Makalah Syok Hipovolemik Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Syok adalah
kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik
selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera
untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu
sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan
perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis (Toni Ashadi,2006).
Syok hipovolemik
diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena
perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari
plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat
berlebihan) (sherwood, )
Syok dapat
didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya
perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan
akan kekurangan oksigen dan bisacedera.(Az Rifki, 2006).
Syok merujuk
kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengancepat
sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.
Syok palingsering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Perdarahan eksternal akutakibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat
kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling
sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadiakibat perdarahan internal
akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Penyebab utama
perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada
aneurysme aorticabdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan
tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan cairan lain iniadalah gastroenteritis refraktrer
dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalahterfokus
kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi
yangtimbul seputar cara penanganannya.Kebanyakan trauma merbahaya ketika
terjadinya perang sekitar tahun 1900an telahmemberi kesan yang angat signifikan
pada perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik.
Ketika Perang
Dunia I, W.B. Cannon merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi
cairan sehingga penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan.
Pemberian kristalloid dan darah digunakan secara ekstensif ketika Perang Dunia
IIuntuk menangani pasien dengan keadaan yang tidak stabil. Pengalaman yang di
dapat semasa perang melawan Korea dan Vietnam memperlihatkan bahawa resusitasi
cairan dan intervensi pembedahan awal merupakan langkah terpenting untuk
menyelamatkan pasien dengan traumayang menimbulkan syok hemoragik. Ini dan
beberapa prisip lain membantu dalam perkembangan garis panduan untuk penanganan
syok hemoragik kaibat trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah
mempersoalkan garis panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi
tentang cara penanganan syok hemoragik yang paling optimal
1.2 Rumusan
masalah
1.
Apakah definisi Syok Hipovolemik?
2.
Apakah klasifikasi Syok Hipovolemik?
3.
Apakah Manifestasi Klinis Syok Hipovolemik?
4.
Apakah patofisiologi Syok Hipovolemik?
5.
Apakah Komplikasi Syok Hipovolemik?
6.
Apakah penatalaksaan Syok Hipovolemik?
7.
Apakah pemeriksaan penunjang Syok
Hipovolemik?
8.
Apakah Syok Hipovolemik?
9.
Apakah Asuhan Keperawatan Syok Hipovolemik?
1.3 Tujuan masalah
Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini
adalah :
1.
Mahasiswa dapat memahami definisi Syok
Hipovolemik
2.
Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Syok
Hipovolemik
3.
Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Syok
Hipovolemik
4.
Mahasiswa dapat memahami Manifestasi
Klinis Syok Hipovolemik
5.
Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Syok
Hipovolemik
6.
Mahasiswa dapat memahami Komplikasi Syok
Hipovolemik
7.
Mahasiswa dapat memahami penatalaksaan Syok
Hipovolemik
8.
Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan
penunjang Syok Hipovolemik
9.
Mahasiswa dapat memahami Asuhan
Keperawatan Syok Hipovolemik
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Syok
hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung
karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang
berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau
keringat berlebihan).
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah
sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak
adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang
dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus
ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner
& Suddarth,2002).
2.2 Etiologi
Menurut Toni Ashadi
(2006), Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1.
Kehilangan darah atau syok hemorargik
karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur
limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2.
Trauma yang berakibat fraktur tulang
besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar. Misalnya : fraktur humerus
menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml
perdarahan.
3.
Kehilangan cairan intravaskuler lain yang
dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler,
misalnya pada: Gastrointestinal : peritonitis, pankreatitis, dan
gastroenteritis, Renal : terapi diuretik, krisis penyakit addison Luka bakar
(kombutsio) dan anafilaksis
2.3 Manifestasi Klinik
Gejala
syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda
dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu
lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga
dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.
Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera
kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006
adalah:
1.
Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps
akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
2.
Takhikardi : peningkatan laju jantung dan
kontraktilitas adalah respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis
jaringan.
3.
Hipotensi : karena tekanan darah adalah
produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi
perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun
tidak dibawah 70 mmHg.
4.
Oliguria : produksi urin umumnya akan
berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah
urin kurang dari 30ml/jam.
2.4
Patofisiologi
Syok hipovolemik dapat disebabkan
kehilangan cairan eksternal seperti hemoragi, atau perpindahan cairan internal
seperti pada dehidrasi hebat, edema berat, atau asites. Volume intravaskular
dapat menurun baik melalui kehilangan cairan dan perpindahan cairan antara
kompartemen intravaskular dan interstisial.
Urutan peristiwa dalam syok
hipovolemik dimulai dengan penurunan dalam volume intravaskular. Hal ini
diakibatkan oleh penurunan arus balik darah vena ke jantung dan akibat lanjut
penurunan pengisian ventrikular. Penurunan pengisian ventrikular mengakibatkan
penurunan volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan dari jantung) dan
penurunan curah jantung. Ketika curah jantung menurun, tekanan darah juga
turun, dan jaringan tidak dapat diperfusi secara adekuat (Smeltzer & Bare
2001, h.303)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1.
Pada anamnesis
Pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya
didapatkan dari keluarga, teman dekat atau orang yang mengetahui kejadiannya,
cari : Riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam perut), Riwayat
penyakit jantung (sesak nafas), Riwayat infeksi (suhu tinggi), Riwayat
pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
2.
Pemeriksaan fisik
Kulit
3.
Suhu raba dingin
(hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut
terjadi hipovolemia). Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada
syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal) Basah pada fase lanjut syok
(sering kering pada syok septik).
4.
Tekanan darah
5.
Hipotensi dengan
tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya
mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septic)
6.
Status jantung
7.
Takikardi, pulsus
lemah dan sulit diraba.
8.
Status respirasi
9.
Respirasi
meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada
syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
10. Status Mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran
dan orientasi menurun, sopor sampai koma. Fungsi Ginjal Oliguria, anuria (curah
urin < 30 ml/jam, kritis)
11. Fungsi Metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada
awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui).
Alkalosis respirasi akibat takipnea. Sirkulasi Tekanan vena sentral menurun
pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik. Keseimbangan Asam Basa
Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru). Pemeriksaan Penunjang Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.
Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru). Pemeriksaan Penunjang Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.
2.6 Penatalaksanaan medis
1.
Pastikan jalan nafas
pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator tambahan
sesuai kebutuhan.
2.
Perbaiki volume
darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan
untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan
perfusi jaringan.
2.7 Penatalaksanaan
Pre Hospital
Jaga
jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut tekan dan
penggian tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien tetap hangat,
lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selam menunggu bantuan medis.
Periksa denyut nadi, suhu dan pernapasan setiap 5 menit sekali.
2.8 Komplikasi
a.
Gagal jantung Gagal ginjal
b.
Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
c.
Kerusakan otak irreversible
d.
Dehidrasi kronis
e. Multiple
organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a.
Data Umum Klien, berisi data-data umum
tentang pasien misalnya nama, umur,
jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.
Pengkajian Primer
1.
Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien,
adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
2.
Breathing, kaji pola nafas klien,
frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada, atau adanya bantuan
pernafasan
3.
Circulation, kaji tanda-tanda vital klien,
adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time (CRT)
4.
Disability, kaji adanya penurunan tingkat
kesadaran, adanya ganggun verbal,
motorik dan sesorik serta refleks pupil.
C. Pengkajian
Sekunder (13 Domain NANDA)
1.
Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum
klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat keluhan utama klien, riwayat
penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol
kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatan sekarang.
2.
Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri
(Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang abnormal),
Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis,
frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi
(kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian
Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status
cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3.
Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine,
riwayat kandung kemih, pola urine, distensi kandung kemih, sistem
gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4.
Aktivitas dan Istirahat, mengkaji
kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung, pulmonary respon,
sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis,
anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial
fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA,
adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada,
sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5.
Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi
klien, sensasi dan persepsi, kemampuan komunikasi
6.
Persepsi diri
7.
Peranan Hubungan (Role Relationship)
mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau kedekatan dengan anggota
keluarga atau orang terdekat
8.
Seksualitas, mengkaji masalah identitas
seksual, masalah atau disfungsi seksual
9.
Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10. Nilai-Nilai
Kepercayaan
11. Keamanan,
mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan,
jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12. Kenyamanan,
mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta
gejala-gejala yang menyertai Pertumbuhan dan Perkembangan
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi
tubuh yang menghambat expensi paru
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
3.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan
cairan aktif
3.3.
Intervensi Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
1.
|
Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh yang
menghambat expensi paru
|
setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan dengan kriteria
hasil :
1.
status pernfasan
-
frekuensi pernafasan ( 5 )
-
Irama pernafasan ( 5 )
-
Kedalaman inspirsi ( 5 )
-
Suara Aukultasi nafas ( 5 )
-
Volume tidal ( 5 )
-
Kepatenan jalan nafas ( 5)
-
saturasi oksigen (5 )
-
tes faal paru ( 5 )
2.
keparahan syok Hipovolemik
-
penurunan tekanan nadi perifer ( 5
)
-
penurunan tekanan sistolik ( 5 )
-
penurunan tekanan darah diastolic (
5 )
-
Aritmia ( 5 )
-
Nyeri dada ( 5 )
-
Ronkhi paru ( 5 )
-
nadi lemah dan halus ( 5 )
-
meningkatnya laju nafas ( 5 )
-
lesu ( 5 )
|
1.
Lakukan BHSP
2.
Menejemen Jalan nafas
-
buka jalan nafas dgn teknis chin lift atau thrursut.
-
posisikan pasien untuk memasimalkan venntilasi
-
masukan alat NPA atau OPA
-
laukan fisioterapi dada
-
buang secret dengan memotivasi pasien untuk melaukan
batuk atau menyedot lendir
-
motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam,
berputar, dan batuk
-
gunaan tehnik yang menyenangkan untuk memotivasi
bernafas dalam kepada anak-anak.
3.
Menejemen syok
-
Monitor Tanda-Tanda Vental
-
Posiskan pasien untuk mendapatkan perfusi jaringan
-
monitor tekanan oksimetri
-
berikan oksigen atau ventilasi mekanaik
-
monitor EKG
-
ambil gas darah arteri dan monitor oksigenasis
-
monitor timbulnya gejala gagal nafas.
|
2.
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
|
setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan dengan kriteria
hasil :
1.
perfusi jaringan : perifer
-
pengisian kapiler jari ( 5 )
-
pengisian kapiler jari kaki ( 5 )
-
suhu kulit ujung kaki dan tangan( 5
)
-
kekautan denyut nadi karotis (
kanan ) ( 5 )
2.
tanda- tanda vital
-
suhu tubuh ( 5)
-
denyut jantung apical ( 5 )
-
irama jantung apical ( 5 )
-
denyut nadi radial ( 5 )
-
Tingkat pernafasan ( 5 )
-
Kedalam Inspirasi ( 5 )
|
1.
Lakukan BHSP
2.
Perawatn Sirkulasi insufisiensi vena
-
lakukan penilaian sirkulasi perifer secara
komperhensif
-
nilai udem dan nadi perifer
-
inspeksi kulit
-
monitor ketidanyamanan nyeri
-
berikan obat antiplatelet atau antikoalegin dengan
cara yang tepat.
3.
Monitor Tanda –Tanda vital
-
Suhu
-
nadi
-
Tekana Darah
-
RR
|
3.
|
Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
|
setelah dilakukan tindakan dalam … x 24 jam keperawatan pasien di harapkan dengan kriteria
hasil :
1.
Keseimbangan Cairan
-
Tekanan darah (5)
-
Denyut Nadi radial (5)
-
Tekanan Vena Sentral (5)
-
Turgor Kulit (5)
-
kelembapan membrane mukosa (5)
-
serum elektrolit (5)
-
berat jenis urin (5)
2.
Hidrasi
-
Turgor Kulit (5)
-
Membran Mukosa Lembab (5)
-
Intake Cairan (5)
-
Out Pun Cairan (5)
-
Perfusi jaringan (5)
-
Fungsi Koqnisi (5)
-
Serum Sodium (5)
|
1.
Lakukan BHSP
2.
Pencegahan Perdarahan
-
Monitor dengan ketat atas terjadinya perdarahan
-
monitor tanda dan gelaja perdarahan
-
monitor komponen kogulasi darah
-
monitor tanda-tanda vital
-
lindungi pasien dari trauma
-
hindari pemberian injeksi
3.
Menejmen Cairan
-
timbang berat badan setiap hari
-
hitung atau timbang popok
-
masukan kateter urine
-
monitor status hidrasi
-
kaji luas edema jika da
-
berikan terapi IV
-
Rahakan apsien mengunnganakn NPO
-
distribusikan cairan selam 24 jam
-
monitor status gizi
-
berikan deuretik yang di resepkan.
|
BAB IV
CONTOH KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK
I.
PENGKAJIAN
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Klien : Tn A
No.
RM : 05.90.06
Umur : 21 tahun
Jenis
kelamin : laki-laki
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Boyolali
Status
perkawinan : kawin
Diagnosa
medis : Syok hipovolemik
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Tanggal
masuk ICU : 15 Januari 2017
Tanggal
pengkajian : 16 Januari 2017, 07.00
WIB
1.
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny I
Umur : 20 tahun
Jenis
kelamin : perempuan
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hubungan
dengan Klien : istri
B.
PENGKAJIAN PRIMER
a.
Airway (Status jalan nafas)
Terpasang NRM 10L/m, tidak ada sumbatan jalan nafas
b.
Breathing (Status pernafasan)
Sesak nafas. Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2 99%
c.
Circulation (Status sirkulasi)
Tekanan darah 137/87 mmHg, suhu 36,3 °C, Heart Rate 59
x/menit, akral hangat.
d.
Disability
Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5). Terdapat
reaksi cahaya pada pupil mata kanan dan mata kiri. Post ORIF H3, fr. Cruris sinistra
e.
Eksposure
Luka post op ORIF H3
C.
PENGKAJIAN SEKUNDER
a.
Riwayat kesehatan
Data diperoleh dari Klien
dan keluarga
1)
Keluhan utama
Klien mengatakan saat ini
merasa sesak nafas
2)
Riwayat keperawatan sekarang
Klien
mengatakan ia mengalami kecelakaan pada hari Sabtu, 14 Januari 2017 pukul 08.00
WIB di Ungaran kemudian dibawa ke IGD RS Ken Saras dan menjalani operasi ORIF
fr. Cruris sinistra pada pukul 15.00 WIB. Pada hari minggu, 15 Januari 2017,
klien mengalami sesak napas dan penurunan KU sehingga dipindah ke ruang ICU RS
Ken Saras dengan diagnose syok hipovolemik.
3)
Riwayat keperawatan dahulu
Klien mengatakan pernah
mengalami kecelakaan sebelumnya dan diamputasi digiti ke 5 pada tahun 2012
4)
Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes mellitus, HIV, TBC dan hipertensi maupun penyakit kronis lain.
5)
Genogram
D. PENGKAJIAN
POLA FUNGSI
1. Manajemen
kesehatan
Klien
dan keluarga menganggap bahwa kesehatan adalah hal yang sangat penting,
sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat.
2. Cairan
dan elektrolit
Sebelum sakit, klien memiliki kebiasaan minum air putih kurang
lebih 10 gelas/hari
Pada saat sakit, klien minum minuman yang disediakan oleh RS setiap
harinya, yaitu minum teh sebanyak 3x sehari dengan porsi masing-masing 200cc.
Kemudian Klien juga mendapatkan terapi
cairan berupa RL 60 cc/jam
3. Nutrisi
Sebelum sakit, Klien
memiliki kebiasaan makan tiga kali
sehari dengan porsi banyak.
Pada saat sakit, Klien
makan makanan yang disediakan oleh RS, hanya
makan ¼ porsi yang disediakan RS. Diit lunak 3x / hari
4. Eliminasi
Sebelum sakit, BAK
Klien teratur dalam sehari biasanya 5-7
kali/hari. Urine yang dikeluarkan berwarna jernih kekuningan. Sedangkan untuk
pola BAB sekitar 1x dalam sehari atau 1x dalam 2 hari dengan konsistensi lunak
dan bewarna kuning.
Pada saat sakit,
BAK mengunakan kateter dengan jumlah urine saat dikaji sebanyak 1000ml / 7jam dengan
aroma khas, warna kuning.
5. Pola
persepsi dan sensori
Pasien setiap
harinya bekerja sebagai karyawan bangunan. Saat sakit pasien tidak bekerja
karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan sehingga pasien merasa ingin
sembuh agar dapat melakukan semua kegiatan
keseharian dan mencari nafkah untuk keluarganya.
6. Istirahat
dan Tidur
Sebelum sakit, Klien
memiliki kebiasaan tidur jam 00.00 dan
bangun pada sekitar jam 05.00. Klien tidak membutuhkan apapun sebagai pengantar
tidurnya. Klien tidak memiliki kebiasaan
tidur siang.
Pada saat sakit di
ruang ICU, Klien lebih sering tidur. Klien
terbangun apabila ada keluarga yang
datang membesuk.
7. Aktivitas
dan Latihan
Sebelum sakit, Klien mengatakan ia bekerja sebagai karyawan bangunan, mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setelah sakit,
semua ADL Klien dipenuhi dan dibantu
oleh perawat dan keluarga yang mendampingi di atas tempat tidur.
8. Konsep
diri
Identitas diri : Klien adalah seorang lakilaki
berusia 21 tahun dan berstatus menikah
Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera
cepat sembuh agar bisa mencari nafkah kembali untuk keluarganya dan agar bisa menjalankan aktivitas seperti
biasanya.
Harga diri : Klien mengatakan kondisinya saat
ini membuatnya terbatas menjalani aktivitas keseharian dan membatasinya dari
bekerja untuk waktu yang lama
Gambaran diri : Klien mengatakan seluruh anggota tubuh
adalah penting jadi ketika sakit maka akan mempengaruhi pola aktivitas yang
telah dijalaninya selama ini
Peran : Klien adalah seorang
suami dari seorang istri yang sedang hamil 7 bulan dan ia bertanggung jawab
sebagai kepala keluarga
9. Pola
hubungan sosial
Klien mengatakan
rumah tangga dengan istrinya harmonis, di rumah dengan keluarga baik dengan
tetangga serta kerabat keluarga yang lain pun baik.
10. Pola
seksualitas dan reproduksi
Status pasien
adalah seorang laki-laki sebagai pasangan usia subur
11. Nilai
dan Keyakinan
Klien beragam islam dan biasanya saat sebelum sakit Klien
melakukan ibadah sholat lima waktu. Pada
saat di RS Klien melakukan ibadah dengan
berdoa di atas tempat tidur.
E. PENGKAJIAN
FISIK
1. Sistem
pernafasan
Bentuk dada simetris, Klien
tidak batuk, pernafasan dangkal dan
cepat, Klien dapat bernafas dengan
spontan. Suara nafas vesikuler dan Klien menggunakan Nonrebreathing Mask dengan aliran
oksigen 10 lpm. RR Klien saat dikaji
sebesar 2x/menit.
2.
Sistem kardiovaskular
Tekanan darah 137/87 mmHg, suhu 36,3 °C, Heart Rate 59
x/menit, akral hangat. ICS tampak, dan
tidak ditemukan suara bising jantung.
3.
Sistem persyarafan
Kesadaran composmentis,
GCS 15 (E4M6V5). Pupil berespon terhadap cahaya
4.
Sistem penginderaan
Klien tidak mengalami gangguan penginderaan baik
penglihatan, pendengaran, penghidung, pengecapan maupun perabaan.
5.
Sistem perkemihan
Klien menggunakan kateter, saat dikaji tertampung
1000 cc urin. Urin berwarna kuning dan berbau khas.
6.
Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan pada
saluran pencernaan. Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak ada distensi,
terdapat jejas pada permukaan luar abdomen
7.
Sistem musculoskeletal
Fraktur cruris sinistra,
dislokasi manus sinistra. Skala kekuatan otot eksremitas atas dan bawah dextra – sinistra 4. Klien bedrest. Klien dibantu saat mandi, makan, berpakaian, dan
toileting.
8.
Sistem integument
Terdapat jejas pada
permukaan kulit di ekskremitas atas dan bawah serta pada permukaan abdomen.
CRT< 2 detik.
9.
Sistem reproduksi
Klien merupakan seorang
laki-laki berusia 21 tahun yang mempunyai seorang istri yang sedang hamil
7bulan
10. Sistem
endokrin
Klien tidak
memiliki alergi tertentu. Klien tidak
mengalami penyakit gangguan endokrin seperti diabetes mellitus.
F.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
( 15 Januari 2017 )
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Rujukan
|
HEMATOLOGI
|
|||
Hemoglobin
|
6,9
|
g/dl
|
13.2 – 17,3
|
Leukosit
|
10,5
|
x 10^3/µL
|
4,0 – 11
|
Trombosit
|
265
|
x 10^3/µL
|
150 – 450
|
Hematokrit
|
37
|
%
|
40 – 52
|
Eritrosit
|
3,9
|
x 10^3/µL
|
4.4 – 5,9
|
MCV
|
77
|
fL
|
80 – 100
|
MCH
|
23
|
pg
|
26 – 34
|
MCHC
|
30
|
g/dl
|
31 – 36
|
Eosinofil
|
1
|
%
|
0 – 5
|
Basofil
|
0
|
%
|
0 – 1
|
Netrofil
|
71
|
%
|
50 – 70
|
Limfosit
|
26
|
%
|
25 – 40
|
Monosit
|
3
|
%
|
2 – 8
|
Gol. Darah
|
0
|
||
Rhesus
|
Positif
|
||
KIMIA
KLINIK
|
|||
Glukosa sewaktu
|
144
|
mg/dl
|
70 – 150
|
Ureum
|
27
|
mg/dl
|
15 – 40
|
Creatinin
|
0.7
|
mg/dl
|
0,5 – 0,9
|
CK – MB
|
22
|
U / L
|
< 25
|
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Rujukan
|
ELEKTROLIT
|
|||
Na
|
135
|
mmol/L
|
135-145
|
K
|
3,3
|
mmol/L
|
3.5 – 5
|
Cl
|
95
|
mmol/L
|
95-105
|
Ca
|
1,5
|
mmol/L
|
1.3 – 2.1
|
Mg
|
1,4
|
mmol/L
|
1.3 – 2.1
|
2.
Hasil Pemeriksaan Radiologi
a.
Pemeriksaan Foto Thorax AP
Kesan :
-
Konfigurasi jantung normal
-
Corakan bronkovaskular meningkat
-
Tampak infiltrasi pada basal paru kanan
bertambah luas dan tebal
-
Diafragma normal
-
Contusion pulmo basal kanan bertambah
tebal dan luas
b.
Foto manus sinistra AP
Kesan
:
-
Tampak diskontinuitas pada 1/3 proksimal
digiti 1 os. Manus sinistra disertai subluksasi region tersebut 9sendi
metacarpal os. Trapezium)
c.
Foto cruris sinistra
-
Fr. Tibia dan fibula os cruris sinistra
G.
PROGRAM TERAPI
1.
Ceftriaxone 1gr/12jam ( stop pada tgl 16
Januari 2017)
2.
Ketorolac 30mg/ 12 jam
3.
Ranitidine 50mg/ 12 jam
4.
Metronidazole 500mg/ 12jam
5.
Vit K 2x 1 ampul (10mg)
6.
Asam traneksamat 500mg/8jam
7.
Dexamethasone 0.5 mg premed
8.
Methyl prednisolone 125 mg / 8jam
9.
Meropenem 500mg/8jam ( dimulai pada
tanggal 17 Januari 2017)
10. Transfuse
PRC 2 kolf, WB 2 kolf
11. RL
60 cc/jam
H.
DAFTAR MASALAH
No.
|
Tanggal/ jam
|
Data Fokus
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
16 Januari 2017 / 07.00
|
DS : klien mengatakan
sesak napas
DO
: Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2 99%. RR ; 15x/m
-
Terpasang NRM 8L/m
-
Tampak infiltrasi pada basal paru
kanan bertambah luas dan tebal
-
Contusio pulmo basal kanan
bertambah tebal dan luas
|
Pola
nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
2.
|
16 Januari 2017 /
07.10 WIB
|
DS : Klien mengatakan
merasa pusing
DO :
-
Post ORIF H3
-
Tampak diskontinuitas pada 1/3
proksimal digiti 1 os. Manus sinistra disertai subluksasi region tersebut
9sendi metacarpal os. Trapezium)
-
Fr. Tibia dan fibula os cruris
sinistra
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah perifer
|
2.
|
16 Januari 2017 /
07.30 WIB
|
DS : Klien mengatakan
tubuh terasa lemas
DO :
-
Pasien tampak lemas
-
Mukosa mulut tampak kering
-
Hb : 6.9 gr/dl
-
Leukosit : 10.5 x 103+ /
uL
-
Hematocrit : 37 %
-
Eritrosit : 3.9 x 10 3/uL
-
GDS : 144
-
Na : 135
-
K : 3.3
-
Cl : 95
-
Ca : 1.5
-
Mg : 1.4
|
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
I.
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR
MASALAH)
1.
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan
ekspansi paru
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b.d penurunan aliran darah perifer
3.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairan yang mutlak
PERENCANAAN
(NCP)
No.
|
Tanggal
/ jam
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
16 Januari 2017 / 07.00
WIB
|
Pola
nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pola napas klien
kembali efektif dengan kriteria:
1.
Status respirasi dalam batas normal
2.
Klien tidak mengeluh sesak napas
3.
Tidak ada tana dan gejala sianosis
|
1.
Monitor TTV
2.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3.
Catat pergerakan dada dan adanya
retraksi
4.
Monitor pola nafas
5.
Berikan alat bantu pernafasan
|
2.
|
16 Januari 2017 /
07.10 WIB
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah perifer
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan aliran perfusi
jaringan perifer Klien efektif yang
ditandai dengan :
4.
Tekanan sistol dan diastole dalam rentang
yang diharapkan
5.
Mampu menunjukkan konsentrasi
6.
Tidak ada ortostatik hipertensi
|
1.
Monitor TTV
2.
Gunakan prinsip aseptik untuk
kontak dengan pasien
3.
Monitor adanya tromboplebitis
4.
Batasi gerakan pada ekskremitas
5.
Kolaborasi pemberian obat
|
3
|
16 Januari 2017 /
07.40 WIB
|
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan Klien
seimbang dengan kriteria hasil :
1.
Balance cairan baik
2.
TTV normal
3.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4.
Elastisitas turgor baik, mukosa
lembab
|
1.
Mengevaluasi tanda vital
2.
Evaluasi kebutuhan cairan
3.
Evaluasi kebutuhan nutrisi
4.
Penuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit
5.
Tingkatkan asupan nutrisi pasien
6.
Kolaborasi pemberian obat
|
CATATAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal
/ jam
|
Tindakan
Keperawatan
|
Respon
|
Ttd.
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
16 Januari 2017 /
07.46 WIB
|
Memonitor TTV
|
DS : -
DO :
Frekuensi pernafasan 26
x/menit SaO2 99%. TD : 129/66 mmHg
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
16 Januari 2017 /
07.56 WIB
|
Memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
|
DS : klien mengatakan
lebih nyaman posisi semifowler
DO :
Posisi semifowler,
tidak tampak adanya pernafasan cuping hidung
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
16 Januari 2017 /
10.11 WIB
|
Mencatat
pergerakan dada dan adanya retraksi
|
DS : -
DO : pergerakan dada
simetris, tak tampak adanya retraksi dada, tak tampak adanya secret
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
16 Januari 2017 /
10.46 WIB
|
Memonitor
pola nafas
|
DS :
DO :
Frekuensi pernafasan 26
x/menit SaO2 100%. TD : 131/60 mmHg
terpasang
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
16 Januari 2017 /
12.22 WIB
|
Memberikan
alat bantu pernafasan
|
DS : klien mengatakan
sesak saat NRM dilepas
DO :
Terpasang NRM 10L/m
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
16 Januari 2017 /
07.50 WIB
|
Memonitor TTV
|
DS :
Klien mengatakan masih
terasa pusing
DO :
Klien
tampak pucat. Frekuensi pernafasan 26 x/menit SaO2 99%. TD : 122/57 mmHg terpasang NRM 10 L/m
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
16 Januari 2017 /
07.55WIB
|
Menggunakan
prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien
|
DS :-
DO :
Terpasang handrub di
bed Klien dan tersedia handscoen untuk APD saat kontak dengan Tn A
Menggunakan prinsip
steril saat ganti balut yang terprogram tiap 2hari tiap pagi
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
16 Januari 2017 / 08.20
WIB
|
Memonitor adanya
tromboplebitis
|
DS : Klien mengatakan
nyeri saat tangan kanan ditekan
DO :
Tampak tromboplebitis
vena tangan kanan IV terapi cairan
Pemindahan lokasi
pemasangan IV di kaki kanan
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
16 Januari 2017 /
08.50 WIB
|
Membatasi
gerakan pada ekskremitas
|
DS : Klien mengatakan
tubuhnya terasa pegal
DO :
Posisi
Head up 45o
Klien
tampak membatasi gerakan pada ekskremitas atas dan bawah
Deformitas
os. Manus sinistra, fr. Cruris sinistra
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
16 Januari 2017 /
08.00 WIB
|
Kolaborasi
pemberian obat
|
DS : Klien mengatakan
nyeri saat injeksi obat dilakukan
DO :
Ceftriaxone 1gr
Ketorolac 30mg
Metronidazole 500mg
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
08.15 WIB
|
Memonitor
TTV
|
DS : -
DO:Frekuensi pernafasan
26 x/menit SaO2 100%. TD : 130/62 mmHg
terpasang NRM 10 L/m
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
12.00 WIB
|
Mengevaluasi
kebutuhan cairan
|
DS : -
DO : intake : 860 cc
Output : 1175 cc
Balance cairan : - 315
cc
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
12.00 WIB
|
Mengevaluasi kebutuhan nutrisi
|
DS : Klien mengatakan
nafsu makan menurun
DO :
Makanan masuk 4 sendok
makan, susu 200cc
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
12.05 WIB
|
Memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit
|
DS : -
DO :
Terpasang IV line, Nacl
0.9%, koreksi PRC 1 kolf 350 cc
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
12.
07 WIB
|
Meningkatkan
asupan nutrisi pasien
|
DS : Klien mengatakan
kurang berselera dengan menu makanan yang disediakan
DO :
Klien tampak memahami
motivasi yang diberikan untuk proses penyembuhan
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
16 Januari 2017 /
12.35 WIB
|
Kolaborasi pemberian obat
|
DS : -
DO :
vit K 20 mg
asam traneksamat 500mg
methyl prednisolone 125
mg
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
17 Januari 2017 /
07.46 WIB
|
Memonitor TTV
|
DS : -
DO :
Frekuensi pernafasan 24
x/menit SaO2 100%. TD : 134/72 mmHg
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
17 Januari 2017 /
07.56 WIB
|
Memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
|
DS : -
DO :
Posisi semifowler,
tidak tampak adanya pernafasan cuping hidung
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
17 Januari 2017 /
10.11 WIB
|
Mencatat
pergerakan dada dan adanya retraksi
|
DS : -
DO : pergerakan dada
simetris, tak tampak adanya retraksi dada, tak tampak adanya secret
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
17 Januari 2017 /
10.46 WIB
|
Memonitor
pola nafas
|
DS :
DO :
Frekuensi pernafasan 20
x/menit SaO2 100%. TD : 128/69 mmHg
terpasang
|
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
17 Januari 2017 /
12.22 WIB
|
Memberikan
alat bantu pernafasan
|
DS : klien mengatakan
sesak napas berkurang
DO :
Terpasang nasal kanul
4L/m
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
17 Januari 2017 /
07.50 WIB
|
Memonitor TTV
|
DS :
Klien mengatakan merasa
lebih baik dari hari kemarin
DO :
Frekuensi
pernafasan 20 x/menit SaO2 100%.: 128/65 mmHg
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
17 Januari 2017 /
07.56WIB
|
Menggunakan
prinsip aseptik untuk kontak dengan pasien
|
DS :-
DO :
Terpasang handrub di
bed Klien dan tersedia handscoen untuk APD saat kontak dengan Tn A
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
17 Januari 2017 / 08.20
WIB
|
Memonitor adanya
tromboplebitis
|
DS : -
DO :
Tidak tampak adanya
tromboplebitis
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
17 Januari 2017 /
08.50 WIB
|
Membatasi
gerakan pada kepala, leher dan punggung
|
DS : Klien mengatakan
tubuhnya masih terasa pegal
DO :
Head
up 45o
Klien
tampak membatasi gerakan ekskremitas atas dan bawah
Deformitas
os. Manus sinistra, fr. Cruris sinistra
|
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
17 Januari 2017 /
08.00 WIB
|
Kolaborasi
pemberian obat
|
DS : Klien mengatakan
nyeri saat injeksi obat dilakukan
DO :
Ketorolac 30mg
Metronidazole 500mg
Meropenem 1 gr
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
08.15 WIB
|
Memonitor
TTV
|
DS : -
DO:Frekuensi pernafasan
20 x/menit SaO2 100%. TD : 120/70 mmHg
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
12.00 WIB
|
Mengevaluasi
kebutuhan cairan
|
DS : -
DO : intake : 1060 cc
Output : 1175 cc
Balance cairan : - 115
cc
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
12.00 WIB
|
Mengevaluasi kebutuhan nutrisi
|
DS : Klien mengatakan
nafsu makan bertambah
DO :
Makanan masuk setengah
porsi, susu 200cc
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
12.05 WIB
|
Memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit
|
DS : -
DO :
Terpasang IV line, Nacl
0.9%, koreksi PRC 1 kolf
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
12.
07 WIB
|
Meningkatkan
asupan nutrisi pasien
|
DS : Klien mengatakan
kurang berselera dengan menu makanan yang disediakan
DO :
Klien tampak memahami
motivasi yang diberikan untuk proses penyembuhan
|
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
17 Januari 2017 /
12.35 WIB
|
Kolaborasi pemberian
obat
|
DS : -
DO :
vit K 20 mg
asam traneksamat 500mg
methyl prednisolone
125mg
|
J.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ Jam
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Catatan
perkembangan
|
TTD
|
17 Januari 2017 / 13.
05
|
Pola nafas tidak
efektif b.d penurunan ekspansi paru
|
S :
klien mengatakan sesak nafas berkurang
O : SaO2
: 100%, TD : 124/60 mmHg, N : 64x/m, RR : 20x/m, T L 37oC terpasang nasal kanul oksigen 4L/m
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi
-
Posisikan
untuk memaksimalkan ventilasi
-
Pasang
alat bantu pernapasan jika perlu
|
|
17 Januari 2017 /
13.15 WIB
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran perfusi perifer
|
S :
Klien mengatakan sudah tidak pusing
O :
CRT
, 2s, tak tampak adanya sianosis, TD : 125/ 63 mmHg, N : 64x/m, RR : 20x/m, T
: 37oC
A: masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
-
Kolaborasi pemberian obat :
Ketorolac 30mg / 12jam
Metronidazole 500mg/12 jam
Hentikan ceftriaxone
-
Pertahankan teknik aseptic saat
kontak, catatan ganti balut post ORIF 2 hari tiap pagi
|
|
17 Januari 2017 / 13.45
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
|
S : Klien mengatakan
tubuh terasa lebih baik
O :
-
Terapi PRC 2 kolf dan WB 2 kolf
telah diberikan
-
Asupan makan meningkat
-
Balance -115
-
Turgor baik
-
Mukosa lembab
-
CRT <2 s
A
: masalah teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervensi :
-
Tingkatkan asupan nutrisi
-
Evaluasi kebutuhan cairan
-
Kolaborasi pemberian obat : vit K 20 mg / 12jam, asam traneksamat
500mg/12 jam , methyl prednisolone 125 mgr/8jam , meropenem 1gr/8jam
|
BAB V
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berhasil
tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejalasyok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien
mengalami syok.2.Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana
sistemkardiovaskuler (jantung dan
pembuluhdarah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi danoksigenasijaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang
menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya
serangan jantungatau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat
perdarahan hebat ataudehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya
karena reaksi alergi atau infeksi).
1.2
Saran
setelah
membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami gangguan /patofisiologi
kegawatdaruratan 1. Dengan demikian di harapkan nanti apabila suatu saat
mahasiswa dalam praktiknya menemui kasus gangguan /patofisiologi
kegawatdaruratan 1 dapat sedikit paham dalam penatalaksanan
medisnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2012.
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J.
2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk.
2009. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk.
2010. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A. &
Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Wilkinson, Judith.M,
Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
0 Response to "Makalah Syok Hipovolemik Fix"
Posting Komentar