 )
2.                  tanda- tanda vital
-          suhu tubuh ( 5)
-          denyut jantung apical ( 5 )
-          irama jantung apical ( 5 )
-          denyut nadi radial ( 5 )
-          Tingkat pernafasan ( 5 )
-          Kedalam Inspirasi ( 5 )
1.      Lakukan BHSP
2.      Perawatn Sirkulasi insufisiensi vena
-          lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komperhensif
-          nilai udem dan nadi perifer
-          inspeksi kulit
-          monitor ketidanyamanan nyeri
-          berikan obat antiplatelet atau antikoalegin dengan cara yang tepat.
3.      Monitor Tanda –Tanda vital
-          Suhu
-          nadi
-          Tekana Darah
-          RR
3.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan  dengan kriteria hasil :
1.      Keseimbangan Cairan
-          Tekanan darah (5)
-          Denyut Nadi radial (5)
-          Tekanan Vena Sentral (5)
-          Turgor Kulit (5)
-          kelembapan membrane mukosa (5)
-          serum elektrolit (5)
-          berat jenis urin (5)
2.      Hidrasi
-          Turgor Kulit (5)
-          Membran Mukosa Lembab (5)
-          Intake Cairan (5)
-          Out Pun Cairan (5)
-          Perfusi jaringan (5)
-          Fungsi Koqnisi (5)
-          Serum Sodium (5)
1.      Lakukan BHSP
2.      Pencegahan Perdarahan
-          Monitor dengan ketat atas terjadinya perdarahan
-          monitor tanda dan gelaja perdarahan
-          monitor komponen kogulasi darah
-          monitor tanda-tanda vital
-          lindungi pasien dari trauma
-          hindari pemberian injeksi
3.      Menejmen Cairan
-          timbang berat badan setiap hari
-          hitung atau timbang popok
-          masukan kateter urine
-          monitor status hidrasi
-          kaji luas edema jika da
-          berikan terapi IV
-          Rahakan apsien mengunnganakn NPO
-          distribusikan cairan selam 24 jam
-          monitor status gizi
-          berikan deuretik yang di resepkan.


BAB IV
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK

I.                    PENGKAJIAN
A.    IDENTITAS PASIEN
Nama Klien                     : Tn A
No. RM                           : 05.90.06
Umur                               : 21 tahun
Jenis kelamin                   : laki-laki
Pekerjaan                         : swasta
Pendidikan                      : SMA
Alamat                            : Boyolali
Status perkawinan           : kawin
Diagnosa medis               : Syok hipovolemik
Suku/bangsa                    : Jawa/ Indonesia
Agama                             : Islam
Tanggal masuk ICU       : 15 Januari 2017
Tanggal pengkajian        : 16 Januari 2017, 07.00 WIB
1.      PENANGGUNG JAWAB
Nama                               : Ny I
Umur                               : 20 tahun
Jenis kelamin                   : perempuan
Pekerjaan                         : swasta
Agama                             : Islam
Pendidikan                      : SMA
Hubungan dengan Klien : istri
B.     PENGKAJIAN PRIMER
a.         Airway (Status jalan nafas)
Terpasang NRM 10L/m, tidak ada sumbatan jalan nafas
b.        Breathing (Status pernafasan)
Sesak nafas. Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2 99%
c.         Circulation (Status sirkulasi)
Tekanan darah 137/87 mmHg, suhu 36,3 °C, Heart Rate 59 x/menit, akral hangat.
d.        Disability
Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5). Terdapat reaksi cahaya pada pupil mata kanan dan mata kiri. Post ORIF H3, fr. Cruris sinistra
e.         Eksposure
Luka post op ORIF H3

C.     PENGKAJIAN SEKUNDER
a.       Riwayat kesehatan
Data diperoleh dari Klien  dan keluarga
1)   Keluhan utama
Klien mengatakan saat ini merasa sesak nafas
2)   Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengatakan ia mengalami kecelakaan pada hari Sabtu, 14 Januari 2017 pukul 08.00 WIB di Ungaran kemudian dibawa ke IGD RS Ken Saras dan menjalani operasi ORIF fr. Cruris sinistra pada pukul 15.00 WIB. Pada hari minggu, 15 Januari 2017, klien mengalami sesak napas dan penurunan KU sehingga dipindah ke ruang ICU RS Ken Saras dengan diagnose syok hipovolemik.
3)   Riwayat keperawatan dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan sebelumnya dan diamputasi digiti ke 5 pada tahun 2012
4)   Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga klien  mengatakan bahwa  tidak ada yang menderita penyakit jantung, diabetes mellitus, HIV, TBC dan hipertensi maupun penyakit kronis lain.
5)      Genogram
 

D.    PENGKAJIAN POLA FUNGSI
1.      Manajemen kesehatan
Klien dan keluarga menganggap bahwa kesehatan adalah hal yang sangat penting, sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
2.      Cairan dan elektrolit
Sebelum sakit, klien  memiliki kebiasaan minum air putih kurang lebih 10 gelas/hari
      Pada saat sakit, klien  minum minuman yang disediakan oleh RS setiap harinya, yaitu minum teh sebanyak 3x sehari dengan porsi masing-masing 200cc. Kemudian Klien  juga mendapatkan terapi cairan berupa  RL 60 cc/jam
3.      Nutrisi
Sebelum sakit, Klien  memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari dengan porsi banyak.
Pada saat sakit, Klien  makan makanan yang disediakan oleh RS, hanya makan ¼ porsi yang disediakan RS. Diit lunak 3x / hari
4.      Eliminasi  
Sebelum sakit, BAK Klien  teratur dalam sehari biasanya 5-7 kali/hari. Urine yang dikeluarkan berwarna jernih kekuningan. Sedangkan untuk pola BAB sekitar 1x dalam sehari atau 1x dalam 2 hari dengan konsistensi lunak dan bewarna kuning.
Pada saat sakit, BAK mengunakan kateter dengan jumlah urine saat dikaji sebanyak 1000ml / 7jam dengan aroma khas, warna kuning.
5.      Pola persepsi dan sensori
Pasien setiap harinya bekerja sebagai karyawan bangunan. Saat sakit pasien tidak bekerja karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan sehingga pasien merasa ingin sembuh agar dapat melakukan semua kegiatan keseharian dan mencari nafkah untuk keluarganya.
6.      Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit, Klien  memiliki kebiasaan tidur jam 00.00 dan bangun pada sekitar jam 05.00. Klien  tidak membutuhkan apapun sebagai pengantar tidurnya. Klien  tidak memiliki kebiasaan tidur siang.
Pada saat sakit di ruang ICU, Klien  lebih sering tidur. Klien  terbangun apabila ada keluarga yang datang membesuk.
7.      Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, Klien mengatakan ia bekerja sebagai karyawan bangunan, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setelah sakit, semua ADL Klien  dipenuhi dan dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampingi di atas tempat tidur.
8.      Konsep diri
Identitas diri          : Klien adalah seorang lakilaki berusia 21 tahun dan berstatus menikah
Ideal diri                : Klien mengatakan ingin segera cepat sembuh agar bisa mencari nafkah kembali untuk keluarganya dan  agar bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Harga diri              : Klien mengatakan kondisinya saat ini membuatnya terbatas menjalani aktivitas keseharian dan membatasinya dari bekerja untuk waktu yang lama
Gambaran diri       : Klien mengatakan seluruh anggota tubuh adalah penting jadi ketika sakit maka akan mempengaruhi pola aktivitas yang telah dijalaninya selama ini
Peran                     : Klien adalah seorang suami dari seorang istri yang sedang hamil 7 bulan dan ia bertanggung jawab sebagai kepala keluarga
9.      Pola hubungan sosial
Klien mengatakan rumah tangga dengan istrinya harmonis, di rumah dengan keluarga baik dengan tetangga serta kerabat keluarga yang lain pun baik.
10.  Pola seksualitas dan reproduksi
Status pasien adalah seorang laki-laki sebagai pasangan usia subur
11.  Nilai dan Keyakinan
Klien  beragam islam dan biasanya saat sebelum sakit Klien  melakukan ibadah sholat lima waktu. Pada saat di RS Klien  melakukan ibadah dengan berdoa di atas tempat tidur.
E.     PENGKAJIAN FISIK
1.      Sistem pernafasan
Bentuk dada simetris, Klien  tidak batuk, pernafasan dangkal dan cepat, Klien  dapat bernafas dengan spontan. Suara nafas vesikuler dan Klien  menggunakan Nonrebreathing Mask dengan aliran oksigen 10 lpm. RR Klien  saat dikaji sebesar 2x/menit.
2.      Sistem kardiovaskular
Tekanan darah 137/87 mmHg, suhu 36,3 °C, Heart Rate 59 x/menit, akral hangat.  ICS tampak, dan tidak ditemukan suara bising jantung.
3.      Sistem persyarafan
Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5). Pupil berespon terhadap cahaya
4.      Sistem penginderaan
Klien  tidak mengalami gangguan penginderaan baik penglihatan, pendengaran, penghidung, pengecapan maupun perabaan.
5.      Sistem perkemihan
Klien  menggunakan kateter, saat dikaji tertampung 1000 cc urin. Urin berwarna kuning dan berbau khas.
6.      Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan pada saluran pencernaan. Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak ada distensi, terdapat jejas pada permukaan luar abdomen
7.      Sistem musculoskeletal
Fraktur cruris sinistra, dislokasi manus sinistra. Skala kekuatan otot eksremitas atas dan bawah  dextra – sinistra 4. Klien  bedrest. Klien  dibantu saat mandi, makan, berpakaian, dan toileting.
8.      Sistem integument
Terdapat jejas pada permukaan kulit di ekskremitas atas dan bawah serta pada permukaan abdomen. CRT< 2 detik.
9.      Sistem reproduksi
Klien merupakan seorang laki-laki berusia 21 tahun yang mempunyai seorang istri yang sedang hamil 7bulan
10.  Sistem endokrin
Klien  tidak memiliki alergi tertentu. Klien  tidak mengalami penyakit gangguan endokrin seperti diabetes mellitus.
F.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.        Hasil Pemeriksaan Laboratorium
( 15 Januari 2017 )
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI



Hemoglobin
6,9
g/dl
13.2 – 17,3
Leukosit
10,5
x 10^3/µL
4,0 – 11
Trombosit
265
x 10^3/µL
150 – 450
Hematokrit
37
%
40 – 52
Eritrosit
3,9
x 10^3/µL
4.4 – 5,9
MCV
77
fL
80 – 100
MCH
23
pg
26 – 34
MCHC
30
g/dl
31 – 36
Eosinofil
1
%
0 – 5
Basofil
0
%
0 – 1
Netrofil
71
%
50 – 70
Limfosit
26
%
25 – 40
Monosit
3
%
2 – 8
Gol. Darah
0


Rhesus
Positif


KIMIA KLINIK



Glukosa sewaktu
144
mg/dl
70 – 150
Ureum
27
mg/dl
15 – 40
Creatinin
0.7
mg/dl
0,5 – 0,9
CK – MB
22
U / L
< 25



Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
ELEKTROLIT



Na
135
mmol/L
135-145
K
3,3
mmol/L
3.5 – 5
Cl
95
mmol/L
95-105
Ca
1,5
mmol/L
1.3 – 2.1
Mg
1,4
mmol/L
1.3 – 2.1
















2.        Hasil Pemeriksaan Radiologi
a.       Pemeriksaan Foto Thorax AP
Kesan :
-          Konfigurasi jantung normal
-          Corakan bronkovaskular meningkat
-          Tampak infiltrasi pada basal paru kanan bertambah luas dan tebal
-          Diafragma normal
-          Contusion pulmo basal kanan bertambah tebal dan luas
b.      Foto manus sinistra AP
Kesan :
-          Tampak diskontinuitas pada 1/3 proksimal digiti 1 os. Manus sinistra disertai subluksasi region tersebut 9sendi metacarpal os. Trapezium)
c.       Foto cruris sinistra
-          Fr. Tibia dan fibula os cruris sinistra
G.    PROGRAM TERAPI
1.      Ceftriaxone 1gr/12jam ( stop pada tgl 16 Januari 2017)
2.      Ketorolac 30mg/ 12 jam
3.      Ranitidine 50mg/ 12 jam
4.      Metronidazole 500mg/ 12jam
5.      Vit K 2x 1 ampul (10mg)
6.      Asam traneksamat 500mg/8jam
7.      Dexamethasone 0.5 mg premed
8.      Methyl prednisolone 125  mg / 8jam
9.      Meropenem 500mg/8jam ( dimulai pada tanggal 17 Januari 2017)
10.  Transfuse PRC 2 kolf, WB 2 kolf
11.  RL 60 cc/jam

H.    DAFTAR MASALAH
No.
Tanggal/ jam
Data Fokus
Diagnosa Keperawatan
1.
16 Januari 2017 / 07.00
DS : klien mengatakan sesak napas
DO : Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2 99%. RR ; 15x/m
-      Terpasang NRM 8L/m
-      Tampak infiltrasi pada basal paru kanan bertambah luas dan tebal
-      Contusio pulmo basal kanan bertambah tebal dan luas

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2.
16 Januari 2017 /
07.10 WIB
DS : Klien mengatakan merasa pusing
DO :
-     Post ORIF H3
-      Tampak diskontinuitas pada 1/3 proksimal digiti 1 os. Manus sinistra disertai subluksasi region tersebut 9sendi metacarpal os. Trapezium)
-      Fr. Tibia dan fibula os cruris sinistra

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah perifer

2.
16 Januari 2017 /
07.30 WIB
DS : Klien mengatakan tubuh terasa lemas
DO :
-       Pasien tampak lemas
-       Mukosa mulut tampak kering
-       Hb : 6.9 gr/dl
-       Leukosit : 10.5 x 103+ / uL
-       Hematocrit : 37 %
-       Eritrosit : 3.9 x 10 3/uL
-       GDS : 144
-       Na : 135
-       K : 3.3
-       Cl : 95
-       Ca : 1.5
-       Mg : 1.4
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak


I.        RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)
1.      Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah perifer
3.      Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
PERENCANAAN (NCP)
No.
Tanggal / jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
16 Januari 2017 / 07.00 WIB
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pola napas klien kembali efektif dengan kriteria:
1.   Status respirasi dalam batas normal
2.   Klien tidak mengeluh sesak napas
3.   Tidak ada tana dan gejala sianosis
1.      Monitor TTV
2.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.      Catat pergerakan dada dan adanya retraksi
4.      Monitor pola nafas
5.      Berikan alat bantu pernafasan
2.
16 Januari 2017 /
07.10 WIB
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah perifer

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan aliran perfusi jaringan perifer Klien  efektif yang ditandai dengan :
4.   Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
5.   Mampu menunjukkan konsentrasi
6.   Tidak ada ortostatik hipertensi
1.      Monitor TTV
2.      Gunakan prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien
3.      Monitor adanya tromboplebitis
4.      Batasi gerakan pada ekskremitas
5.      Kolaborasi pemberian obat
3
16 Januari 2017 /
07.40 WIB
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan Klien  seimbang dengan kriteria hasil :
1.    Balance cairan baik
2.    TTV normal
3.    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4.    Elastisitas turgor baik, mukosa lembab
1.      Mengevaluasi tanda vital
2.      Evaluasi kebutuhan cairan
3.      Evaluasi  kebutuhan nutrisi
4.      Penuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
5.      Tingkatkan asupan nutrisi pasien
6.      Kolaborasi pemberian obat


CATATAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Tanggal / jam
Tindakan Keperawatan
Respon
Ttd.
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
16 Januari 2017 /
07.46 WIB
Memonitor TTV
DS : -
DO :
Frekuensi pernafasan 26 x/menit SaO2 99%. TD : 129/66 mmHg 

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
16 Januari 2017 /
07.56 WIB
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

DS : klien mengatakan lebih nyaman posisi semifowler
DO :
Posisi semifowler, tidak tampak adanya pernafasan cuping hidung

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
16 Januari 2017 /
10.11 WIB
Mencatat pergerakan dada dan adanya retraksi

DS : -
DO : pergerakan dada simetris, tak tampak adanya retraksi dada, tak tampak adanya secret

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
16 Januari 2017 /
10.46 WIB
Memonitor pola nafas

DS :
DO :
Frekuensi pernafasan 26 x/menit SaO2 100%. TD : 131/60 mmHg  terpasang

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
16 Januari 2017 /
12.22 WIB
Memberikan alat bantu pernafasan
DS : klien mengatakan sesak saat NRM dilepas
DO :
Terpasang NRM 10L/m

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
16 Januari 2017 /
07.50 WIB
Memonitor TTV
DS :
Klien mengatakan masih terasa pusing
DO :
Klien tampak pucat. Frekuensi pernafasan 26 x/menit SaO2 99%. TD : 122/57 mmHg  terpasang NRM 10 L/m

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
16 Januari 2017 /
07.55WIB
Menggunakan prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien

DS :-
DO :
Terpasang handrub di bed Klien dan tersedia handscoen untuk APD saat kontak dengan Tn A
Menggunakan prinsip steril saat ganti balut yang terprogram tiap 2hari tiap pagi

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
16 Januari 2017 / 08.20
WIB
Memonitor adanya tromboplebitis
DS : Klien mengatakan nyeri saat tangan kanan ditekan
DO :
Tampak tromboplebitis vena tangan kanan IV terapi cairan
Pemindahan lokasi pemasangan IV di kaki kanan

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
16 Januari 2017 /
08.50 WIB
Membatasi gerakan pada ekskremitas

DS : Klien mengatakan tubuhnya terasa pegal
DO :
Posisi Head up 45o
Klien tampak membatasi gerakan pada ekskremitas atas dan bawah
Deformitas os. Manus sinistra, fr. Cruris sinistra

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
16 Januari 2017 /
08.00 WIB
Kolaborasi pemberian obat
DS : Klien mengatakan nyeri saat injeksi obat dilakukan
DO :
Ceftriaxone 1gr
Ketorolac 30mg
Metronidazole 500mg

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
08.15 WIB
Memonitor TTV
DS : -
DO:Frekuensi pernafasan 26 x/menit SaO2 100%. TD : 130/62 mmHg  terpasang NRM 10 L/m

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
12.00 WIB
Mengevaluasi kebutuhan cairan

DS : -
DO : intake : 860 cc
Output : 1175 cc
Balance cairan : - 315 cc


Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
12.00 WIB
Mengevaluasi  kebutuhan nutrisi

DS : Klien mengatakan nafsu makan menurun
DO :
Makanan masuk 4 sendok makan, susu 200cc

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
12.05 WIB
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

DS : -
DO :
Terpasang IV line, Nacl 0.9%, koreksi PRC 1 kolf 350 cc

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
12. 07 WIB
Meningkatkan asupan nutrisi pasien

DS : Klien mengatakan kurang berselera dengan menu makanan yang disediakan
DO :
Klien tampak memahami motivasi yang diberikan untuk proses penyembuhan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

16 Januari 2017 /
12.35 WIB
Kolaborasi pemberian obat
DS : -
DO :
vit K 20 mg
asam traneksamat 500mg
methyl prednisolone 125 mg

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
17 Januari 2017 /
07.46 WIB
Memonitor TTV
DS : -
DO :
Frekuensi pernafasan 24 x/menit SaO2 100%. TD : 134/72 mmHg 

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
17 Januari 2017 /
07.56 WIB
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

DS : -
DO :
Posisi semifowler, tidak tampak adanya pernafasan cuping hidung

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
17 Januari 2017 /
10.11 WIB
Mencatat pergerakan dada dan adanya retraksi

DS : -
DO : pergerakan dada simetris, tak tampak adanya retraksi dada, tak tampak adanya secret

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
17 Januari 2017 /
10.46 WIB
Memonitor pola nafas

DS :
DO :
Frekuensi pernafasan 20 x/menit SaO2 100%. TD : 128/69 mmHg  terpasang

Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
17 Januari 2017 /
12.22 WIB
Memberikan alat bantu pernafasan
DS : klien mengatakan sesak napas berkurang
DO :
Terpasang nasal kanul 4L/m

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
17 Januari 2017 /
07.50 WIB
Memonitor TTV
DS :
Klien mengatakan merasa lebih baik dari hari kemarin
DO :
Frekuensi pernafasan 20 x/menit SaO2 100%.: 128/65 mmHg 

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
17 Januari 2017 /
07.56WIB
Menggunakan prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien

DS :-
DO :
Terpasang handrub di bed Klien dan tersedia handscoen untuk APD saat kontak dengan Tn A

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
17 Januari 2017 / 08.20
WIB
Memonitor adanya tromboplebitis
DS : -
DO :
Tidak tampak adanya tromboplebitis 

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
17 Januari 2017 /
08.50 WIB
Membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

DS : Klien mengatakan tubuhnya masih terasa pegal
DO :
Head up 45o
Klien tampak membatasi gerakan ekskremitas atas dan bawah
Deformitas os. Manus sinistra, fr. Cruris sinistra

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
17 Januari 2017 /
08.00 WIB
Kolaborasi pemberian obat
DS : Klien mengatakan nyeri saat injeksi obat dilakukan
DO :
Ketorolac 30mg
Metronidazole 500mg
Meropenem 1 gr

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
08.15 WIB
Memonitor TTV
DS : -
DO:Frekuensi pernafasan 20 x/menit SaO2 100%. TD : 120/70 mmHg 

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
12.00 WIB
Mengevaluasi kebutuhan cairan

DS : -
DO : intake : 1060 cc
Output : 1175 cc
Balance cairan : - 115 cc


Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
12.00 WIB
Mengevaluasi  kebutuhan nutrisi

DS : Klien mengatakan nafsu makan bertambah
DO :
Makanan masuk setengah porsi, susu 200cc

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
12.05 WIB
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

DS : -
DO :
Terpasang IV line, Nacl 0.9%, koreksi PRC 1 kolf

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
12. 07 WIB
Meningkatkan asupan nutrisi pasien

DS : Klien mengatakan kurang berselera dengan menu makanan yang disediakan
DO :
Klien tampak memahami motivasi yang diberikan untuk proses penyembuhan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

17 Januari 2017 /
12.35 WIB
Kolaborasi pemberian obat
DS : -
DO :
vit K 20 mg
asam traneksamat 500mg
methyl prednisolone 125mg 



J.       CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/ Jam
Diagnosa Keperawatan
Catatan perkembangan
TTD
17 Januari 2017 / 13. 05
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
S : klien mengatakan sesak nafas berkurang
O : SaO2 : 100%, TD : 124/60 mmHg, N : 64x/m, RR : 20x/m, T L 37oC  terpasang nasal kanul oksigen 4L/m
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
-          Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi
-          Pasang alat bantu pernapasan jika perlu

17 Januari 2017 /
13.15 WIB
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
S :
Klien  mengatakan sudah tidak pusing
O :
CRT , 2s, tak tampak adanya sianosis, TD : 125/ 63 mmHg, N : 64x/m, RR : 20x/m, T : 37oC
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
-          Kolaborasi pemberian obat : Ketorolac 30mg / 12jam
Metronidazole 500mg/12 jam
Hentikan ceftriaxone
-          Pertahankan teknik aseptic saat kontak, catatan ganti balut post ORIF 2 hari tiap pagi

17 Januari 2017 / 13.45
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak

S : Klien mengatakan tubuh terasa lebih baik
O :
-          Terapi PRC 2 kolf dan WB 2 kolf telah diberikan
-          Asupan makan meningkat
-          Balance -115
-          Turgor baik
-          Mukosa lembab
-          CRT <2 s
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
-          Tingkatkan asupan nutrisi
-          Evaluasi kebutuhan cairan
-          Kolaborasi pemberian obat  : vit K 20 mg / 12jam, asam traneksamat 500mg/12 jam , methyl prednisolone 125 mgr/8jam , meropenem 1gr/8jam


  
BAB V
 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejalasyok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok.2.Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistemkardiovaskuler  (jantung dan pembuluhdarah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi danoksigenasijaringan.
 Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantungatau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat ataudehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).

1.2   Saran
                setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami gangguan /patofisiologi kegawatdaruratan 1. Dengan demikian di harapkan nanti apabila suatu saat mahasiswa dalam praktiknya menemui kasus gangguan /patofisiologi kegawatdaruratan 1   dapat sedikit paham dalam penatalaksanan medisnya.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:   EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:   EGC
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Syok Hipovolemik Fix"

Posting Komentar